Selasa, 24 November 2015

life long loving you

Life long loving you

Masih teringat jelas diingatan 12 februari 12 tahun yang lalu.. Suasana yang penuh khikmad, didepan keluarga, sanak saudara kerabat dan dimata Tuhan semesta Alam. Terpatri dalam hatiku untuk menerimamu, setelah engkau meminta kepada ibu dan ayahanda adalah menunjukkan kehormatan mu sebagai insan. Nasehat-nasehat terangkum dalam benak dan sanubari, tanggung jawab sebagai nahkoda kan kau emban... Kita tak kan perlu jauh-jauh mencari contoh panutan, kedua ayah dan ibunda kita pun dapat menjadi panutan ketika tauladannya kepada rasullah.

Pidato nasehat pernikahan kita waktu itu masih ku ingat jelas.....kata-kata yang diambil dari nasehat rangkuman dari seorang profesor yang telah lebih dulu mengarungi memaknai kehidupan.
   
Kita seringkali menganggap pernikahan itu adalah peristiwa hati...
Padahal sesungguhnya pernikahan adalah peristiwa peradaban...

Ini bukan cuma tentang 2 manusia yg saling mencintai lalu mengucap akad... Tetapi bahkan ini merupakan peristiwa peradaban yang mengubah demografi manusia...

Pernikahan adalah sayap kehidupan. Rumah adalah benteng jiwa...
Jika di rumah kita mendapat energi memadai, di luar rumah kita akan produktif...

'Sakinah' bukan cuma 'tenang' Ia berasal dari kata 'sakan' yang artinya 'diam/tetap\stabil'. Maka ia menjadikan tenang karena stabil, bukan tenang yang melalaikan...

Sakinah adalah perasaan tenang yang lahir dari kemantapan hati.

Manusia menjadi tenang saat kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara komprehensif.

Al Quran menjelaskan: 'Kami jadikan air sebagai sumber kehidupannya'. Air (mani) merupakan: sumber (simbol) stabilitas (psikis saat diatur volumenya dalam tubuh) dan produktifitas (kualitas semangat & kuantitas keturunan)

Hakikat pernikahan tidak bisa dipelajari dari manapun. Learning by doing~...

Islam mengarahkan menikah muda agar rasa penasaran itu cepat terjawab. Agar setelah 'rasa penasaran' itu terjawab, perhatian seseorang bisa lebih banyak tercurah dari urusan biologis ke intelektualitas, spiritualitas.

Tidak perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya. Sebab pelaut ulung pun lahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera.

Yang bisa membuat kita melewati gelombang itu adalah persepsi awal yang benar tentang cinta. Yaitu cinta sebagai dorongan untuk terus memberi pada yang kita cintai.

Hubungan yang terbina dari sini bukan hanya hubungan emosional, tapi juga spiritual dan rasional.

Karena keluarga ini adalah basis sosial terkecil untuk membangun peradaban..

Begitulah kata - kata, kalimat-kalimat goresan tinta pena mitha di diarynya. Mengungkapkan kerinduannya pada bang Amran, suaminya.

Bersambung. (Kpn2x dilanjutkan) by fitri.:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar