senyum amanda
Seorang lelaki sedang duduk diteras taman rumah sakit, pandangan matanya jauh memandang nanar. Pikirannya jauh mengawang. Biasanya dia kesini untuk melepaskan kerinduan dan menenangkan hatinya.
Dia melihat keadaan sekitarnya dan memberikan penilaian menurut sudut pandangnya sendiri.
"Rumput disana lebih hijau tumbuh subur.. Rumput disini tampak kering menguning,gersang, sekarat, tak lama lagi pastikan mati.Tampak tak adil matahari menyinari. Tampak tak adil hujan menyirami. Rob ku membiarkan semua itu terjadi“.
Pandu terus berbicara dengan dirinya sendiri. Pertentangan demi pertentangan terjadi didalam dirinya. Pandu tidak habis pikir kenapa ini terjadi.
Dia merasa hidup mempermainkannya lagi. Berkali-kali. Dia slalu bertanya tanya. Entah apa salah dosa pada Rob nya. Roda seperti terus berputar. Kemudian terbalik. Memaksa dia sendiri menegakkannya. Pandu merasa asing sendiri ditengah keramaian, bahkan orang terdekat. Orang dekat terasa orang lain. Pandu Ingin sendiri. Berlari. Menghilang pergi dan pergi...
“Mengajak ibu pergi kedunia,ke surga ku sendiri. Hanya aku dan ibu“ dalam hati pandu.
Cibiran dari mulut-mulut beracun, bagai api yang membakar hatinya. Mencari-cari, Siapa yang patut dia persalahkan. Seseorang yang telah merobek-robek hatinya. Dipenuhi dengan amarah dan kebencian padanya. Kebencian yang sudah meracuni nadi pandu. Semua ini terjadi karenanya. Sebabnya tiada pernah Pandu merasakan perlindungan, kasih sayang dan kebahagian yang pantas dirasakan.
Gejolak jiwa mudanya kadang tidak terima kenapa takdir membuatnya selalu bersedih.Pandu berbicara didalam hatinya.
Tiba-tiba terdengar suara burung berterbangan, Pandu menatap langit melihat burung-burung kecil berterbangan di teras taman rumah sakit.
Sorak-sorai, pesona kicauannya cukup menghibur hatinya yang sepi. Hatinya yang telah berlubang oleh bilur bilur bara api berwarna merah yang meluap-luap. Merasa ketidakadilan yang dia rasakan.
Pandu yang sedang tak peduli bahwa alam telah menjelaskan semua jawaban pertanyaan, amarahnya dan semua sangkalannya.
... Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Tuhanmu tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...
sesungguhnya Tuhanmu beserta orang-orang yang sabar.
Bahkan dari semilir angin, dan keasrian pepohonan disekitarnya tumbuh subur, membuat ketenangan matanya memandang. Kicauan burung yang seolah berkata “ Aku dsini menghiburmu. Ayolah Pandu janganlah lagi bersedih“.
Semua hanya sejenak, Tidak cukup bisa menghapus, menghilangkan kepedihan dan kedinginan dihatinya.
Pandu masih sedang menunggu ibunya yang akan dibawah ke teras taman oleh suster. Pandu melihat ibunya dari kejauhan. Pandu segera menghampiri.
Setiap kali Pandu merasa sedih,hatinya terasa teriris-iris sembilu. Ibunya tidak mengenali Pandu, hanya diam membisu.
Pandu tetap menemani, mengajaknya bercerita, ibunya tampak diam membisu tidak mengerti. Pandu disampingnya dengan sabar. Dia bersyukur walau hanya dapat meng gengaman irat tangan ibundanya,tanpa balasan pelukan dan belaian hangat seorang ibu yang dulu dia pernah rasakan dari sosok yang ada di depannya. Paling tidak kini pandu bisa merasakan genggaman jemari tangan ibunya. Ini respon yang bagus kata dokter setelah 5 tahun berlalu.
Sebelumnya setiap pandu datang, ibunya berteriak-teriak histeris menangis, meminta tolong dan menyuruh pandu pergi. Terkadang juga menangis pilu meneriaki nama pandu. Tapi tidak mengenali jika itu anaknya yang telah tumbuh dewasa.
Pandu bisa mengerti kenapa ini terjadi jangankan ibunya, pandu pun merasa kesal ketika menghadap kecermin. Ketika melihat wajahnya dicermin, terbayang wajah pria itu. Kenapa bayangan wajahnya selalu menghantui.
Wajah Pandu memang mirip sekali dengan ayahnya. Sosok lelaki yang tidak pantas dipanggil ayah. Ayah nya yang telah tiada. Tapi tetap menyisahkan rasa sakit dan trauma yang mendalam.
Setiap kali Pria itu pulang membanting pintu dengan keras. Bau alkohol yang memabukkan menyengat dari mulutnya. Tetangga sudah hapal betul mendengar teriak - teriakannya. Mendengar Keribut-keributan bukan barang baru lagi. Ibu pandu dan pandu yang menjadi sasarannya. Pukulan dan tendangan darinya yang bertubuh kekar. Tidak ada yang berani melerai. Pandu pun tak habis pikir kenapa orang sekeliling seolah menutup mata dan telinga. Mungkin mereka tidak ingin berhubungan berpekara dengan Pereman pasar. Jikalau ada yang mencoba membantu akan terjadi keributan besar dikatakan ikut campur. Malam itu adalah puncaknya. Lelaki bengis itu pulang seperti biasa membanting pintu, menendang apa saja. Memeriksa laci-laci kamar apa ada barang berharga, uang dagangan kue ibu pun diambil. Pria itu meracau berteriak-teriak tidak karuan karena pengaruh alkohol. Ternyata semua yang didapatnya tidak cukup. Keributan-keributan dengan ibu mulai terjadi, tamparan,pukulan, tendangan dilihat di depan mata pandu dan pandu yang masih kecil saat itu mencoba melindungi ibunya. Mencoba melawan padanya. Pandu memukul,menggigit tangan lelaki itu yang kekar yang sedang menyengkram tangan ibunya. Diambil uang jatuh dari tangan ibunya. Serta merta lelaki bengis itu menariknya ke dapur belakang. Kekuatan pandu tak berarti apa-apa baginya. Dengan memaki-maki. Suaranya melengking tajam. Ibunya berteriak-teriak parau berusaha menyelamatkan pandu.
Ibunya datang melihat takut akan terjadi apa-apa dengan anaknya, karena rasa takutnya tapi mempunyai keinginan kuat melawan pria itu, dia melihat pria itu mulai menyengkram leher anaknya. dia memberanikan diri. Mengambil sebilah pisau dan menusuk pria itu dari belakang. Aghhhhhh... Teriakan keras suara pandu. Darah berceceran. Terakhir terdengar suara teriakan ibunya dan erangan lelaki itu. Warga kampung datang. Ibu pandu shok. Pria itu mati.
Semua kejadian di malam itu dibawa ke pengadilan, karena peristiwa itu ibunya menjadi shok, gangguan mental, depresi. Pengadilan memutuskan ibunya dibebaskan dan diberi perawatan, diberi keringanan hukuman karena melakukan pembunuhan tidak sengaja dan membela diri. Semua warga kampung berceloteh ibu pandu gila. Ada sebagian simpati dan yang sebagian lagi menatap sinis menjadi bahan gosip belaka.
Dibalik kegersangan ada oase, Satu warga yang berbaik hati adalah pak ridwan, pandu ditampung dan dibesarkan olehnya. Pak Ridwan memiliki 2 anak perempuan keduanya kini telah menikah,umur pak Ridwan dan istrinya kira-kira 50 tahun. Beliau termasuk orang terpandang dan berada di desa. Pak Ridwan juga yang menyekolahkan Pandu.
Kini pandu sudah lulus sekolah dan bekerja. Pandu usahakan semaksimal mungkin untuk pengobatan ibu nya. Pandu membawa ibunya ke kota besar. Rumah sakit besar. Walau dengan harus bekerja doubel paruh waktu. Kini ibunya telah mengalami pengobatan Sudah 3 tahun di RS Ramah Jati. Sedikit banyak mengalami kemajuan.
Pak ridwan yang mengenal pandu sejak kecil dan mengasuh pandu sejak berumur 12 tahun. Pak ridwan khawatir sikap akhir-akhir pandu setelah kejadian itu. Pandu menjadi amat pendiam suka menyendiri, Semenjak sekolah dan kini, bahkan menginjak Sma pandu tidak mempunyai teman dekat. Pandu terlihat misterius tIdak suka banyak bicara apalagi bercerita. Pandu selalu lebih senang menyendiri dan tidak ingin diganggu siapapun. Pak ridwan berfikir mungkin karena beban berat masa lalu yang dimilikinya Pandu menjadi berubah.
Pandu yang sebenarnya bertubuh gagah tapi berhati mudah remuk seperti kaca. Setahu pak ridwan sebelum kejadian masa silam pandu dulu. Masih ada segurat senyum diwajah pandu. Masih ada gurat-gurat keceriaan remaja ketika melihatnya bermain bola bersama teman-temannya dihalaman kampung.
Pandu sedang merapikan rambutnya dikaca. Siapapun melihat raut wajah pandu, pandu adalah pemuda ganteng, tinggi, berbadan ideal dan memiliki wajah yang bersih. Pandu bersiap siap hendak bekerja.
Pandu bekerja malam di suatu cafe sebagai barista. Tetapi jikalau pagi harinya pandu bekerja sebagai pegawai marketing disalah satu perusahaan depeloper,yang membangun perumahan dan apartement.
Pak ridwan, ayah angkat Pandu berharap, mendoakan pandu semoga ada kebahagian yang bisa membalut luka dan menghapus kesedihannya.
Pandu tengah memacu roda duanya mengarah pulang ke rumah sehabis bekerja, melewati taman kota di malam hari. Tampak segar menghirup udara di malam hari, setelah hiruk-pikuk kebisingan dipagi hari. Taman kota tampak sepi.
Sudah menjadi rahasia umum aktivitas apa yg biasanya terjadi di jam larut malam seperti ini di taman kota. Tak lama kemudian, terlihat ada beberapa tampak wanita dan tampak wanita tapi bukan wanita berdandan wanita yang berdiri dipingir jalan memakai pakaian minim..minim kekurangan bahan, seolah menunggu seseorang, tapi entah siapa yang ditunggu. Pandu menambah kecepatan memacu kendaraan roda duanya. Melewati mereka.
Tiba-tiba pandu mengerem mendadak,pandu hampir saja menabrak seseorang. Seorang wanita sedang berlari terengah-engah, tepat berhenti didepan Pandu. Perangai, dandanan wanita ini berbeda seperti wanita yang dilihatnya tadi. Wanita ini memakai celana jins, kaos putih dipadu kemeja panjang yang lengannya digulung,tas kecil terselempang, topi menutupi rambut panjang yang dikuncir kebelakang, dan membawa sebuah alat perekam suara,webcame (kamera, alat foto,video)
Wanita itu masih terlihat terengah-engah. Seperti telah berlari sekian mil.
Pandu amat terkejut, dan beringsut kesal. “Heii.. Apa kamu mau mati. Kalau mau mati jangan buat masalah!“.
Gadis itu berucap,Sorry... Sorry, Aku memerlukan pertolongan, aku dikejar pereman.
Gadis itu segera naik ke atas motor pandu, pandu terlihat bingung tapi tak tau harus berkata apa. Ayooo cepat..pergi dari sini, Gadis itu memerintah, dengan sigap Pandu mengikuti,menyalakan motornya, memacunya.
Setelah jauh dari tempat tadi. Pandu memelankan kendaraan. Kemudian berhenti.
“ Heey sekarang sudah jauhkan,tidak akan ada lagi yg mengejarmu“kata pandu.
Gadis itu turun dari atas motor, seolah ingin menjelaskan apa yang terjadi tadi. Pandu langsung berkata,saya tidak ingin tau masalahmu. Kamu bisa pulangkan dengan naik taxi. Kebetulan tak jauh dari pandangan mereka ada taxi yang akan mendekat. Gadis itu berkata, iya terima kasih banyak atas pertolongannya.
Gadis itu beringsut memasuki taxi. Sambil bergerutu di dalam hati, Huhhhf dasar pria sombong.
Sesampainya dirumah pandu tiba-tiba terpikir kejadian tadi. “Ada Gadis malam-malam di tempat seperti itu. Hmm..tampaknya dia gadis baik-baik, tapi malam-malam begini ditempat seperti itu“.
Esoknya. Pagi hari Pandu sudah berada di tempat usaha pak ridwan. Kebetulan ayah angkatnya memiliki usaha ternak ikan dan burung perkutut di desa. Di kota dia juga memiliki ruko tempat penjualannya. Pandu diminta Pak Ridwan melihat ke ruko, sesekali untuk memantau. Jika pandu libur. Kebetulan hari ini Pak Ridwan ada urusan dikota dan mampir ke rukonya. Pandu menjaga ruko sembari menunggu ayah angkatnya. Terlihat sesekali dia melayani pembeli.
Pak ridwan telah datang hendak memasuki Ruko, sudah dari jauh menyapa Pandu dengan senyumnya. Dibelakang Pak Ridwan ada seorang wanita mengkutinya. Pandu sedikit terkejut, sepertinya dia pernah melihat wanita itu. Semakin mendekat, semakin jelas terlihat. Wanita itu adalah wanita yang ditolongnya tadi malam. Sang wanita pun sama-sama diam tampak melihat Pandu dengan seksama. Mungkin memastikan bahwa orang yang didepannya adalah benar orang yg semalam menolongnya.
Suara Pak Ridwan memecah keheningan, Pandu kenalkan ini anak teman paman dia baru pindah dari Semarang, namanya Amanda. Pandu mengulurkan tangannya, “Pandu.....“
“Amanda...“. Terima kasih atas pertolongannya tadi malam.
Pak ridwan celingukkan, melihat 2 pemuda pemudi ini. “Walah... Kalian sudah saling kenal toh.“ Tidak paman tepatnya kebetulan bertemu. Amanda menjawab.
Ya.. Tidak masalah kalian akan menjadi teman. Apalagi amanda baru disini, Pandu bisa membantu amanda. Betulkan Pandu. Kata pak ridwan.
Mendengar itu pandu jadi tersentak bingung. “Ha...a..pa..“ Tatapan pandu melihat tatapan pak ramdan, pak ridwan mengisyaratkan kalau pandu tak bisa menolak permintaannya. “Ahh..iya..,tentu saja“.
Mereka bertiga berbincang-bincang. Pandu disana hanya kebanyakan menyimak pembicaraan, sesekali pak Ridwan memancing Pandu berbicara dan mengobrol dengan Amanda. Pandu merekam semua pembicaraan pak ridwan dan amanda, di memorinya. Diketahui kalau amanda baru lulus kuliah, dia ingin belajar mandiri dan bekerja sesuai dengan bidang keinginannya, dulu ayahnya memaksanya menyekolahkannya bagian akuntan dan harus lulus dengan nilai yang baik, tapi amanda lebih meyukai, melukis, foto dan desigdn. Bersyukur ayahnya sekarang memberikan kesempatan kepada Amanda apapun yang amanda inginkan, asal bisa dipertanggung jawabkan. Amanda sekarang bekerja sebagai bagian editor majalah. Sesekali dia bersedia untuk menjadi wartawan lepas. Ya seperti kejadian semalam, memburu berita ataupun membuat berita baru. Tantangan menurutnya untuk langsung terjun mencari berita baru sesuai bukti dan fakta, bagian dari kredibilitas sebagai wartawan.
Setelah hari itu,amanda beberapa kali sering datang ke ruko. Semua pedagang dan pegawai sekitar dengan cepat mengenal amanda. Amanda yang ceria dan ramah, cepat dikenal. Banyak orang menyukai amanda. Amanda anak yang baik,ramah dan tampak selalu ceria. Hanya Pandu bersikap cuek dan dingin dengan amanda. Amanda mengetahui dari beberapa pegawai
mengatakan memang Pandu seperti itu, tidak hanya kepada amanda.
Pandu berfikir amanda baik kepada orang-orang, hanya ingin melakukan pendekatan sebagai bahan informasinya. Mungkin dia sedang mencari bahan untuk mengisi majalahnya. Pernah pandu melihat amanda sering menggunakan webcamenya bertanya-tanya dengan ibu pedagang yang lain selain pegawai di ruko. Seolah mewancarai. Kemudian tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan. Kelakuan amanda di toko, berfoto selfi tersenyum dengan ikan,burung dan binatang lainnya. Membuat video menurutnya lucu dan berfoto-foto dengan pegawai. Bagi pandu itu mengganggu pandangannya. Baginya Amanda hanya bermain-main saja disini, menggangu pekerjaannya. Hanya pandu yang tampak terlihat terganggu oleh amanda.
Di sore hari di hari minggu,seperti biasa amanda datang dengan wajah cerianya, semua pegawai menyapa amanda. Pak Ridwan meminta Pandu untuk menemani Amanda melihat-lihat koleksi ikan barunya.
Pandu mengajak amanda melihat ikan-ikan di aquarium dan beberapa pegawai yang tengah menghias isi aquarium agar tampak cantik. Amanda tampak senang sekali. Terlihat senyum bahagia di bibirnya. Tanpa disadari pandu sedari tadi melihat, memperhatikan amanda.
Amanda sedang berdecak kagum melihat ikan yang berenang-renang di aquarium. “Wah.. Ikan ini indah sekali,lihatlah“. Kata Amanda tersenyum. Sambil memainkan ikan di luar kaca.
Apa kau memang mudah sekali tertawa,senang, riang,girang,tersenyum bahagia pada hal-hal sepele. Kata Pandu.
Amanda hanya diam saja, melihat ke arah pandu kemudian kembali asyik memainkan ikan yang dilihatnya. Lagi-lagi Pandu melihat senyumnya.
“Senyumnya membuatnya tampak semakin cantik“. Dalam hati pandu. Dia kembali tersadar menghilangkan pikiran itu.
Amanda menarik tangan Pandu, “coba lihatlah kesini, memang cantik kan...“. Kata amanda antusias, “Ia....cantik..“ Kata pandu datar.
Hari berganti,tanpa disadari keceriaan Amanda memberi warna kepada orang-orang sekelilingnya termasuk juga Pandu.
Beberapa hari berikutnya, sudah lama amanda tidak datang. Beberapa pegawai dan ibu,bapak pedagang ruko sebelah menanyakan amanda kepada Pandu. Hanya Pandu yang tidak membahas tentang amanda yang sudah lama tidak datang. Hanya pandu yang tampak tidak ingin tau dan tidak bertanya-tanya. Tapi didalam hati Pandu merasa kehilangan. Pandu menjadi khawatir dengan amanda. Pandu bertanya-tanya kenapa gadis pengganggunya itu tidak datang. Disini tampak sepi jika tidak ada amanda. Tanpa orang-orang ketahui Pandu mulai dekat dengan amanda. Pandu mulai terbuka dan mau bercerita sesuatu kepada amanda.
Dulu amanda pernah memberikan kartu namanya kepada Pandu. No teleponenya. Waktu pandu meminta tolongnya memasukan dimajalah untuk periklanan tempat perusahaannya bekerja. Sambil berkata. Apakah kamu memerlukan ini, simpanlah. Pandu menyesal kenapa tidak mengambilnya.
Pandu mulai resah. Dilain sisi Pandu malu untuk menanyakan kabar amanda ke Pak ridwan. Akhirnya Pandu menanyakan nomor telepone amanda kepada pak Ridwan, beralasan bahwa dia ingin meminjam kamera amanda. Untuk pertama kalinya pandu mengetik pesan,menanyakan kabar kepada amanda.
“Amanda apa kabarmu.. Sudah lama kamu tidak kesini. Karena mu pegawai,beberapa pedagang dan ibu sebelah ruko menanyakan kabarmu? Apa kau punya hutang kepada mereka?.Pandu.“
Pandu segera mengirim nya ke amanda.
Tit..tit..tit.. Handpone Pandu berbunyi. Tampak ada balasan dari amanda. Pandu membukanya.
“^.^ aku baik-baik saja, trims“
Apa ini... Dijawab singkat seperti ini. Pandu berbicara sendiri. Pertama kalinya sms seorang gadis, dijawab singkat seperti ini. Hufttt.. Amanda..aku tidak akan mengirim pesan kepadamu lagi. Kata pandu.
Pandu mencoba menelpon amanda tetapi tidak diangkat. Kemudian handponenya tidak dapat dihubungi. Pandu menyerah berfikir tidak perlu dirisaukan lagi, amanda menulis dia baik-baik saja, mungkin dia sibuk tidak ingin diganggu. Apakah dia baik-baik saja? Gadis itu pasti baik-baik saja,pandu meyakini dirinya sendiri. Tampak ada raut kekecewaan, kekhawatiran diwajah Pandu.
Pandu seperti biasa dengan rutinitas aktivitasnya. Pandu pergi kekantor hari ini dia mendapat tugas ke surabaya selama seminggu. Keberangkatannya besok lusa.
Sesampainya di Surabaya, pandu menginap dirumah anak saudara ibunya. Keluarga yang sederhana tapi tampak bahagia. Dirumah itu Pandu merasakan kedamaian, terlihat guratan-guratan senyum keceriaan dari anak-anak saudaranya itu. Senyum itu mengingatkan Pandu dengan Amanda. Kesederhanaan, keceriaan, kebahagiaan mereka mengingatkan Pandu dengan amanda.
Pandu mengingat kata-kata amanda;
Pandu.. Cobalah untuk tersenyum. Bahagia itu sederhana. ketika kita menerima semuanya, kemudian tersenyum, kita bahagia. Bukan berarti kita kalah.
Pandu melihat saudaranya yang telah sedari tadi tampak menunggu suaminya pulang bekerja, sekarang tengah tersenyum memberikan secangkir teh hangat, anaknya segara mendekati, memeluk ayahnya. Jauh sekali pandangan yang dilihatnya dahulu waktu pandu kecil. Semua kehangatan yang dilihatnya mengingatkannya dengan amanda. Pandu mengingat percakapannya dengan amanda.
Amanda.. Apa yang kamu inginkan... Apa yang kamu cita-citakan, setelah bekerja sesuai inginmu,menempuh pendidikan setinggi mungkin??apa lagi?, kata pandu.
.....Mempunyai keluarga yang bahagia. Kata amanda.
Apakah itu akhir dari semua. Kata pandu.
Itu awal bukan akhir.., Kamu tidak akan pernah mengerti pandu... Kata Amanda.
Semua membuyarkan lamunan Pandu tentang amanda. Bahagia itu sesederhana itukah?,dengan tersenyum??. Pandu bertanya dengan dirinya sendiri. Pandu mematut dirinya dikaca. Dia mencoba untuk tersenyum.
Okey.. Mulai dari..
Smile..
Smile..
Sekali lagi smile.
Terlihat senyuman yang kaku.
Hmm.. Kira-kira apa yang membuatku bisa tersenyum... Pandu tiba-tiba terpikir tentang Amanda.. Pandu mengingat amanda, mengingat kejadian-kejadian yang lucu bersama amanda. Mengingat ketika amanda tersenyum.
Pandu akhirnya tersenyum. Yang dia rasakan perasaannya merasa lega. Terasa ringan. Merasa bahagia.
Setelah kembali dari tugasnya di luar kota, seperti biasa setiap satu minggu sekali Pandu sempatkan menjenguk ibunya. Kali ini berbeda dengan hari biasanya. Pandu menjenguk ibunya dengan senyum, pandu akan selalu tersenyum. Pandu mulai bercerita tentang segala hal yang sebenarnya cerita yang selalu diceritakan pandu, mengingati tentang masa kecil kebersamaan dengan ibunya. Ibunya memasakan makanan kesukaan pandu, mengantar pandu kesekolah, dll. Hari kehari tampak ibunya berangsur-angsur membaik. Dokter pun mengatakan demikian lewat telepone dengan Pandu. Ibu pandu sudah tampak normal. Beberapa waktu yang lalu dia sudah bisa berkomunikasi dengan suster perawat, meminta segelas air. Dan sekarang sudah bisa berkomunikasi dengan baik.
Suatu hari, seperti hari biasa Pandu melihat ibunya di rumah sakit. Tampak ibu pandu hanya diam saja membisu,tapi tampak mendengarkan. Setelah bercerita banyak hal, Pandu pamit. Pandu hendak melangkah pergi. Terdengar suara lirih ibu pandu memanggil nama pandu, “Pandu.....“. Terlihat bulir-bulir air mata menetes di mata ibu pandu, ibu pandu merentangkan tangan hendak memeluk pandu. Pandu mendengar, segera berbalik badan, melihat tersebut segera memeluk ibunya.
“Ibu.. Sudah ingat aku bu.."Sambil menangis. Ibu pandu menganguk, sambil sesegukan menangis. Pandu kini bisa berkumpul kembali bersama ibunya. Ibu pandu sudah dinyatakan sehat oleh dokter. Ibu pandu ingin mengisi waktu luang dan ikut membantu di rumah sakit. Ibu Pandu bekerja sebagai membantu juru masak di rumah sakit. Pihak rumah sakit membolehkannya karena sudah mengenal baik ibu pandu selama ini.
Pandu ingin sekali mengabarkan kebahagiaannya dengan amanda. Tapi amanda tidak tau dimana bagai ditelan bumi. Telepone pandu tidak pernah diangkat. Hanya pesan singkat yang di balasnya. Pesan bahwa pandu kamu harus bahagia. Pandu semangat. Pandu ingat slalu tersenyum. Pandu Aku baik-baik saja.
Pandu ingin berniat menanyakan alamat amanda kepada Pak ridwan, Pandu ingin mengatakan perasaan hatinya kepada amanda.
Kring.. Krinng, bunyi telepone Pandu, ternyata dari Pak ridwan. Pak ridwan memberi kabar yang mengejutkan, bahwa amanda dirumah sakit. Pak ridwan memberikan alamat rumah sakitnya, menyuruh pandu cepat kesana. Pandu terkejut mendengarnya dan bergegas ke alamat yang dituju. Sesampainya dirumah sakit, Pandu berlari menyusuri koridor ke kamar amanda. Pandu mengingat setiap peristiwa dia bersama amanda, pertemuannya pertama, pertengkaran dan keceriaannya bersama amanda.
Sesampainya di kamar amanda. Di depan pintu, terlihat pria yang seumur dengan Pak ridwan. Dialah ayah amanda. Dia mengatakan bahwa amanda sedang kritis. Dari kaca.. Pandu melihat amanda sedang ditangani dokter. Pandu sangat merasa bersedih, menangis... Kenapa...
Kenapa amanda tidak pernah bercerita. Dari ayahnya pandu mengetahui amanda mengidap penyakit kanker otak. Kini sudah stadium 4. Beberapa bulan ini amanda sedang melakukan kiemoterapi. Tetapi riwayat kanker yang tampaknya sudah lama dan semakin meningkat, sulit diterima oleh tubuh amanda. Sekarang amanda sedang kritis.
Pandu masuk kedalam kamar rawat. Menggengam tangan amanda.
Amanda.. Ayo bangunlah..
Aku ingin bersama dengan mu....
Kau tau.. Dalam tidur ku bahkan aku berdoa, aku ingin bersamamu...
Aku mencintaimu amanda...
Ayah amanda menghampiri pandu, memberikan pandu kamera dan surat dari amanda. Pandu melihat isi kamera amanda, foto amanda dengan anak-anak kecil sambil bermain gitar, teman-teman amanda, dan diskip foto selanjutnya, semua foto pandu yang diambilnya diam-diam tanpa sepengetahuan pandu. Terlihat dibelakang pandu, ketika pandu sedang bertampang serius amanda memfoto pandu, menunjukan senyumnya.. Terlihat pandu di belakangnya. Video-video yang pandu terlihat aneh sendiri. Semua foto berisi Senyum keceriaan amanda hanya foto pandu yang terlihat berbeda darinya. Foto yang diambil diam-diam, tanpa senyum. Di plat foto dia tulis, foto kenangan.
Kemudian Pandu membuka amplop yang berisi surat amanda untuk Pandu.
Isi surat amanda untuk pandu.
Hai.. Pandu...
Maav karena tidak bisa mengangkat telepone mu. Hari-hari ini aku disibukkan dengan sekeliling berwana putih.
Sejak kita pertama bertemu, tidak dibayangkan bahwa aku akan mengenalmu. Tidak dibayangkan bahwa kita akan bertemu kembali, diperkenalkan oleh pak ridwan, teman ayah.
Tidak dibayangkan juga bahwa Aku menyukaimu.... Sungguh malu rasanya jika seorang gadis harus berkata ini. Tapi... Ya, mungkin ini untuk terakhir kali. Karena mungkin kita tidak pernah bertemu lagi. Jadi aku tidak akan malu Kan.
Aku meminta maav ya... Karena telah memfotomu tanpa izin.
Pandu... Berusahalah tersenyum, memberi senyum, berbahagia.. Memberi kebahagiaan. Ternyata bisa lebih melegakan,mengurangi kesedihan itu sendiri daripada memikirkan kesedihan, yang mungkin tak kan pernah berakhir. Kesedihan itu ternyata berkutat dalam pemikiran kita sendiri. Ketika kita membuka mata maka ada banyak hal, ada banyak masalah dan ujian kesedihan yang dimiliki makhluk dimuka bumi, mereka butuh bantuan mu, butuh keceriaanmu.
Jika aku pergi. Tersenyumlah, berbahagialah. Lihat betapa jeleknya fotomu disana. ^.^.
Amanda.
Amanda meninggalkan seberkas senyum yang terpatri di hati Pandu. Amanda mengajarkan sesuatu yang tentang arti penting kehidupan. Mengajarkan Pandu tentang rasa kasih sayang. Menyadarkan Pandu untuk bahagia. Mengajarkan Pandu untuk tidak merasa paling hidup menderita dan menyedihkan sehingga menghilangkan kepedulian terhadap orang lain bahkan menjadi bersikap individualis.
Created fit3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar