Life long loving you
Masih teringat jelas diingatan 12 februari 12 tahun yang lalu.. Suasana yang penuh khikmad, didepan keluarga, sanak saudara kerabat dan dimata Tuhan semesta Alam. Terpatri dalam hatiku untuk menerimamu, setelah engkau meminta kepada ibu dan ayahanda adalah menunjukkan kehormatan mu sebagai insan. Nasehat-nasehat terangkum dalam benak dan sanubari, tanggung jawab sebagai nahkoda kan kau emban... Kita tak kan perlu jauh-jauh mencari contoh panutan, kedua ayah dan ibunda kita pun dapat menjadi panutan ketika tauladannya kepada rasullah.
Pidato nasehat pernikahan kita waktu itu masih ku ingat jelas.....kata-kata yang diambil dari nasehat rangkuman dari seorang profesor yang telah lebih dulu mengarungi memaknai kehidupan.
Kita seringkali menganggap pernikahan itu adalah peristiwa hati...
Padahal sesungguhnya pernikahan adalah peristiwa peradaban...
Ini bukan cuma tentang 2 manusia yg saling mencintai lalu mengucap akad... Tetapi bahkan ini merupakan peristiwa peradaban yang mengubah demografi manusia...
Pernikahan adalah sayap kehidupan. Rumah adalah benteng jiwa...
Jika di rumah kita mendapat energi memadai, di luar rumah kita akan produktif...
'Sakinah' bukan cuma 'tenang' Ia berasal dari kata 'sakan' yang artinya 'diam/tetap\stabil'. Maka ia menjadikan tenang karena stabil, bukan tenang yang melalaikan...
Sakinah adalah perasaan tenang yang lahir dari kemantapan hati.
Manusia menjadi tenang saat kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara komprehensif.
Al Quran menjelaskan: 'Kami jadikan air sebagai sumber kehidupannya'. Air (mani) merupakan: sumber (simbol) stabilitas (psikis saat diatur volumenya dalam tubuh) dan produktifitas (kualitas semangat & kuantitas keturunan)
Hakikat pernikahan tidak bisa dipelajari dari manapun. Learning by doing~...
Islam mengarahkan menikah muda agar rasa penasaran itu cepat terjawab. Agar setelah 'rasa penasaran' itu terjawab, perhatian seseorang bisa lebih banyak tercurah dari urusan biologis ke intelektualitas, spiritualitas.
Tidak perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya. Sebab pelaut ulung pun lahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera.
Yang bisa membuat kita melewati gelombang itu adalah persepsi awal yang benar tentang cinta. Yaitu cinta sebagai dorongan untuk terus memberi pada yang kita cintai.
Hubungan yang terbina dari sini bukan hanya hubungan emosional, tapi juga spiritual dan rasional.
Karena keluarga ini adalah basis sosial terkecil untuk membangun peradaban..
Begitulah kata - kata, kalimat-kalimat goresan tinta pena mitha di diarynya. Mengungkapkan kerinduannya pada bang Amran, suaminya.
Bersambung. (Kpn2x dilanjutkan) by fitri.:-)
Selasa, 24 November 2015
helikopter pak harto
Cerita ini bercerita tentang Salim anak desa berumur 6 tahun. Yang dibesarkan dengan suasana desa yang asri jauh dari hiruk - pikuk dan hingar-bingarnya ibu kota. Berawal dari mainan masa kecilnya yang menjadi inspirasi menggapai cita-citanya.
Helikopter Pak Harto
Pagi yg cerah sehabis hujan semalam. Mengguyur desa baliwang. Radio tvri mengabarkan bahwa presiden suharto akan berkunjung ke desa penghasil lumbung padi terbaik.
Terdengar jejak-jejak langkah bocah kecil dengan bertelanjang kaki, berlarian di pingiran sawah. Dengan penuh semangat
“Salim... Salim... Kemari nak..!, tunggu emak Salim.. “Suara Mak Lasmi memanggil manggil anaknya. Mak Lasmi terus mengikuti anaknya dari belakang.
“Salim tidak mau terlambat mak...! Salim mau lihat helikoternya mendarat!“ jerit Salim menyahuti emaknya sambil terus berlari.
Penduduk sudah ramai disana tidak jauh dari tempat lintasan helikopter, pengaturan pun dimulai penduduk diminta beralih ke tempat penyambutan. Helikopter sedang berputar-putar bersiap-siap akan mendarat. Salim dan emaknya disana. Salim melongo dengan antusias.
Helikoter pun mendarat dilintasan. Baling - balingnya membuat debu dan daun - daun berterbangan.
Salim bocah kecil umur 6 tahun ikut berdesakkan dengan penduduk desa yang lainnya. Emak yang tidak lepas matanya melihat Salim, emak takut Salim terhimpit, emak berusaha melindungi Salim.
Salim kecil bisa melewati dari cela - cela orang untuk bisa kedepan melihat orang penting pertama di Indonesia. Bapak rakyat Indonesia, bapak Presiden Indonesia turun dari helikopter sambil melambaikan tangannya dengan ibu negara. Salim berhasil kedepan sekali.
Acara penyambutan Presiden berjalan apik. Dari Presiden memantau pertanian disawah, proses pelumbungan padi, dan proses agar menjadi beras yang berkualitas.
Isi pidato presiden:
Presiden berjanji akan membantu berusaha pada hal-hal yang diperlukan untuk peningkatan taraf hidup petani. Dan membantu untuk peningkatan kualitas pangan. Seperti mencanangkan koperasi, memberi sumbangan alat penggiling padi, donansi pupuk dan anti hama untuk pertanian. Sehingga diharapkan petani bisa diringankan bebannya.
Presiden juga mencanangkan untuk membeli hasil pangan negeri sendiri tidak lagi import dari negara tetangga, karena dari segi kualitas pangan negara Indonesia cukup baik bahkan lebih bisa unggul dari negara lain dan adanya ketetapan harga beras buat perusahaan distributor, dihimbau kepada penyalur untuk membeli harga yang lebih layak kepada petani, karena harga beras yang dibeli kepada petani harganya jauh lebih murah sedangkan dipasarkan berbeda jauh. Agar Petani tidak mengalami kerugian dan terus bisa meningkatkan kualitas pangan, dan perusahaan tidak lebih memilih barang import.
Presiden dibantu dengan mahasiswa pertanian ITB sedang melakukan pengujian membuat pupuk berkualitas baik buat tanaman, tanaman bisa menghasilkan dipanen tidak harus musimnya. Serta memproduksi anti hama tanpa bahan kimia aman buat lingkungan yang murah dan berkualitas baik. Jadi bisa merendahkan pengeluaran proses perawatan. Pengeluaran pembelian pupuk dan obat anti hama. Diharapkan semuanya semoga bisa berhasil.
Masyarakat mendengarkan presiden dengan khikmad. Presiden memberi semangat buat masyarakat agar terus meningkatkan SDA dan SDMnya agar lebih maju dari sekarang.
Penutupan kata sambutan, disambut dengan tepuk tangan riuh masyarakat. Acara Selesai
~~~~~~~~~~~~
Helikopter telah berangkat membawa sang presiden. Tapi Salim masih terus memandanginya dengan takjup dari jauh. Sampai heli tak terlihat dari pandangan sudah melintas jauh.
“Ayoo.. Salim..! mari kita pulang, nanti abah sudah sampai di rumah dari pasar, abah pasti lapar... Emak mau buat makan siang untuk Abah...“ kata Emak yang berusaha membujuk Salim untuk pulang.
Salim dan mak Lasmi berjalan pulang sambil Emak mengandeng tangan Salim.
Di perjalanan Salim dan emak melewati pasar kaget yang hanya ada satu bulan sekali, semua pedagang berjejer berkumpul, semua lengkap, barangnya berasal dari kota, disana ada yang menjual berbagai macam barang sembako, baju, alat rumah tangga,dll.
Salim matanya tidak lepas tertuju pada satu mainan di tenda yang menjual macam - macam mainan anak - anak. Salim melihat miniatur helikopter kecil.
“Helikopter pak Harto“ mak..! Itu helikopter pak Harto...! Kata Salim kepada emaknya. Emak tersenyum mendengarnya.
Emak berusaha menjelaskan kepada Salim dengan penuh kasih sayang sambil mengelus kepala Salim, mengiyakan apa yang dikatakan Salim “iya Salim... seperti helikopter yang membawa pak harto tadi ya“. Kata emak dengan lemah lembut. Emak menjelaskan bahwa mainan itu namanya miniatur helikopter. Menyerupai helikopter dalam bentuk mainan.
Helikopter yang kecil itu mak...bolehkah mak? Kata Salim yang berusaha membujuk emaknya ingin punya helikopter itu.
Emak akhirnya luluh juga hatinya, menuruti keinginan Salim dengan pesan bahwa mainannya harus dijaga ya jangan rusak.. Emak pun membayar uang kepada penjual dengan harga rp 3000.
Salim berterimakasih kepada emaknya dan berjanji akan Salim jaga helikopternya. Salim sambil tersenyum bahagia, berjalan dengan riangnya menerima mainan kecilnya.
Sambil berjalan... Salim berkata:
Mak, nanti kalau Salim besar, Salim akan punya mengendarai seperti helikopter pak Harto ini mak.... Salim akan ajak emak dan abah jalan - jalan. Sambil menunjukkan, memainkan helikopter kecilnya.
“Wing..wing.,,guing~,,,,!“
Emak hanya senyum saja mendengar omongan bocah kecilnya.
Salim sebenarnya bukanlah anak yang dibiasakan untuk mudah membeli mainan yang diinginkan ketika mata memandang. Kalau pun Salim ingin emak biasa mengajarinya menabung dari uang harian dan bersabar untuk membelinya.
Emak dan Abah takut Salim menjadi konsumtif jadi tidak ingin membiasakan Salim dengan mudah membeli mainan.
Abah lebih suka mengajarkan Salim membuat mobil dari batang pisang, kayu, atau lipatan dari kertas berupa pesawat, perahu, burung - burung kertas kemudian mewarnainya, menciptakan permainan yang menyenangkan.
Pernah suatu ketika Abah sedang ada kelebihan rezeki hasil panen. Abah ingin membeli hadiah untuk Salim sebagai kejutan di hari ulang tahunnya. Abah membeli mainan mobilan yang beremote dengan harga yang cukup mahal kemudian dengan bangganya Salim memperlihatkan kepada teman - temannya. Malah terjadi keributan, mainan itupun rusak.
Ketika dijelaskan abah, Salim tidak ingin tidak tertarik lagi kepada mainan yang dijual - jual pedagang karena mengingat keributan dengan temannya akibat mainan barunya menjadi tidak menyenangkan bermain bersama teman - temannya dan salim pun sadar bahwa masih banyak yang diperlukan emak dari sekedar untuk membeli mainannya kemudian rusak.
Salim ingat, bahwa Abah pernah berkata gangsing terbuat dari kayu lebih menyenangkan untuk dimainkan karena kamu bisa membuatnya sendiri Salim.. bukan sekedar bisa membelinya kemudian rusak.
Salim pun lebih merasa bahagia berkumpul dengan teman - temannya. Bisa bermain kelereng bersama temannya dengan bahagia, bermain gangsing yang dibuatnya sendiri, atau mobil - mobillan dari kayu dan batang pisang.
Tidak menghilangkan kebahagiannya. Kebagusannya bukan karena harganya, karena mahal maka pasti bagus, tapi karena Salim dan teman - temannya membuatnya sendiri. Dan mereka bahagia memainkannya bersama-sama. Tentunya bisa lebih mendekatkan pertemanan dan persahabatan karena tidak ada yang berkata punya ku lebih bagus dan keren karena harganya mahalnya orang tuaku membelinya.
Mungkin dengan didikan seperti itulah salim sangat menghargai sesuatu. Dari hal kecil sebuah barang mainan, baik itu mainan yang diinginkannya dengan cara ditabung ataupun helikopter pemberian ibunya. Salim selalu menjaga sesuatu yang didapatnya. Hampir setiap hari Salim bermain dengan helikopter pemberian ibunya. Salim selalu membenahi mainannya ketika selesai bermain, pasti selalu dibereskan kembali ditaruh ditempatnya, itu yang selalu ibunya ajarkan. Salim menaruh helikopter pemberian ibunya berbeda dengan mainannya yang lain. Salim selalu menaruhnya diatas meja kecil belajarnya. Salim sangat menyukai helikopter itu. Salim sangat tertarik dengan helikopter. Sampai Salim sudah bisa membaca dan menulis dan Salim bertumbuh besar mulai bersekolah lanjut, Salim tetap menyukai helikopter itu. Ditaruhnya helikopter pemberian ibunya rapi diatas meja belajarnya.
~~~~~~~~~~
Waktu terus bergulir tanpa terasa waktu telah berlalu. Keadaan berbeda di 14 tahun kemudian.
Di istana negara setelah upacara bendera. Semua hadirin melihat ke angkasa dengan terkagum - kagum. Tim Aerobatik dari TNI dengan pesawat tempur rIn1 Cakrawala buatan negara republik Indonesia sedang melakukan maneuver fly pass melesat diatas langit dengan gagahnya. Ada 6 pesawat diangkasa sedang beraksi.
Diatas pesawat sang pilot sedang terus berkonsentrasi melakukan aksi menerbangkan pesawat diangkasa. Di sayap kiri adalah kapten Ruli matumurung, sayap kanan bernama letda. hendrik hermansyah. Komando dipimpin oleh kapten Salim putrawardana asli dari desa kecil baliwang anak dari emak Lasmi dan abah Kasim.
Semua bersorak sorai. Bertepuk tangan melihat aktrasi manuver yang begitu hebat.
Created fitri
Email. vitriedoank@yahoo.com
Helikopter Pak Harto
Pagi yg cerah sehabis hujan semalam. Mengguyur desa baliwang. Radio tvri mengabarkan bahwa presiden suharto akan berkunjung ke desa penghasil lumbung padi terbaik.
Terdengar jejak-jejak langkah bocah kecil dengan bertelanjang kaki, berlarian di pingiran sawah. Dengan penuh semangat
“Salim... Salim... Kemari nak..!, tunggu emak Salim.. “Suara Mak Lasmi memanggil manggil anaknya. Mak Lasmi terus mengikuti anaknya dari belakang.
“Salim tidak mau terlambat mak...! Salim mau lihat helikoternya mendarat!“ jerit Salim menyahuti emaknya sambil terus berlari.
Penduduk sudah ramai disana tidak jauh dari tempat lintasan helikopter, pengaturan pun dimulai penduduk diminta beralih ke tempat penyambutan. Helikopter sedang berputar-putar bersiap-siap akan mendarat. Salim dan emaknya disana. Salim melongo dengan antusias.
Helikoter pun mendarat dilintasan. Baling - balingnya membuat debu dan daun - daun berterbangan.
Salim bocah kecil umur 6 tahun ikut berdesakkan dengan penduduk desa yang lainnya. Emak yang tidak lepas matanya melihat Salim, emak takut Salim terhimpit, emak berusaha melindungi Salim.
Salim kecil bisa melewati dari cela - cela orang untuk bisa kedepan melihat orang penting pertama di Indonesia. Bapak rakyat Indonesia, bapak Presiden Indonesia turun dari helikopter sambil melambaikan tangannya dengan ibu negara. Salim berhasil kedepan sekali.
Acara penyambutan Presiden berjalan apik. Dari Presiden memantau pertanian disawah, proses pelumbungan padi, dan proses agar menjadi beras yang berkualitas.
Isi pidato presiden:
Presiden berjanji akan membantu berusaha pada hal-hal yang diperlukan untuk peningkatan taraf hidup petani. Dan membantu untuk peningkatan kualitas pangan. Seperti mencanangkan koperasi, memberi sumbangan alat penggiling padi, donansi pupuk dan anti hama untuk pertanian. Sehingga diharapkan petani bisa diringankan bebannya.
Presiden juga mencanangkan untuk membeli hasil pangan negeri sendiri tidak lagi import dari negara tetangga, karena dari segi kualitas pangan negara Indonesia cukup baik bahkan lebih bisa unggul dari negara lain dan adanya ketetapan harga beras buat perusahaan distributor, dihimbau kepada penyalur untuk membeli harga yang lebih layak kepada petani, karena harga beras yang dibeli kepada petani harganya jauh lebih murah sedangkan dipasarkan berbeda jauh. Agar Petani tidak mengalami kerugian dan terus bisa meningkatkan kualitas pangan, dan perusahaan tidak lebih memilih barang import.
Presiden dibantu dengan mahasiswa pertanian ITB sedang melakukan pengujian membuat pupuk berkualitas baik buat tanaman, tanaman bisa menghasilkan dipanen tidak harus musimnya. Serta memproduksi anti hama tanpa bahan kimia aman buat lingkungan yang murah dan berkualitas baik. Jadi bisa merendahkan pengeluaran proses perawatan. Pengeluaran pembelian pupuk dan obat anti hama. Diharapkan semuanya semoga bisa berhasil.
Masyarakat mendengarkan presiden dengan khikmad. Presiden memberi semangat buat masyarakat agar terus meningkatkan SDA dan SDMnya agar lebih maju dari sekarang.
Penutupan kata sambutan, disambut dengan tepuk tangan riuh masyarakat. Acara Selesai
~~~~~~~~~~~~
Helikopter telah berangkat membawa sang presiden. Tapi Salim masih terus memandanginya dengan takjup dari jauh. Sampai heli tak terlihat dari pandangan sudah melintas jauh.
“Ayoo.. Salim..! mari kita pulang, nanti abah sudah sampai di rumah dari pasar, abah pasti lapar... Emak mau buat makan siang untuk Abah...“ kata Emak yang berusaha membujuk Salim untuk pulang.
Salim dan mak Lasmi berjalan pulang sambil Emak mengandeng tangan Salim.
Di perjalanan Salim dan emak melewati pasar kaget yang hanya ada satu bulan sekali, semua pedagang berjejer berkumpul, semua lengkap, barangnya berasal dari kota, disana ada yang menjual berbagai macam barang sembako, baju, alat rumah tangga,dll.
Salim matanya tidak lepas tertuju pada satu mainan di tenda yang menjual macam - macam mainan anak - anak. Salim melihat miniatur helikopter kecil.
“Helikopter pak Harto“ mak..! Itu helikopter pak Harto...! Kata Salim kepada emaknya. Emak tersenyum mendengarnya.
Emak berusaha menjelaskan kepada Salim dengan penuh kasih sayang sambil mengelus kepala Salim, mengiyakan apa yang dikatakan Salim “iya Salim... seperti helikopter yang membawa pak harto tadi ya“. Kata emak dengan lemah lembut. Emak menjelaskan bahwa mainan itu namanya miniatur helikopter. Menyerupai helikopter dalam bentuk mainan.
Helikopter yang kecil itu mak...bolehkah mak? Kata Salim yang berusaha membujuk emaknya ingin punya helikopter itu.
Emak akhirnya luluh juga hatinya, menuruti keinginan Salim dengan pesan bahwa mainannya harus dijaga ya jangan rusak.. Emak pun membayar uang kepada penjual dengan harga rp 3000.
Salim berterimakasih kepada emaknya dan berjanji akan Salim jaga helikopternya. Salim sambil tersenyum bahagia, berjalan dengan riangnya menerima mainan kecilnya.
Sambil berjalan... Salim berkata:
Mak, nanti kalau Salim besar, Salim akan punya mengendarai seperti helikopter pak Harto ini mak.... Salim akan ajak emak dan abah jalan - jalan. Sambil menunjukkan, memainkan helikopter kecilnya.
“Wing..wing.,,guing~,,,,!“
Emak hanya senyum saja mendengar omongan bocah kecilnya.
Salim sebenarnya bukanlah anak yang dibiasakan untuk mudah membeli mainan yang diinginkan ketika mata memandang. Kalau pun Salim ingin emak biasa mengajarinya menabung dari uang harian dan bersabar untuk membelinya.
Emak dan Abah takut Salim menjadi konsumtif jadi tidak ingin membiasakan Salim dengan mudah membeli mainan.
Abah lebih suka mengajarkan Salim membuat mobil dari batang pisang, kayu, atau lipatan dari kertas berupa pesawat, perahu, burung - burung kertas kemudian mewarnainya, menciptakan permainan yang menyenangkan.
Pernah suatu ketika Abah sedang ada kelebihan rezeki hasil panen. Abah ingin membeli hadiah untuk Salim sebagai kejutan di hari ulang tahunnya. Abah membeli mainan mobilan yang beremote dengan harga yang cukup mahal kemudian dengan bangganya Salim memperlihatkan kepada teman - temannya. Malah terjadi keributan, mainan itupun rusak.
Ketika dijelaskan abah, Salim tidak ingin tidak tertarik lagi kepada mainan yang dijual - jual pedagang karena mengingat keributan dengan temannya akibat mainan barunya menjadi tidak menyenangkan bermain bersama teman - temannya dan salim pun sadar bahwa masih banyak yang diperlukan emak dari sekedar untuk membeli mainannya kemudian rusak.
Salim ingat, bahwa Abah pernah berkata gangsing terbuat dari kayu lebih menyenangkan untuk dimainkan karena kamu bisa membuatnya sendiri Salim.. bukan sekedar bisa membelinya kemudian rusak.
Salim pun lebih merasa bahagia berkumpul dengan teman - temannya. Bisa bermain kelereng bersama temannya dengan bahagia, bermain gangsing yang dibuatnya sendiri, atau mobil - mobillan dari kayu dan batang pisang.
Tidak menghilangkan kebahagiannya. Kebagusannya bukan karena harganya, karena mahal maka pasti bagus, tapi karena Salim dan teman - temannya membuatnya sendiri. Dan mereka bahagia memainkannya bersama-sama. Tentunya bisa lebih mendekatkan pertemanan dan persahabatan karena tidak ada yang berkata punya ku lebih bagus dan keren karena harganya mahalnya orang tuaku membelinya.
Mungkin dengan didikan seperti itulah salim sangat menghargai sesuatu. Dari hal kecil sebuah barang mainan, baik itu mainan yang diinginkannya dengan cara ditabung ataupun helikopter pemberian ibunya. Salim selalu menjaga sesuatu yang didapatnya. Hampir setiap hari Salim bermain dengan helikopter pemberian ibunya. Salim selalu membenahi mainannya ketika selesai bermain, pasti selalu dibereskan kembali ditaruh ditempatnya, itu yang selalu ibunya ajarkan. Salim menaruh helikopter pemberian ibunya berbeda dengan mainannya yang lain. Salim selalu menaruhnya diatas meja kecil belajarnya. Salim sangat menyukai helikopter itu. Salim sangat tertarik dengan helikopter. Sampai Salim sudah bisa membaca dan menulis dan Salim bertumbuh besar mulai bersekolah lanjut, Salim tetap menyukai helikopter itu. Ditaruhnya helikopter pemberian ibunya rapi diatas meja belajarnya.
~~~~~~~~~~
Waktu terus bergulir tanpa terasa waktu telah berlalu. Keadaan berbeda di 14 tahun kemudian.
Di istana negara setelah upacara bendera. Semua hadirin melihat ke angkasa dengan terkagum - kagum. Tim Aerobatik dari TNI dengan pesawat tempur rIn1 Cakrawala buatan negara republik Indonesia sedang melakukan maneuver fly pass melesat diatas langit dengan gagahnya. Ada 6 pesawat diangkasa sedang beraksi.
Diatas pesawat sang pilot sedang terus berkonsentrasi melakukan aksi menerbangkan pesawat diangkasa. Di sayap kiri adalah kapten Ruli matumurung, sayap kanan bernama letda. hendrik hermansyah. Komando dipimpin oleh kapten Salim putrawardana asli dari desa kecil baliwang anak dari emak Lasmi dan abah Kasim.
Semua bersorak sorai. Bertepuk tangan melihat aktrasi manuver yang begitu hebat.
Created fitri
Email. vitriedoank@yahoo.com
syndrome broken heart
Syndrome broken heart, cerpen yang bercerita tentang patah hati dan jatuh hati.. akan mengalami penyakit yang melanda ketika mengalami fase ini. Syukurnya dari sebagian banyak problema, masih banyak sebagian orang yang mengalami masih dapat terus berfikir bijak tepatnya membijakkan diri. Dilema yang sering dirasakan oleh orang-orang yang sedang merajut kasih. Atau yang pertama kali merasakan jatuh hati. Seolah awal mula bunga-bunga bermekaran dimana-mana dan kemudian layu seketika. Jikalau memang hikayat kisah taj Mahal memang benar. Sungguh melambung tinggi hati Mumtaz Mahal di dalam kuburnya. Sebuah monumen megah ditegakkan oleh Maharaja Shah Jahan sebagai bukti cinta mengenangnya. Perjalanan kisah Zulaikha dalam mencari, mendapatkan cinta sejatinya, karena masih memiliki rasa malu dan taubatnya Allah menutupi aibnya dan mengabulkan doa tulusnya bersanding dengan pemuda yang dikasihinya, tampan nan soleh, ialah nabi Yusuf. Kisah-kisah cinta lainnya Fatimah dan Ali, Rasullah dan Khadijah yang selalu menjadi tauladan.
Jatuh hati.. Jatuh cinta.... Kata jatuh.. Namanya Jatuh memang sakit. Bahkan bisa menjadi biangnya penyakit. Tak hayal Romeo dan Juliet bersedia mati bunuh diri bersama, gara-gara cinta. Menyanjung, menyunjung tinggi cinta, berlindung dibalik kata cinta. Tidak salah jikalau ada penyair yang menyatakan, bahwa cinta itu bisa membutakan. Adalagi yang mengatakan berlindunglah kepada Tuhan dari cinta palsu yang menipu daya. Bagaimana sebenarnya memaknai sebuah cinta. Maka bangun cinta jangan pernah jatuh cinta. Selamat membaca cerpen Syndrome Broken Heart.
~~~~
Syndrome broken heart
Hal pasti yang terlihat dari sungai Rhein ketika kita melintasinya dari Lembah Obere Mittelrhein dengan naik kapal, kita akan dapat memandangi Talschleifen dan sejumlah puri istana tua dan desa-desa perkebunan anggur di tepi sungai. Sejagat raya pun tau Sungai Rhein menjadi simbol romantisme bagi sepasang kekasih.
Berbeda dengan pandangan Ghiza teman Rayyan, terbaca oleh Rayyan di wallnya, sedikit mengusik hati Rayyan.
“Waktu melintasi Sungai Rhein tadi, saya membayangkan seorang lelaki yang memutuskan untuk pensiun dari jatuh cinta, pagi tadi ia mengorek perut dan mencabut hatinya, mengikatnya dengan benang, lalu menggantungnya di besi jembatan Rhein bagian barat. Sore hari ini, seorang wanita yang pesimistis, merasa tak akan dicintai siapapun, melakukan hal yang sama, menggantung hatinya di besi jembatan bagian timur. Sepasang hati itu akan bergerak-gerak tertiup angin, tapi keduanya tak pernah bertemu. Padahal hanya berjarak 200 meter,,, tinggal 200 meter...........“ Ditulis Ghiza di wall Rayyan.
Semua yang ditulis Ghiza seolah tertuju untuk Rayyan. Rayyan bertanya - tanya pada dirinya sendiri apakah untuk urusan ini dia telah berubah menjadi seorang yang hatinya sudah patah arang, pesimistis dan tidak bersemangat lagi.
Sungai rein yang melintasi 9 negara Eropa, dia pun tau kemana akhirnya dia bermuara. Tapi Rayyan merasa mungkin berakhir sama seperti lelaki itu. Rayyan mempunyai rasa yang sama, ingin rasanya menghempaskan hatinya di tebing Loreley lalu akan terbuang sendiri ke Sungai Rein tersapu oleh angin, entah Sungai Rein membawanya kemana bahkan jikalau akan hancur berserakan, saat ini Rayyan tidak peduli. Rayyan berfikir akan merasa lega bahwa hatinya tidak ada lagi dan Rayyan tidak harus merasa sakitnya lagi. “Kenapa sakit sekali rasanya.... “ Gumam hati Rayyan.
Rayyan menghela nafas panjang, kemudian kembali menyibukkan diri di depan komputernya, menyelesaikan tulisan tesisnya. “..Bip..bip..bip..“.. Message di hpnya memanggil. Rayan membukanya. Membacanya dengan seksama.
“Ray.. Kuharap kau slalu mendukung ku seperti biasanya, ini demi masa depan cita-cita dan impianku ray“. I'm miss you. Nola. “
Rayan.. Terdiam. Konsentrasinya buyar dari layar komputer. Rayyan terdiam. 2 minggu yang lalu, bahkan sampai saat ini Rayyan masih berusaha membenahi serpihan hatinya yang remuk dari nola. Mengingat perkenalannya dengan nola 4 tahun yang lalu.
Sekarang Nola ingin pindah dan Menetap di Paris jauh dari Rayan. Impian menikah mereka dikubur dalam - dalam. Rencananya setelah rayyan menyelesaikan S2nya di australi, kembali ke Jakarta mereka akan merajut impian mereka.
Rayyan tau sejak dari dulu nola ingin sekali menjadi seorang balerina terkenal kesempatan ini ada untuk nola.
Dengan berusaha membesarkan hatinya dan berusaha untuk tegar. Rayyan mulai mengetik di hp nya.
“Sebagai sahabat mu Aku akan selalu mendoakan mu nola, semoga impian mu terwujud". (Send~» nola)
Dalam hati rayyan...:
Kalau kau adalah bayangan ku... Tentu aku tidak hanya bisa menatap bangga padamu. Sedang kita tidak pernah seiring dan sejalan.... Bukankah bayangan selalu seiring sejalan.....
Rayyan mengingat masa dulu perkenalan nola di kelas miss liza, pertama kali Rayyan melihat Nola
“Hi my name is nola seeptiani. I live in North Jakarta, i am student. I study arts at the jakarta art institute. I want to become a professional dancer..“
Nola berdiri, berbicara di depan kelas,memperkenalkan dirinya dengan rambut hitam panjang terurai. Kemudian nola duduk di sebelah Rayyan. Mereka seiring waktu mulai dekat, mempunyai kesukaan yang sama tentang seni.
Nola senang seni tari. Rayyan senang seni design dan arsitektur bangunan kuno. Rayyan senang pergi ke bangunan-bangunan kuno memfotonya menjadi koleksi pribadi dan Nola selalu menemani. Setiap Arsitektur bangunan lama mempunyai nilai seni yang tinggi menurut Rayyan.
Nola mengajarkan rayyan dance....
“Ayo come on rayyan...“ Mau kah dansa dengan ku rayyan..?“
Rayyan berkata “tidak nola, aku tidak bisa..“ Nola dengan kepercayaan dirinya menyemangati Rayyan agar mencobanya “if you can walk, you can dance rayyan..“.Kata Nola.
Rayyan menjadi tertantang ingin mencobanya “oke, i will be try..“.Kata Rayyan.
Rayyan mencoba mengikuti nola, Kakinya salah melangkah sempat juga menginjak kaki nola,dan rayyan terjatuh mereka jadi tertawa bersama.
Rayyan terlihat pasrah akan upayanya, Rayyan menyadari ini bukan bidang keahliannya, “Sudah kubilang kan nola, aku tidak bisa“. Kata Rayyan.
Nola sambil tertawa berkata “Kalau kau tidak mencoba bagaimana kau tau, tenang.. Aku guru yang handal ray, kau pasti bisa..“. kemudian nola tersenyum kepada Rayyan berharap Rayyan mau mencobanya lagi.
Sampai perpisahan ini, dan Rayyan meneruskan kuliahnya bidang arsitektur di ausie. “Hufttt...Bayangan, Nola.. Nola.. Dan Nola lagi... Enough!“ Rayyan berbicara kepada dirinya sendiri.
Lain tempat di putaran belahan bumi yg berbeda terpisah oleh jarak tempat,waktu dan musim. Aira sedang duduk terpaku di ranjang kamarnya. Bulir bulir air matanya menetes. Mungkin ini yg terbaik menurut Allah untuk ku. Allah yg maha mengetahui sedang aku tidak... Dan ini adalah keputusan yg baik.
Aira sudah memutuskan keputusannya terhadap mas firman. Jikalau dia membatalkan pinangan mas firman secara pribadi. Mas firman. Seorang pria yang dikenalkan oleh sahabat aira di suatu acara. Beberapa moment keadaan dan waktu selalu tidak sengaja mempertemukan aira dan mas firman. Di pertemuan ke tiga, ketika aira sedang pergi ke perusahaan besar swasta mengajukan proposal untuk membuat suatu acara kegiatan sosial, mencari donator. Ternyata mas firman lah yang menerima proposal tersebut.
Gayung bersambut. Mas firman menyukai aira. Mas firman datang kepada ayah aira mengutarakan niatnya. Mas firman menurut pandangan aira lelaki yang baik dan sholeh. Tetapi semua ternyata tidak berjalan sesuai keinginan. Keluarga mas firman yang berpegang teguh percaya kepada adat istiadat,percaya bahwa anak pertama tidak boleh menikah dengan anak terakhir yang melewati saudaranya,akan Sial katanya. Serta adat istiadat yang berbeda. Menjadi jurang pemisah.
Tanpa sepengetahuan mas firman. Orang tua mas firman telah menjodohkan mas Firman dengan gadis lain yang memenuhi kriteria,satu daerah, satu marga,berdarah biru dan betitle pendidikan yang lebih tinggi dari aira.
Tapi Mas firman tetap ingin melanjutkan meminang aira. Bagi mas firman darah manusia itu semua sama. Mas firman mencari yang pintar tidak hanya pendidikan formalnya saja tetapi agamanya juga, seseorang yang amanah. Mas firman lihat itu di dalam diri aira. Mas firman berjanji akan memberi pengertian kepada orang tua dan keluarganya menurut sudut pandang agama. Meminta aira untuk bersabar.
Aira berfikir jika aira menikah dengan mas firman,Aira tidak hanya menikah dengan mas firman saja tetapi keluarganya bagian dari aira. Sedang dirasa keluarga mas firman kurang menerima Aira. Mungkin mas firman bukan jodoh Aira. Jika orang tua mas firman telah ada pilihan yang lain.
Bulir-bulir air mata Aira kembali mengalir. Dia mencoba mengintropeksi dirinya sendiri. “Jika Jodoh adalah pilihan
“Hmm.. Apakah aku belum baik.. Bahkan belum terlalu baik.. Atau mungkin aku belum pantas atau mungkin belum terlalu pantas...“ Dalam hati Aira. Aira menjadi teringat Rasulullah pernah bersabda "Pilihlah yang baik agamanya agar kamu beruntung..“ Aira menjadi tercerahkan. Berkata dalam dirinya bahwa dia harus terus memperbaiki diri berbenah diri.
“Jika JODOH adalah TAKDIR maka aku tak perlu risau dengan jalan mencoba menjalin hubungan tanpa kehalalan sebagai alasan sebuah usaha pencarian. Ya.. Aku harus percaya pada takdir-Nya bahwa sebuah nama telah ditetapkan menjadi belahan jiwa ku di lauful mahfuz walaupun,jikalaupun bukan di dunia ini.....“ Renungan dalam hati dan pikiran aira.
Tiba - tiba handpone aira berbunyi.
“Kring...kring.. Cindy calling. Aira ayo angkat telephone mu. Please aira...“
“Halo..Assalamualaikum.. Ini dengan Aira“. Aira menjawab telephone. Cindy menyahuti telephone Aira dari seberang, “walaikumsalam Aira.. Aira hiks.. Aira..“ Suara Cindy.
Mendengar suara yang lain dari Cindy biasanya, Aira bertanya-tanya, “kau kenapa?“
Cindy dengan segugukan menjelaskan kepiluannya “aira.. Doni aira.. Aku sudah putus dengan nya aira. Aku menyesal aira.. Aku yang salah aira. Kenapa aira. Hiks.. Apa salah ku aira.“
Aira bertanya kenapa..? Aira bingung Cindy kenapa. Walau belum jelas dan belum tahu permasalahannya. Aira berusaha tetap menenangkan sahabatnya itu “baiklah jangan menangis Cindy aku akan segera ke rumah mu“. Kata Aira.
Aira sudah sampai di rumah cindy. Terlihat rumah Cindy tampak sepi.. Hanya ada bik onah di rumah, Aira segera bergegas ke kamar cindy.
“Tok.. Tok.. Cindy ini aku aira..“ Cindy kemudian membuka pintu kamar nya dan memeluk aira dengan mata yang sembab.
“Aira..aku rasa tidak mau hidup lagi aira.. Hiks. Kau tau aira aku tidak pernah mengenal seorang pun sebelumnya. Dia jahat sekali. Aku sudah memberikan semua nya aira“. Kata cindy dengan berlinang air mata.
Aira menggocang - gocangkan tubuh cindy. Aira amat gusar mendengar apa yang dikatakan cindy. “Apa maksud mu cindy! Apa kau?! Apa yang telah diperbuatnya padamu cindy!!“ Kata Aira. Aira ingin cepat mendapat jawaban yang jelas dan pasti dari Cindy.
“Tidak.. Tidak aira bukan begitu, hati ku ini aira... Aku mencintainya. Aku mempercayainya, dan aku kecewa aira. Aku memberikan semua hati ku aira, rasa percayaku aira“. Dengan lugas Cindy menjelaskan apa yang sedang dirasakannya. Tampak ada raut kesedihan, kekecewaan dan kekesalan dari wajahnya. Aira dengan sabar menjadi pendengar yang baik.
Cindy lanjut berkata dengan raut muka yang kesal dan sedih. “Aku selalu mendukungnya, membantu nya aira ketika dia susah, setiap dia meminta bantuan sesuatu, baik itu pikiran, tenagaku, maupun financial. Hatiku kepercayaan ku itu segalanya buatku aira.. Aku tidak habis pikir dia..“ Cindy menarik nafas panjang. Aira masih diam mendengarkan semua rasa yang akan ditumpahkan oleh cindy.
Cindy melanjutkan kata-katanya,
“Ketika aku mencoba apa itu rasa suka menyukai. bukankah kau tau aku tidak pernah menyukai seseorang sebelumnya. Dan dia penipu aira...! Dia jahat. Dia tidak tulus padaku. Dia pacaran dengan gadis lain...
Aira bernafas lega... Dan mulai berkata “Syukurlah cindy. Kau baik-baik saja.... Sudah jangan menangis cindy.... “
Cindy berkata kepada Aira,.. aira, aku menyesal dan kecewa saja. Karena ini pertama buatku. Aku menyesal aira.. Kenapa aku tidak pernah mendengar katamu. Dan aku lebih menyesal kenapa tidak dari dulu aku memutuskannya, meninggalkannya. .
Benar kata mr.raimon bertanya dengan nada bercandanya. Apa yg kaulihat darinya cindy, wajahnya saja seperti kartun...? Apa kau tidak ada pilihan yang lain...? Dan dengan bodohnya kujawab karena dia baik. Ternyata aku salah..aira..hiks
Aira mencoba menenangkan Cindy, sudahlah cindy... Yang lalu biar lah berlalu. Allah yang maha mengetahui. Baik dan buruk. Dan yg membolak balik hati' berdoalah.. Biar hati mu bertetapan kepada Allah saja yg maha membolak balik hati. Agar kau tetap dalam kebenaran. Dan melihat kebenaran. Dan dekat kepada kebenaran. Berikan hati kepada Allah bukan kepada manusia. Maka kau tak kan pernah kecewa. Untuk mencari teman yang selalu ada kau seharusnya bisa lebih terbuka kepada ibumu cindy.
Cindy lanjut berkata, ya..Aira, jujur salahku aira dulu aku hanya penasaran saja aira. Bagaimana kata orang punya pacar. Aku hanya iseng saja aira. Sakit rasanya aira..... Bahkan aku tidak berbicara kepada ibuku. Aku takut berbicara kepada ibu. Aku takut dimarahi aira. Jika tahu aku punya pacar. Pasti orang tuaku akan marah. Yang aku ketahui dari dulu, keluargaku garis keras melarang untuk pacaran, mempunyai pacar, khususnya kepada anak perempuan amat dijaga.
Aira kau tau sifat buruk ku Kadang juga aku mudah untuk berkata spontan kan aira sesuai apa yang dipikiran... Tapi kau tau itu bukan maksudku aku hanya berkata dengan spontan saja tidak maksud menyakiti.
Tapi Entah kenapa aira pikiran ku waktu itu aku iseng saja aira, aku hanya ingin tau... Aku berfikir Toh aku juga tidak pernah mau diajaknya jalan berdua ataw malam minggu berdua, aku tidak pernah malam mingguan. Dan bahkan Benar benar aku memang tidak suka padanya, tidak masuk kriteria sekali, wajahnya dan tampangnya yg culun. Tampak dari luar kebaikannya perhatiannya, meluluhkan hatiku aira... Tapi ternyata itu bohong aira. Itu hal biasa buatnya. Kepada gadis lain pun sama. Kenapa dia tega sekali aira..
Aira lanjut berkata, Cindy jangan pernah bermain api nanti engkau bisa bisa terbakar olehnya.. Dan jangan pernah bermain air nanti engkau kan basah.. Kau tau cindy, hati wanita itu seperti kapas yg mudah tertiup oleh angin. Wanita itu slalu mengutamakan perasaan nya cindy. Telinga wanita itu amat lemah.. Mudah tergoyahkan. Pertebalkan iman dan taqwa mu. Kenapa kau berfikir langit ini kan runtuh. Karena hal sekecil itu. Bersyukurlah Allah menjauhkan nya padamu. Saat ini. Jika dia benar, baik ,memang mencintaimu, serius denganmu. Tidak seperti itu cindy.. Mengajak mu pacaran. Dengan argument untuk saling mengenal. Berfikirlah dewasa cindy.. Wake up cindy.
Cindy lanjut berkata,“ya...Aira. Sekarang aku mengerti....aku menyesal...hiks..hiks,....
Cindy menghapus airmatanya dan berkata kembali kepada aira,Terima kasih aira.. Kau masih menimaniku disini. Aku hanya butuh teman curhat.
Aku menyesal aira.. Aku menyesal.. Untuk apa aku mencari perhatian dan kasih sayang. Sedang orang tua, kakak ku, sahabatku menyayangiku. Kasih sayang mereka lebih dari cukup dan amat tulus padaku.
Aku ingat aira... Ketika aku sakit, org tua ku dan kk ku lah yg gundah memikirkan ku. Sedia merawatku. Ketika aku bersedih.. Ibu ku dan teman baik ku lah ada di sampingku, mendengarkan sedihku.
Aku masih ingat ulang tahunku.. Setiap ulang tahun ku dulu, teman2x dekat ku slalu memberikan kado surprise utk ku. Walau dgn cara2x sesuai dgn ingin mereka. Sebagai kejutan buatku. Aku senang Aira. Mereka selalu ingat aku. Orang tua yg selalu mendoakan aku.. Ayah, kakak yg selalu menjaga aku..
Ya.. Aira.... Semua itu tulus. Dan aku merasakan itu cinta dan perhatian. Aku menyesal aira.. Aku menyesal..
Aira berkata dengan tegas menatap matanya ke cindy, “kuharap ini pertama dan terakhir kali cindy... Aku menyayangimu.... sdh2x jgn bersedih ngobrol yg lain saja|cindy.. Hmmm.. Bagaimana kabar wardan teman mu itu.. Kata Aira sambil tersenyum
Cindy berkata lirih dengan mata yang sendu,tampaknya Cindy sebenarnya menyukai Wardan. “Kini dia akan menikah aira... Dulu aku pernah sepapasan muka dgnnya. Waktu itu aku lagi berjalan berbincang dgn doni. Hubungan persahabatan kami renggang tidak sedekat dulu ketika dia bilang dia suka padaku waktu itu...Aku kecewa padanya aira.... Dia teman baik ku aira. Sudah lebih 10 tahun aku bersahabat dengannya bagaimana bisa dia berkata begitu. Aku marah dan kecewa sekali padanya. Masih kecilku slalu bermain kelereng bersamanya. Bersepeda bersamanya. Jajan melompat pagar sekolah.
Dan yang lebih menakutkan katanya dia berani menantang bicara datang pd ayahku.Ketika dia bekerja ini dia sdh siap. Yg benar saja aira. Ya aku yg belum siap..... Pikiran ku tdk seperti itu dulu belum terpikir di benakku jauh masih jauh dibenakku...... “
Aira berkata, menyukai seseorang itu normal aira. Tapi bagaimana kita membawanya. Aku tahu dari cerita mu wardan. Mempunyai kepribadian yg baik dan bependirian.
Cindy berkata “ya.. Ketika tau aku dengan doni. Dia marah.. Aku bukan cindy yang dikenal dulu katanya. Dia kecewa pdku. Dia bangga padaku karena aku tidak pacaran mengikuti zaman. Dia mengetahui dari teman di kampus ku kalau aku dekat dengan doni. Menerima kejutan kue tart, boneka dan lainnya, doni mengajak teman sekelas utk mmbuat surprise kepadaku.
Aku jelaskan padanya karena aku tidak sampai hati membuat orang sedih dan malu itu saja.,, apa aku tega mempermalukan nya. Aku bingung harus apa. Aku bukan orang jahat. Aku tak tega menyakiti orang.
Pernah sudah aku menolaknya kuputuskan, dia menangis dan wajahnya gundah gulana, esoknya beberapa hari tidak masuk. Aku seolah merasa di persalahkan karena rasa sedih kecewanya. Aku jadi tidak tega. Apalagi kalau sampai di drop out hanya gara-gara aku.
Pelajarannya hancur dia tidak mau ke kampus katanya. Jadi dengan terpaksa tidak tega aku menerimanya... Hanya dengan maksud utk agar kebaikannya saja. Bukan apa-apa...ku sudah jelas kan ku hanya sebatas pertemuan teman di kampus saja kubilang pada wardan.
Habis aku di ceramahi olehnya...... Itu hanya kamuplasenya untuk mendekatiku katanya. Tapi aku masih tidak mendengar nasehatnya. Dia juga selalu bilang kagum degan ayah ku. Yang dilihatnya selalu mengantar menjagaku, sedia menungguku. Dia mengagumi ayahku katanya. Penilaiannya Ayah ku sepertinya orangnya tegas, seperti ini begini ayah ku itu begitu. Dia slalu mengobrol kagum pada ayahku.
Melihat wardan, Aku jadi menyadari sesuatu aira.. Iman.. Rasa takut...rasa malu... Rasa cinta kepada yg Maha Rahman.......
Aira lanjut berkata, “cindy... Kau tau tidak. Kita hidup dalam 2 hal pilihan. Lelaki \ perempuan. Siang dan malam. Kebaikan\keburukan. Ketika datang yang baik mengingatimu,datang padamu... Maka kau tolak. takutnya Pilihan tinggal yang kedua cindy.
Bukankah kasus ini sama waktu kita sma dahulu. Ketika bayu menembakmu. Dan mengatakan memaksa jawabannya besok ketika dia akan mengikuti ujian olimpiade matematika. Kalah menang seolah menjadi tanggung jawab mu. Tapi kau tidak begemingkan. Padahal dia membawa nama sekolah kita kan cindy. Bahkan ketika dia bertengkar karena mu dipanggil kepala sekolah. Kau diam saja. Menghindar darinya. Tapi kenapa kau sekarang berubah cindy..... Aira Dengan raut muka yang bersedih dan rasa sedikit kecewa. Mengingat janji dahulu yang mereka pernah ucapkan waktu SMA. Mereka tidak akan pacaran, dan kemudian menikah memilih orang yang tepat, menciptakan first love story and love forever.
Cindy dengan lirih berkata, karena disana ada kau dan teman-teman Ra.... Kalian selalu mengingatkan ku, kalian selalu bersamaku. Ruang lingkupnya berbeda ra...
Lingkungannya berbeda. Pola pikirnya berbeda. Mereka baik..tapi.. cara berfikirnya saja berbeda denganmu...
Sedang sekarang aku merasa sendiri ...
Dia mengajak teman-teman kumpul bersama entah itu makan, jalan-jalan, week 'en agar aku bisa bertemu dengannya dan teman-teman bahkan mendukungnya. Dan yg kemudian terjadi adalah aku jauh dari teman-teman dan hanya dekat berteman dengannya. Dan aku menjadi terbiasa menerima sms,telephone perhatiannya di hp ku ra..
Aira menghela nafas panjang kemudian berkata, cindy seorang lelaki berhak untuk memilih, dan seorang perempuan berhak juga untuk menerima. Kita harus Lebih jeli dalam melihat menerima akhlak dan agamanya cindy... Seperti ikan di laut..tidak berasa asin kan walau berenang dilaut asin.
Cindy mengangguk..
Aira berkata,Ya sudah..cindy Kamu istirahat ya... Mata mu bengkak. Apakah kau sudah makan.. Dan apakah kau sudah sholat
Cindy hanya menggeleng.... Kemudian pertanyaan kedua cindy mengangguk
Cindy menjadi gusar dan merasa bersalah kepada dirinya sendiri akan janjinya sendiri kepada Tuhannya dulu dan kepada Aira ; ra.... Apakah kau marah padaku.. Kecewa padaku.....
Aira menggeleng..sambil tersenyum. Berkata menenangkan, menatap dalam mata cindy, Tidak cindy... Sudahlah anggap angin lalu.. Lagian laki-laki seperti itu tidak pantas engkau tangisi. Ambil hikmahnya.
Sambil melempar bantal ke cindy, kemudian tersenyum.“Sudah hentikan syindrom broken heart mu ini“
Cindy jadi beringsut membenarkan bantal yang dilempar kepadanya, sambil berkata, Aku tidak menangisinya, aku cuma kesal Aira. Aku kesal dan aku benci.
Aira mengangguk - anggukkan kepalanya. Berusaha mengerti Cindy. Walaupun dia tau sahabatnya Cindy bukanlah seseorang yang mudah untuk membenci. “Jangan membenci cindy... Karena benci adalah racun yang akan menggrogoti hati bahkan reaksi sebuah racun bisa membunuhmu.. Maka biarkan saja dia. Bukankah dia kepunyaan, makhluk Allah juga. Biarkan saja dia. Hak perogratif Allah. Ketika dia memang bermasalah, biarkan Allah, Tuhan semesta alam yang berhak memutuskan untuk memperbaikinya, membiarkannya. Tidak akan bermasalah apapun untukmu. Ketika kita berbuat kesalahan kepada makhluk bahkan kepada Tuhan apakah kita akan berharap dosa kita akan diampuni. Maavkan saja. Yang lalu biarlah berlalu. Mungkin ini menjadi tabungan mu kelak.. Ibarat hutang yang harus dibayar atau bonus yang pantas didapat. Atau bisa kelak dia saat ini menjadi musuh mu, besok bisa menjadi sahabat yang menolongmu.
Oh iya Cin.. Nanti aku pamit harus pergi.. (Aira melihat arloji).wah Ini sudah 2.30,..
Cindy dengan cepat berkata, mau kemana apa mau ku antar?menginap saja di sini.
Aira menolak secara halus tidak ingin merepotkan sahabatnya, tidak usah cin...lain waktu ya. Aku hanya mau ke lembaga bahasa mengambil mengisi waktu kosong, mengajar anak anak. Menambah uang kuliah ku ra. Ayo Kapan Kau mau kesana main ke tempatku.. Melihat guru cantik mengajar. Oh iya cindy,ini aku bawa hadiah untuk mu.
Aira tau cindy suka membaca. Aira memberikan cindy sebuah buku novel. Sebuah novel religi yang menceritakan tentang seorang pemuda tampan yang aktif, modis,pintar yang mempelajari islam dan cara hidupnya, cara pemikirannya berubah lebih religius dengan lebih mempelajari,mengenal islam agamanya sendiri mengetahui jati dirinya sendiri. Memberikan kesadaran. Menjadi sumber cahaya hidayah bagi keluarganya.
Cindy senang sekali menerimanya, oke aira..^.^, ya.. Nanti pasti aku sempatkan aira. Terimakasih bukunya. Akan ku baca.
Beranjak di luar rumah Cindy, Aira mengingat percakapanya tadi dengan Cindy dan memberikan hadiah novel padanya, Aira sambil berdoa didalam hatinya mengingat kutipan ayat yang pernah dibacanya di dalam buku tersebut.
"Dan Menjadikan untukmu Cahaya yg dengan Cahaya itu Kamu dapat berjalan" (Q.S Al Hadid: 28).
"Ihdinas shiraatal mustaqiim
Siraathal ladzii na’an ‘amta ‘alaihim, ghairil maghduu bi’alaihim, walad dhaalliin" (Tunjukkan kami “Shiraatal Mustaqiim” (Jalan Lurus)
Jalan yang penuh nikmat , bukan jalan yang Engkau murkai, bukan juga jalan yang sesat). Aamiin.
~~~~~~
Kembali ke Rayyan. Rayyan sedang berada di kamarnya. Melihat foto almarhum bang Ramli.
“Hmmm.. Ia ingat sesuatu. “Sepertinya hardisk bang Ramli ada padaku“. (Memang sengaja dibawa Rayyan)
Dipasangnya hardisk tersebut..dibuka nya. Isinya Beberapa video kenangan bang Ramli bersama Rayyan dan keluarga.
Video kenangan bang Ramli bersama teman temannya. Dan beberapa lagu bang Ramli. Ada video bang Ramli sedang memetik gitar sambil bernyanyi riang. Terdengar suara merdu bang Ramli bernyanyi.
~~~~~~~~~~
Sayang apa kabar denganmu~~ aku dsini slalu mnunggu.~~ Aku harap kau tak kan berubah
........
........
Sayang dengarlah isi hatiku
Karena ku sayang kamu~
~~~~~~~~~~~
Rayyan ingat bahwa dia yg merekam semua ini. Dan memberi ide kepada bang Ramli utk memberi kejutan mbk wenda istrinya di ulang tahunnya. Melihat semua itu Rayyan menjadi terharu, merasa rindu sekali dengan bang Ramli. “Kenapa cepat sekali abang pergi bang...“. Kata Rayyan.
Di lihatnya folder beberapa data data kerjaan bang Ramli. Serta kumpulan lagu favorit bang Ramli lagu lagu barat . Dan folder berbau religius, lagu islami. Rayyan lalu membuka nya melalui winamp.
~~~~~~~~~~~~~~~
Tuhan..dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia... yang alfa jua lupa...
Lalu terhiridlah aku di lorong gelisah...
Luka hati yg berdarah....
Kini makin kian parah....
Semalam sudah sampai ke penghujung nya..
kisah seribu duka kuharap sudah berlalu
Tak ingin lagi ku ulangi kembali gerak dosa yg mengiris hati...
Tuhan.. Dosaku menggunung tinggi tp rahmat mu melangit luas..
Harga selautan syukurku hanyalah setitik nikmatmu dibumi..
Selangkah ku rapat pdmu seribu langkah kau rapat pdku
~~~~~~~~~~~~
Rayyan terhenyak mendengarnya. Rayyan sadar akan sesuatu. Beberapa hari ini dia sudah menghabiskan waktu tak berarti. Dia terpaku bersedih kpd sesuatu yang tidak berguna. Sedikit banyak akibat patah hati telah berhasil membuat hatinya gundah gulana.
Rayyan sadar untuk apa tujuannya disini. Menyelesaikan s2nya dengan cepat sambil bekerja. Dan kembali ke jakarta. Dia disini mencari ilmu. Sedang ilmu adalah cahaya yang bisa didapat dengan kemurnian.
Rayyan ingat dulu ayahnya sangat marah jika ia kesiangan sholat subuh. Alasannya karena begadang belajar semalaman atau sebenarnya karena asyik melakukan hobby game.
Dan. Paginya Kemudian bergegas menyiapkan diri berangkat ke sekolah. Itu percuma kata ayah karena Ilmu adalah cahaya. Dan itu memang benar.. Jika ayah tidak tegas. Mungkin Rayyan tidak seperti ini.
Dan kini.. Entah ini sudah stadium berapa, dengan 5 fase yang dilewati setelah putus dengan nola. Jantung ini seperti berdebar kencang, tidak nafsu makan,
Rasa tak percaya, tidak terima, menyesali diri sendiri.. Rayyan terkena sindrome broken heart istilah yang sering dipakai di dunia medis. DaN.. Akhirnya menyadari sesuatu. Tentang tujuan hidupnya.
Rayyan menatap tulisan di dinding, karton yang di tempelnya di dinding. Tentang rencananya kedepan, alternatif alternatif yang lain, cita - cita dan impian - impianya. Kemudian dia ingin mencoret sesuatu dan menambahkan sesuatu.
Rayyan berjanji akan menjadi lebih baik lagi.
~~~~~~
Bait-bait kata menggema direlung hati Rayyan. Kata kata, nasehat yang sebenarnya Rayyan pernah dengar dan membacanya sebelumnya, muncul kembali. Tapi sekarang seolah dia baru pertama menemukannya, baru pertama membacanya.
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajadnya),jika kamu orang-orang yang beriman.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.
Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Created amfitri
Jatuh hati.. Jatuh cinta.... Kata jatuh.. Namanya Jatuh memang sakit. Bahkan bisa menjadi biangnya penyakit. Tak hayal Romeo dan Juliet bersedia mati bunuh diri bersama, gara-gara cinta. Menyanjung, menyunjung tinggi cinta, berlindung dibalik kata cinta. Tidak salah jikalau ada penyair yang menyatakan, bahwa cinta itu bisa membutakan. Adalagi yang mengatakan berlindunglah kepada Tuhan dari cinta palsu yang menipu daya. Bagaimana sebenarnya memaknai sebuah cinta. Maka bangun cinta jangan pernah jatuh cinta. Selamat membaca cerpen Syndrome Broken Heart.
~~~~
Syndrome broken heart
Hal pasti yang terlihat dari sungai Rhein ketika kita melintasinya dari Lembah Obere Mittelrhein dengan naik kapal, kita akan dapat memandangi Talschleifen dan sejumlah puri istana tua dan desa-desa perkebunan anggur di tepi sungai. Sejagat raya pun tau Sungai Rhein menjadi simbol romantisme bagi sepasang kekasih.
Berbeda dengan pandangan Ghiza teman Rayyan, terbaca oleh Rayyan di wallnya, sedikit mengusik hati Rayyan.
“Waktu melintasi Sungai Rhein tadi, saya membayangkan seorang lelaki yang memutuskan untuk pensiun dari jatuh cinta, pagi tadi ia mengorek perut dan mencabut hatinya, mengikatnya dengan benang, lalu menggantungnya di besi jembatan Rhein bagian barat. Sore hari ini, seorang wanita yang pesimistis, merasa tak akan dicintai siapapun, melakukan hal yang sama, menggantung hatinya di besi jembatan bagian timur. Sepasang hati itu akan bergerak-gerak tertiup angin, tapi keduanya tak pernah bertemu. Padahal hanya berjarak 200 meter,,, tinggal 200 meter...........“ Ditulis Ghiza di wall Rayyan.
Semua yang ditulis Ghiza seolah tertuju untuk Rayyan. Rayyan bertanya - tanya pada dirinya sendiri apakah untuk urusan ini dia telah berubah menjadi seorang yang hatinya sudah patah arang, pesimistis dan tidak bersemangat lagi.
Sungai rein yang melintasi 9 negara Eropa, dia pun tau kemana akhirnya dia bermuara. Tapi Rayyan merasa mungkin berakhir sama seperti lelaki itu. Rayyan mempunyai rasa yang sama, ingin rasanya menghempaskan hatinya di tebing Loreley lalu akan terbuang sendiri ke Sungai Rein tersapu oleh angin, entah Sungai Rein membawanya kemana bahkan jikalau akan hancur berserakan, saat ini Rayyan tidak peduli. Rayyan berfikir akan merasa lega bahwa hatinya tidak ada lagi dan Rayyan tidak harus merasa sakitnya lagi. “Kenapa sakit sekali rasanya.... “ Gumam hati Rayyan.
Rayyan menghela nafas panjang, kemudian kembali menyibukkan diri di depan komputernya, menyelesaikan tulisan tesisnya. “..Bip..bip..bip..“.. Message di hpnya memanggil. Rayan membukanya. Membacanya dengan seksama.
“Ray.. Kuharap kau slalu mendukung ku seperti biasanya, ini demi masa depan cita-cita dan impianku ray“. I'm miss you. Nola. “
Rayan.. Terdiam. Konsentrasinya buyar dari layar komputer. Rayyan terdiam. 2 minggu yang lalu, bahkan sampai saat ini Rayyan masih berusaha membenahi serpihan hatinya yang remuk dari nola. Mengingat perkenalannya dengan nola 4 tahun yang lalu.
Sekarang Nola ingin pindah dan Menetap di Paris jauh dari Rayan. Impian menikah mereka dikubur dalam - dalam. Rencananya setelah rayyan menyelesaikan S2nya di australi, kembali ke Jakarta mereka akan merajut impian mereka.
Rayyan tau sejak dari dulu nola ingin sekali menjadi seorang balerina terkenal kesempatan ini ada untuk nola.
Dengan berusaha membesarkan hatinya dan berusaha untuk tegar. Rayyan mulai mengetik di hp nya.
“Sebagai sahabat mu Aku akan selalu mendoakan mu nola, semoga impian mu terwujud". (Send~» nola)
Dalam hati rayyan...:
Kalau kau adalah bayangan ku... Tentu aku tidak hanya bisa menatap bangga padamu. Sedang kita tidak pernah seiring dan sejalan.... Bukankah bayangan selalu seiring sejalan.....
Rayyan mengingat masa dulu perkenalan nola di kelas miss liza, pertama kali Rayyan melihat Nola
“Hi my name is nola seeptiani. I live in North Jakarta, i am student. I study arts at the jakarta art institute. I want to become a professional dancer..“
Nola berdiri, berbicara di depan kelas,memperkenalkan dirinya dengan rambut hitam panjang terurai. Kemudian nola duduk di sebelah Rayyan. Mereka seiring waktu mulai dekat, mempunyai kesukaan yang sama tentang seni.
Nola senang seni tari. Rayyan senang seni design dan arsitektur bangunan kuno. Rayyan senang pergi ke bangunan-bangunan kuno memfotonya menjadi koleksi pribadi dan Nola selalu menemani. Setiap Arsitektur bangunan lama mempunyai nilai seni yang tinggi menurut Rayyan.
Nola mengajarkan rayyan dance....
“Ayo come on rayyan...“ Mau kah dansa dengan ku rayyan..?“
Rayyan berkata “tidak nola, aku tidak bisa..“ Nola dengan kepercayaan dirinya menyemangati Rayyan agar mencobanya “if you can walk, you can dance rayyan..“.Kata Nola.
Rayyan menjadi tertantang ingin mencobanya “oke, i will be try..“.Kata Rayyan.
Rayyan mencoba mengikuti nola, Kakinya salah melangkah sempat juga menginjak kaki nola,dan rayyan terjatuh mereka jadi tertawa bersama.
Rayyan terlihat pasrah akan upayanya, Rayyan menyadari ini bukan bidang keahliannya, “Sudah kubilang kan nola, aku tidak bisa“. Kata Rayyan.
Nola sambil tertawa berkata “Kalau kau tidak mencoba bagaimana kau tau, tenang.. Aku guru yang handal ray, kau pasti bisa..“. kemudian nola tersenyum kepada Rayyan berharap Rayyan mau mencobanya lagi.
Sampai perpisahan ini, dan Rayyan meneruskan kuliahnya bidang arsitektur di ausie. “Hufttt...Bayangan, Nola.. Nola.. Dan Nola lagi... Enough!“ Rayyan berbicara kepada dirinya sendiri.
Lain tempat di putaran belahan bumi yg berbeda terpisah oleh jarak tempat,waktu dan musim. Aira sedang duduk terpaku di ranjang kamarnya. Bulir bulir air matanya menetes. Mungkin ini yg terbaik menurut Allah untuk ku. Allah yg maha mengetahui sedang aku tidak... Dan ini adalah keputusan yg baik.
Aira sudah memutuskan keputusannya terhadap mas firman. Jikalau dia membatalkan pinangan mas firman secara pribadi. Mas firman. Seorang pria yang dikenalkan oleh sahabat aira di suatu acara. Beberapa moment keadaan dan waktu selalu tidak sengaja mempertemukan aira dan mas firman. Di pertemuan ke tiga, ketika aira sedang pergi ke perusahaan besar swasta mengajukan proposal untuk membuat suatu acara kegiatan sosial, mencari donator. Ternyata mas firman lah yang menerima proposal tersebut.
Gayung bersambut. Mas firman menyukai aira. Mas firman datang kepada ayah aira mengutarakan niatnya. Mas firman menurut pandangan aira lelaki yang baik dan sholeh. Tetapi semua ternyata tidak berjalan sesuai keinginan. Keluarga mas firman yang berpegang teguh percaya kepada adat istiadat,percaya bahwa anak pertama tidak boleh menikah dengan anak terakhir yang melewati saudaranya,akan Sial katanya. Serta adat istiadat yang berbeda. Menjadi jurang pemisah.
Tanpa sepengetahuan mas firman. Orang tua mas firman telah menjodohkan mas Firman dengan gadis lain yang memenuhi kriteria,satu daerah, satu marga,berdarah biru dan betitle pendidikan yang lebih tinggi dari aira.
Tapi Mas firman tetap ingin melanjutkan meminang aira. Bagi mas firman darah manusia itu semua sama. Mas firman mencari yang pintar tidak hanya pendidikan formalnya saja tetapi agamanya juga, seseorang yang amanah. Mas firman lihat itu di dalam diri aira. Mas firman berjanji akan memberi pengertian kepada orang tua dan keluarganya menurut sudut pandang agama. Meminta aira untuk bersabar.
Aira berfikir jika aira menikah dengan mas firman,Aira tidak hanya menikah dengan mas firman saja tetapi keluarganya bagian dari aira. Sedang dirasa keluarga mas firman kurang menerima Aira. Mungkin mas firman bukan jodoh Aira. Jika orang tua mas firman telah ada pilihan yang lain.
Bulir-bulir air mata Aira kembali mengalir. Dia mencoba mengintropeksi dirinya sendiri. “Jika Jodoh adalah pilihan
“Hmm.. Apakah aku belum baik.. Bahkan belum terlalu baik.. Atau mungkin aku belum pantas atau mungkin belum terlalu pantas...“ Dalam hati Aira. Aira menjadi teringat Rasulullah pernah bersabda "Pilihlah yang baik agamanya agar kamu beruntung..“ Aira menjadi tercerahkan. Berkata dalam dirinya bahwa dia harus terus memperbaiki diri berbenah diri.
“Jika JODOH adalah TAKDIR maka aku tak perlu risau dengan jalan mencoba menjalin hubungan tanpa kehalalan sebagai alasan sebuah usaha pencarian. Ya.. Aku harus percaya pada takdir-Nya bahwa sebuah nama telah ditetapkan menjadi belahan jiwa ku di lauful mahfuz walaupun,jikalaupun bukan di dunia ini.....“ Renungan dalam hati dan pikiran aira.
Tiba - tiba handpone aira berbunyi.
“Kring...kring.. Cindy calling. Aira ayo angkat telephone mu. Please aira...“
“Halo..Assalamualaikum.. Ini dengan Aira“. Aira menjawab telephone. Cindy menyahuti telephone Aira dari seberang, “walaikumsalam Aira.. Aira hiks.. Aira..“ Suara Cindy.
Mendengar suara yang lain dari Cindy biasanya, Aira bertanya-tanya, “kau kenapa?“
Cindy dengan segugukan menjelaskan kepiluannya “aira.. Doni aira.. Aku sudah putus dengan nya aira. Aku menyesal aira.. Aku yang salah aira. Kenapa aira. Hiks.. Apa salah ku aira.“
Aira bertanya kenapa..? Aira bingung Cindy kenapa. Walau belum jelas dan belum tahu permasalahannya. Aira berusaha tetap menenangkan sahabatnya itu “baiklah jangan menangis Cindy aku akan segera ke rumah mu“. Kata Aira.
Aira sudah sampai di rumah cindy. Terlihat rumah Cindy tampak sepi.. Hanya ada bik onah di rumah, Aira segera bergegas ke kamar cindy.
“Tok.. Tok.. Cindy ini aku aira..“ Cindy kemudian membuka pintu kamar nya dan memeluk aira dengan mata yang sembab.
“Aira..aku rasa tidak mau hidup lagi aira.. Hiks. Kau tau aira aku tidak pernah mengenal seorang pun sebelumnya. Dia jahat sekali. Aku sudah memberikan semua nya aira“. Kata cindy dengan berlinang air mata.
Aira menggocang - gocangkan tubuh cindy. Aira amat gusar mendengar apa yang dikatakan cindy. “Apa maksud mu cindy! Apa kau?! Apa yang telah diperbuatnya padamu cindy!!“ Kata Aira. Aira ingin cepat mendapat jawaban yang jelas dan pasti dari Cindy.
“Tidak.. Tidak aira bukan begitu, hati ku ini aira... Aku mencintainya. Aku mempercayainya, dan aku kecewa aira. Aku memberikan semua hati ku aira, rasa percayaku aira“. Dengan lugas Cindy menjelaskan apa yang sedang dirasakannya. Tampak ada raut kesedihan, kekecewaan dan kekesalan dari wajahnya. Aira dengan sabar menjadi pendengar yang baik.
Cindy lanjut berkata dengan raut muka yang kesal dan sedih. “Aku selalu mendukungnya, membantu nya aira ketika dia susah, setiap dia meminta bantuan sesuatu, baik itu pikiran, tenagaku, maupun financial. Hatiku kepercayaan ku itu segalanya buatku aira.. Aku tidak habis pikir dia..“ Cindy menarik nafas panjang. Aira masih diam mendengarkan semua rasa yang akan ditumpahkan oleh cindy.
Cindy melanjutkan kata-katanya,
“Ketika aku mencoba apa itu rasa suka menyukai. bukankah kau tau aku tidak pernah menyukai seseorang sebelumnya. Dan dia penipu aira...! Dia jahat. Dia tidak tulus padaku. Dia pacaran dengan gadis lain...
Aira bernafas lega... Dan mulai berkata “Syukurlah cindy. Kau baik-baik saja.... Sudah jangan menangis cindy.... “
Cindy berkata kepada Aira,.. aira, aku menyesal dan kecewa saja. Karena ini pertama buatku. Aku menyesal aira.. Kenapa aku tidak pernah mendengar katamu. Dan aku lebih menyesal kenapa tidak dari dulu aku memutuskannya, meninggalkannya. .
Benar kata mr.raimon bertanya dengan nada bercandanya. Apa yg kaulihat darinya cindy, wajahnya saja seperti kartun...? Apa kau tidak ada pilihan yang lain...? Dan dengan bodohnya kujawab karena dia baik. Ternyata aku salah..aira..hiks
Aira mencoba menenangkan Cindy, sudahlah cindy... Yang lalu biar lah berlalu. Allah yang maha mengetahui. Baik dan buruk. Dan yg membolak balik hati' berdoalah.. Biar hati mu bertetapan kepada Allah saja yg maha membolak balik hati. Agar kau tetap dalam kebenaran. Dan melihat kebenaran. Dan dekat kepada kebenaran. Berikan hati kepada Allah bukan kepada manusia. Maka kau tak kan pernah kecewa. Untuk mencari teman yang selalu ada kau seharusnya bisa lebih terbuka kepada ibumu cindy.
Cindy lanjut berkata, ya..Aira, jujur salahku aira dulu aku hanya penasaran saja aira. Bagaimana kata orang punya pacar. Aku hanya iseng saja aira. Sakit rasanya aira..... Bahkan aku tidak berbicara kepada ibuku. Aku takut berbicara kepada ibu. Aku takut dimarahi aira. Jika tahu aku punya pacar. Pasti orang tuaku akan marah. Yang aku ketahui dari dulu, keluargaku garis keras melarang untuk pacaran, mempunyai pacar, khususnya kepada anak perempuan amat dijaga.
Aira kau tau sifat buruk ku Kadang juga aku mudah untuk berkata spontan kan aira sesuai apa yang dipikiran... Tapi kau tau itu bukan maksudku aku hanya berkata dengan spontan saja tidak maksud menyakiti.
Tapi Entah kenapa aira pikiran ku waktu itu aku iseng saja aira, aku hanya ingin tau... Aku berfikir Toh aku juga tidak pernah mau diajaknya jalan berdua ataw malam minggu berdua, aku tidak pernah malam mingguan. Dan bahkan Benar benar aku memang tidak suka padanya, tidak masuk kriteria sekali, wajahnya dan tampangnya yg culun. Tampak dari luar kebaikannya perhatiannya, meluluhkan hatiku aira... Tapi ternyata itu bohong aira. Itu hal biasa buatnya. Kepada gadis lain pun sama. Kenapa dia tega sekali aira..
Aira lanjut berkata, Cindy jangan pernah bermain api nanti engkau bisa bisa terbakar olehnya.. Dan jangan pernah bermain air nanti engkau kan basah.. Kau tau cindy, hati wanita itu seperti kapas yg mudah tertiup oleh angin. Wanita itu slalu mengutamakan perasaan nya cindy. Telinga wanita itu amat lemah.. Mudah tergoyahkan. Pertebalkan iman dan taqwa mu. Kenapa kau berfikir langit ini kan runtuh. Karena hal sekecil itu. Bersyukurlah Allah menjauhkan nya padamu. Saat ini. Jika dia benar, baik ,memang mencintaimu, serius denganmu. Tidak seperti itu cindy.. Mengajak mu pacaran. Dengan argument untuk saling mengenal. Berfikirlah dewasa cindy.. Wake up cindy.
Cindy lanjut berkata,“ya...Aira. Sekarang aku mengerti....aku menyesal...hiks..hiks,....
Cindy menghapus airmatanya dan berkata kembali kepada aira,Terima kasih aira.. Kau masih menimaniku disini. Aku hanya butuh teman curhat.
Aku menyesal aira.. Aku menyesal.. Untuk apa aku mencari perhatian dan kasih sayang. Sedang orang tua, kakak ku, sahabatku menyayangiku. Kasih sayang mereka lebih dari cukup dan amat tulus padaku.
Aku ingat aira... Ketika aku sakit, org tua ku dan kk ku lah yg gundah memikirkan ku. Sedia merawatku. Ketika aku bersedih.. Ibu ku dan teman baik ku lah ada di sampingku, mendengarkan sedihku.
Aku masih ingat ulang tahunku.. Setiap ulang tahun ku dulu, teman2x dekat ku slalu memberikan kado surprise utk ku. Walau dgn cara2x sesuai dgn ingin mereka. Sebagai kejutan buatku. Aku senang Aira. Mereka selalu ingat aku. Orang tua yg selalu mendoakan aku.. Ayah, kakak yg selalu menjaga aku..
Ya.. Aira.... Semua itu tulus. Dan aku merasakan itu cinta dan perhatian. Aku menyesal aira.. Aku menyesal..
Aira berkata dengan tegas menatap matanya ke cindy, “kuharap ini pertama dan terakhir kali cindy... Aku menyayangimu.... sdh2x jgn bersedih ngobrol yg lain saja|cindy.. Hmmm.. Bagaimana kabar wardan teman mu itu.. Kata Aira sambil tersenyum
Cindy berkata lirih dengan mata yang sendu,tampaknya Cindy sebenarnya menyukai Wardan. “Kini dia akan menikah aira... Dulu aku pernah sepapasan muka dgnnya. Waktu itu aku lagi berjalan berbincang dgn doni. Hubungan persahabatan kami renggang tidak sedekat dulu ketika dia bilang dia suka padaku waktu itu...Aku kecewa padanya aira.... Dia teman baik ku aira. Sudah lebih 10 tahun aku bersahabat dengannya bagaimana bisa dia berkata begitu. Aku marah dan kecewa sekali padanya. Masih kecilku slalu bermain kelereng bersamanya. Bersepeda bersamanya. Jajan melompat pagar sekolah.
Dan yang lebih menakutkan katanya dia berani menantang bicara datang pd ayahku.Ketika dia bekerja ini dia sdh siap. Yg benar saja aira. Ya aku yg belum siap..... Pikiran ku tdk seperti itu dulu belum terpikir di benakku jauh masih jauh dibenakku...... “
Aira berkata, menyukai seseorang itu normal aira. Tapi bagaimana kita membawanya. Aku tahu dari cerita mu wardan. Mempunyai kepribadian yg baik dan bependirian.
Cindy berkata “ya.. Ketika tau aku dengan doni. Dia marah.. Aku bukan cindy yang dikenal dulu katanya. Dia kecewa pdku. Dia bangga padaku karena aku tidak pacaran mengikuti zaman. Dia mengetahui dari teman di kampus ku kalau aku dekat dengan doni. Menerima kejutan kue tart, boneka dan lainnya, doni mengajak teman sekelas utk mmbuat surprise kepadaku.
Aku jelaskan padanya karena aku tidak sampai hati membuat orang sedih dan malu itu saja.,, apa aku tega mempermalukan nya. Aku bingung harus apa. Aku bukan orang jahat. Aku tak tega menyakiti orang.
Pernah sudah aku menolaknya kuputuskan, dia menangis dan wajahnya gundah gulana, esoknya beberapa hari tidak masuk. Aku seolah merasa di persalahkan karena rasa sedih kecewanya. Aku jadi tidak tega. Apalagi kalau sampai di drop out hanya gara-gara aku.
Pelajarannya hancur dia tidak mau ke kampus katanya. Jadi dengan terpaksa tidak tega aku menerimanya... Hanya dengan maksud utk agar kebaikannya saja. Bukan apa-apa...ku sudah jelas kan ku hanya sebatas pertemuan teman di kampus saja kubilang pada wardan.
Habis aku di ceramahi olehnya...... Itu hanya kamuplasenya untuk mendekatiku katanya. Tapi aku masih tidak mendengar nasehatnya. Dia juga selalu bilang kagum degan ayah ku. Yang dilihatnya selalu mengantar menjagaku, sedia menungguku. Dia mengagumi ayahku katanya. Penilaiannya Ayah ku sepertinya orangnya tegas, seperti ini begini ayah ku itu begitu. Dia slalu mengobrol kagum pada ayahku.
Melihat wardan, Aku jadi menyadari sesuatu aira.. Iman.. Rasa takut...rasa malu... Rasa cinta kepada yg Maha Rahman.......
Aira lanjut berkata, “cindy... Kau tau tidak. Kita hidup dalam 2 hal pilihan. Lelaki \ perempuan. Siang dan malam. Kebaikan\keburukan. Ketika datang yang baik mengingatimu,datang padamu... Maka kau tolak. takutnya Pilihan tinggal yang kedua cindy.
Bukankah kasus ini sama waktu kita sma dahulu. Ketika bayu menembakmu. Dan mengatakan memaksa jawabannya besok ketika dia akan mengikuti ujian olimpiade matematika. Kalah menang seolah menjadi tanggung jawab mu. Tapi kau tidak begemingkan. Padahal dia membawa nama sekolah kita kan cindy. Bahkan ketika dia bertengkar karena mu dipanggil kepala sekolah. Kau diam saja. Menghindar darinya. Tapi kenapa kau sekarang berubah cindy..... Aira Dengan raut muka yang bersedih dan rasa sedikit kecewa. Mengingat janji dahulu yang mereka pernah ucapkan waktu SMA. Mereka tidak akan pacaran, dan kemudian menikah memilih orang yang tepat, menciptakan first love story and love forever.
Cindy dengan lirih berkata, karena disana ada kau dan teman-teman Ra.... Kalian selalu mengingatkan ku, kalian selalu bersamaku. Ruang lingkupnya berbeda ra...
Lingkungannya berbeda. Pola pikirnya berbeda. Mereka baik..tapi.. cara berfikirnya saja berbeda denganmu...
Sedang sekarang aku merasa sendiri ...
Dia mengajak teman-teman kumpul bersama entah itu makan, jalan-jalan, week 'en agar aku bisa bertemu dengannya dan teman-teman bahkan mendukungnya. Dan yg kemudian terjadi adalah aku jauh dari teman-teman dan hanya dekat berteman dengannya. Dan aku menjadi terbiasa menerima sms,telephone perhatiannya di hp ku ra..
Aira menghela nafas panjang kemudian berkata, cindy seorang lelaki berhak untuk memilih, dan seorang perempuan berhak juga untuk menerima. Kita harus Lebih jeli dalam melihat menerima akhlak dan agamanya cindy... Seperti ikan di laut..tidak berasa asin kan walau berenang dilaut asin.
Cindy mengangguk..
Aira berkata,Ya sudah..cindy Kamu istirahat ya... Mata mu bengkak. Apakah kau sudah makan.. Dan apakah kau sudah sholat
Cindy hanya menggeleng.... Kemudian pertanyaan kedua cindy mengangguk
Cindy menjadi gusar dan merasa bersalah kepada dirinya sendiri akan janjinya sendiri kepada Tuhannya dulu dan kepada Aira ; ra.... Apakah kau marah padaku.. Kecewa padaku.....
Aira menggeleng..sambil tersenyum. Berkata menenangkan, menatap dalam mata cindy, Tidak cindy... Sudahlah anggap angin lalu.. Lagian laki-laki seperti itu tidak pantas engkau tangisi. Ambil hikmahnya.
Sambil melempar bantal ke cindy, kemudian tersenyum.“Sudah hentikan syindrom broken heart mu ini“
Cindy jadi beringsut membenarkan bantal yang dilempar kepadanya, sambil berkata, Aku tidak menangisinya, aku cuma kesal Aira. Aku kesal dan aku benci.
Aira mengangguk - anggukkan kepalanya. Berusaha mengerti Cindy. Walaupun dia tau sahabatnya Cindy bukanlah seseorang yang mudah untuk membenci. “Jangan membenci cindy... Karena benci adalah racun yang akan menggrogoti hati bahkan reaksi sebuah racun bisa membunuhmu.. Maka biarkan saja dia. Bukankah dia kepunyaan, makhluk Allah juga. Biarkan saja dia. Hak perogratif Allah. Ketika dia memang bermasalah, biarkan Allah, Tuhan semesta alam yang berhak memutuskan untuk memperbaikinya, membiarkannya. Tidak akan bermasalah apapun untukmu. Ketika kita berbuat kesalahan kepada makhluk bahkan kepada Tuhan apakah kita akan berharap dosa kita akan diampuni. Maavkan saja. Yang lalu biarlah berlalu. Mungkin ini menjadi tabungan mu kelak.. Ibarat hutang yang harus dibayar atau bonus yang pantas didapat. Atau bisa kelak dia saat ini menjadi musuh mu, besok bisa menjadi sahabat yang menolongmu.
Oh iya Cin.. Nanti aku pamit harus pergi.. (Aira melihat arloji).wah Ini sudah 2.30,..
Cindy dengan cepat berkata, mau kemana apa mau ku antar?menginap saja di sini.
Aira menolak secara halus tidak ingin merepotkan sahabatnya, tidak usah cin...lain waktu ya. Aku hanya mau ke lembaga bahasa mengambil mengisi waktu kosong, mengajar anak anak. Menambah uang kuliah ku ra. Ayo Kapan Kau mau kesana main ke tempatku.. Melihat guru cantik mengajar. Oh iya cindy,ini aku bawa hadiah untuk mu.
Aira tau cindy suka membaca. Aira memberikan cindy sebuah buku novel. Sebuah novel religi yang menceritakan tentang seorang pemuda tampan yang aktif, modis,pintar yang mempelajari islam dan cara hidupnya, cara pemikirannya berubah lebih religius dengan lebih mempelajari,mengenal islam agamanya sendiri mengetahui jati dirinya sendiri. Memberikan kesadaran. Menjadi sumber cahaya hidayah bagi keluarganya.
Cindy senang sekali menerimanya, oke aira..^.^, ya.. Nanti pasti aku sempatkan aira. Terimakasih bukunya. Akan ku baca.
Beranjak di luar rumah Cindy, Aira mengingat percakapanya tadi dengan Cindy dan memberikan hadiah novel padanya, Aira sambil berdoa didalam hatinya mengingat kutipan ayat yang pernah dibacanya di dalam buku tersebut.
"Dan Menjadikan untukmu Cahaya yg dengan Cahaya itu Kamu dapat berjalan" (Q.S Al Hadid: 28).
"Ihdinas shiraatal mustaqiim
Siraathal ladzii na’an ‘amta ‘alaihim, ghairil maghduu bi’alaihim, walad dhaalliin" (Tunjukkan kami “Shiraatal Mustaqiim” (Jalan Lurus)
Jalan yang penuh nikmat , bukan jalan yang Engkau murkai, bukan juga jalan yang sesat). Aamiin.
~~~~~~
Kembali ke Rayyan. Rayyan sedang berada di kamarnya. Melihat foto almarhum bang Ramli.
“Hmmm.. Ia ingat sesuatu. “Sepertinya hardisk bang Ramli ada padaku“. (Memang sengaja dibawa Rayyan)
Dipasangnya hardisk tersebut..dibuka nya. Isinya Beberapa video kenangan bang Ramli bersama Rayyan dan keluarga.
Video kenangan bang Ramli bersama teman temannya. Dan beberapa lagu bang Ramli. Ada video bang Ramli sedang memetik gitar sambil bernyanyi riang. Terdengar suara merdu bang Ramli bernyanyi.
~~~~~~~~~~
Sayang apa kabar denganmu~~ aku dsini slalu mnunggu.~~ Aku harap kau tak kan berubah
........
........
Sayang dengarlah isi hatiku
Karena ku sayang kamu~
~~~~~~~~~~~
Rayyan ingat bahwa dia yg merekam semua ini. Dan memberi ide kepada bang Ramli utk memberi kejutan mbk wenda istrinya di ulang tahunnya. Melihat semua itu Rayyan menjadi terharu, merasa rindu sekali dengan bang Ramli. “Kenapa cepat sekali abang pergi bang...“. Kata Rayyan.
Di lihatnya folder beberapa data data kerjaan bang Ramli. Serta kumpulan lagu favorit bang Ramli lagu lagu barat . Dan folder berbau religius, lagu islami. Rayyan lalu membuka nya melalui winamp.
~~~~~~~~~~~~~~~
Tuhan..dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia... yang alfa jua lupa...
Lalu terhiridlah aku di lorong gelisah...
Luka hati yg berdarah....
Kini makin kian parah....
Semalam sudah sampai ke penghujung nya..
kisah seribu duka kuharap sudah berlalu
Tak ingin lagi ku ulangi kembali gerak dosa yg mengiris hati...
Tuhan.. Dosaku menggunung tinggi tp rahmat mu melangit luas..
Harga selautan syukurku hanyalah setitik nikmatmu dibumi..
Selangkah ku rapat pdmu seribu langkah kau rapat pdku
~~~~~~~~~~~~
Rayyan terhenyak mendengarnya. Rayyan sadar akan sesuatu. Beberapa hari ini dia sudah menghabiskan waktu tak berarti. Dia terpaku bersedih kpd sesuatu yang tidak berguna. Sedikit banyak akibat patah hati telah berhasil membuat hatinya gundah gulana.
Rayyan sadar untuk apa tujuannya disini. Menyelesaikan s2nya dengan cepat sambil bekerja. Dan kembali ke jakarta. Dia disini mencari ilmu. Sedang ilmu adalah cahaya yang bisa didapat dengan kemurnian.
Rayyan ingat dulu ayahnya sangat marah jika ia kesiangan sholat subuh. Alasannya karena begadang belajar semalaman atau sebenarnya karena asyik melakukan hobby game.
Dan. Paginya Kemudian bergegas menyiapkan diri berangkat ke sekolah. Itu percuma kata ayah karena Ilmu adalah cahaya. Dan itu memang benar.. Jika ayah tidak tegas. Mungkin Rayyan tidak seperti ini.
Dan kini.. Entah ini sudah stadium berapa, dengan 5 fase yang dilewati setelah putus dengan nola. Jantung ini seperti berdebar kencang, tidak nafsu makan,
Rasa tak percaya, tidak terima, menyesali diri sendiri.. Rayyan terkena sindrome broken heart istilah yang sering dipakai di dunia medis. DaN.. Akhirnya menyadari sesuatu. Tentang tujuan hidupnya.
Rayyan menatap tulisan di dinding, karton yang di tempelnya di dinding. Tentang rencananya kedepan, alternatif alternatif yang lain, cita - cita dan impian - impianya. Kemudian dia ingin mencoret sesuatu dan menambahkan sesuatu.
Rayyan berjanji akan menjadi lebih baik lagi.
~~~~~~
Bait-bait kata menggema direlung hati Rayyan. Kata kata, nasehat yang sebenarnya Rayyan pernah dengar dan membacanya sebelumnya, muncul kembali. Tapi sekarang seolah dia baru pertama menemukannya, baru pertama membacanya.
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajadnya),jika kamu orang-orang yang beriman.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.
Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
Created amfitri
bujang biola n gadis rindai
Sinopsis cerita
Berawal dari persahabatan kemudian saling mencintai. Dilema terjadi pergulatan persetujuan orang tua dan status tingkat strata sosial menjadi dinding penghalang. Terlebih Sang gadis telah dijodohkan dengan orang lain oleh orang tuanya. Bernuansa gendre cerita tahun 40an. Cerita selanjutnya dapat dibaca sendiri bagaimana kisah sahabat menjadi cinta. Bentuk cinta yang sebenarnya. Tetap mencintai bagaimanapun akhirnya. Cinta tentang rasa persahabatan, persaudaraan dan rasa cinta dua insan manusia.
Bujang Biola dan Gadis Rindai
Burung - burung kecil bertebaran diatas langit. Tampak elok setiap mata memandang. Mengepakkan sayap seolah menyampaikan pesan damai dan cinta dari Alam. Sautan suaranya menenangkan hati siapapun yang mendengar. Saling bersautan menyampaikan pesan cinta. Membawa pesan - pesan tersendiri dari setiap daerah yang mereka datangi. Seperti salah satunya pesan cinta sepasang kekasih “bujang biola dan gadis rindai“
Bujang biola, bujang dalam bahasa daerah Palembang, Sumatera Selatan yang ditujukan kepada anak lelaki yang belum menikah. Makna kata gadis dalam bahasa daerah Palembang, Sumatera Selatan sebutan untuk anak perempuan yang belum menikah.
Kisah ini berawal dari cerita masyarakat sekitar dulu tentang kemisteriusan suara yang berasal dari gedung tua. Sering sekali setiap senja ketika hujan turun, terdengar sayup - sayup suara seperti ada seseorang yang memainkan biola di sebuah gedung tua. Konon katanya ada anak bujang yang wafat karena tersambar petir ketika memainkan biola disana. Maka disebutlah bujang biola. Didukung pula di dekat gedung tersebut, adanya 2 kuburan yang dipercayai oleh masyarakat sekitar salah satunya kuburan bujang biola dan salah satunya kuburan seorang anak kecil. ini dikatakan sebagai bukti otentik kebenaran cerita ini.
Cerita yang tersebar di desa dekat Mariana. Jika dari pencitraan satelit, termasuk di dalam daerah Sungai Gerong, Plaju, Wilayah Sumatera Selatan. Entah bagaimana cerita ini ada dan timbul begitu saja tentang Bujang Biola.
Ada kisah lain dibalik itu semua yang tidak masyarakat dan seorang pun ketahui tentang bujang biola, kenapa dan mengapa bujang biola sering ke gedung tua itu. Ini berkaitan dengan Rindai gadis pujaan hatinya. Masa-masa yang dilewati bersama Rindai, lika - liku cinta remaja. Semua akan diceritakan kembali melalui tulisan ini. Cerita yang disampaikan oleh burung - burung yang senantiasa mengepakkan sayapnya membawa kabar cinta.
Malam hari dipandangi sinar rembulan, di sebuah gedung tua tempat yang sering bujang biola kunjungi dan dekat dimana bujang biola dimakamkan.
Diatas balkon gedung sedang berdiri seorang gadis. Gadis itu sedang menikmati menatap sinar rembulan dan melihat pemandangan di waktu malam dari atas balkon.
Gadis tersebut menarik nafas panjang dan berbicara sendiri didalam hatinya. Dari matanya yang sendu menyiratkan pesan yang dalam.
“200 tahun telah berlalu, telah banyak yang. berubah... Rumah - rumah penduduk dan gedung ini... Telah berubah 180 derajat, telah banyak mengalami rekapitilasi. Pembaharuan tahun ke tahun terus berlangsung. Rumah - rumah penduduk yang terbuat dari kayu, rumah panggung disekitar ini pun kini tidak ada lagi. Tapi lihat kenangan kita tetap ada disini. Dan Orang-orang tetap mengenang mu Ganjar, bujang biola“ Gumam gadis tersebut dari atas balkon.
Gadis tersebut berdiri sambil memandangi pemandangan dari atas balkon.
Dari kejauhan Ganjar melihat gadis itu dari belakang, seorang gadis yang sedang berdiri berada diatas balkon gedung. Ganjar mendekatinya. Gadis yang cantik, manis, berambut panjang, hitam lebat terurai. Ganjar dengan cepat bisa mengenalinya.
Ganjar mengetahui dengan pasti siapa gadis tersebut, Ganjar menyapa gadis tersebut. “hai apa kabar mu? Ada apa kau kesini.. Rindai..“. Kata Ganjar dengan penuh takjup. Senyum gadis tersebut mempesona mata yang memandang. Pipi yang merona dihiasi terang - benderangnya sinar rembulan.
Gadis itu bernama Rindai yang sedang berdiri asik menikmati memandangi rembulan dan pemandangan dari atas balkon.
Rindai mendengar ada yang menyapanya, Rindai menengok kebelakang,sedikit terusik keasyikannya menikmati sinar rembulan. Melihat siapa yang memanggilnya gadis tersebut merasa sangat mengenalnya, gadis tersebut menyahuti sapaan Ganjar.
“kau rupanya... aku kesini hanya ingin menengok mu saja.. Apa kau tidak senang aku melihat mu ke sini???. Ya sudah.. Kalau begitu aku pamit, aku akan pergi“. Rindai pura - pura merajuk kepada Ganjar, seseorang yang sebenarnya sedari tadi dia tunggu sambil menikmati memandangi sinar rembulan.
Ganjar menjadi salah tingkah. Dia merasa kata - katanya salah dan menyinggung hati Rindai. Dengan gugup Ganjar berkata “Hmm.. Bukan begitu Rindai, jangan salah paham.... Kau tahu aku senang sekali kau ada disini. Aku hanya bertanya kabar mu saja.. Apa kau ingin berbicara sesuatu padaku. Kumohon.. Tetap lah disini..“ Kata Ganjar dengan perasaan bersalah.
Rindai tersenyum mendengarnya. Rindai sebenarnya mengerti maksud Ganjar. Rindai sangat mengenal Ganjar dan Rindai hanya bercanda kepadanya.
Melihat senyum Rindai, Ganjar mengerti kalau Rindai hanya mempermainkannya, Ganjar juga tak habis akal mencoba membalasnya.
“hmm..kalau begitu aku tau kau datang kesini hanya karena ingin melihat wajah tampan ku kan? dan ingin mendengar permainan biola ku?“ Kata Ganjar sambil tersenyum dan memicingkan salah satu matanya menggoda.
Ganjar siap - siap ingin memainkan biolanya. Rindai dengan cepat buru-buru menahan senar biola Ganjar. Rindai melarang Ganjar memainkannya.
“huft.. Penyakit kambuhan kepedean mu datang lagi... Hust..!“ Rindai Menahan senar biola ganjar. “Kalau ada yang dengar bagaimana? akan bikin heboh Ganjar. Nanti kata orang-orang siapa disini yang bermain biola“. Bisik Rindai pelan berbicara kepada Ganjar dengan menengok kekanan dan kekiri takut ada yang mendengar mereka.
Ganjar berusaha menenangkan Rindai, menjelaskan bahwa di gedung tempat mereka berdiri sepi tidak ada seorang pun, penjaga gedung sudah pulang. Lagian tidak akan ada orang yang bisa melihat dan mendengar mereka. Ganjar bermaksud bermain biola hanya ingin menghibur Rindai saja.
Rindai kembali memastikan apakah yang dikatakan Ganjar benar dan memastikan semuanya aman. Ganjar menganguk pasti “Iya. tidak bakalan ada yang dengar“. Kata Ganjar menerangkan.
Ganjar mengambil biolanya, menaruh dibahunya, memangku biola dengan bahunya dan salah satu pipinya menempel menahan biolanya. Ganjar memulai memainkannya.. Lagu yang disukai rindai. “Bandung Selatan“
Ganjar asik memainkannya. Matanya terpejam hanyut meresapi lagu dan nada-nada yang dihasilkannya melalui gesekkan pada senar biolanya.
Rindai ikut bernyanyi mengikuti alunan nada dari gesekan biola Ganjar. Bait-bait lagu yang didendangkan Rindai:
Bandung Selatan diwaktu malam~ berselubung sutera merah putih..
Laksana putri lenggang kencana duduk menanti~ datang kekasih..
Bandung selatan di waktu malam~
dalam asuhan dewi purnama~
Cantik mungil kesuma melati putri manja ibunda~ pertiwi....
Terdengar suara seruling bambu~
Gitar malam nan merdu merayu~
Di seling tembang suara ibu....~
Tembang pusaka nan syahdu~
Bandung selatan diwaktu malam~
Jauh terdengar suara nyanyian~
Sungguh indah sinarnya rembulan
riwayatnya tidak dilupakan~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
Ganjar hanyut pada permainan biolanya dan mendengar suara indah Rindai menyanyikan lagu. Memainkan lagu ini, lagu kesukaan Rindai. Ganjar menjadi terbayang tenggelam pada masa silam. Hari - harinya dulu bersama Rindai gadis pujaan hatinya.
Ganjar terbayang ketika Rindai menari tari tanggai memakai baju tarian adat Palembang di iringi alunan nada lagu Gending Sriwijaya. Pada acara sekolah. Sungguh cantik Rindai.
Rindai mengejutkan Ganjar yang terlihat terpaku menatapnya “heii.. Kenapa memandangiku seperti itu“. Kata Rindai.
Ganjar menjadi terkejut dan asal bicara untuk menghilangkan malunya karena telah ketahuan menatap Rindai dengan terpana, langsung saja berkata spontan kepada Rindai “tidak.. Tidak.. Kau seperti bukan Rindai.. Kau sangat cantik..“
Pipi Rindai merona mendengarnya, tapi dia tidak mau ketahuan Ganjar dengan cepat Rindai menjawab dengan pura-pura marah. “jadi maksud mu hari - hari biasa aku tidak cantik..??!“
Ganjar membalas ya.. Tampaknya karena baju adat ini..“. Ganjar sambil tersenyum geli melihat Rindai mulai terpancing candaannya. Melihat wajah Rindai langsung berubah kesal. Ganjar memang selalu iseng menggoda Rindai, apalagi melihat mimik muka Rindai kalau sudah mulai cemberut menahan kesal. Rindai tetap cantik walau sedang marah.
Ganjar terbayang lagi bayangan ketika dia berusaha memodifikasi alat musik biola agar Rindai tidak susah lagi memainkannya.
Ganjar menghadiahkannya untuk Rindai di ulang tahunnya. Rindai amat senang sekali menerimanya.
Alat musik biola tersebut untuk mendapatkan nadanya, Rindai hanya bermain menekan tombol-tombol di ujung kepala senar, yang biasa untuk mengatur senarnya dan mencari nada chord. Tombol tombol tersebut yang langsung membantu menciptakan tangga nada, mencari nada do re mi fa so la si do. Tangan Rindai tidak perlu merasakan sakit lagi ketika menahan tali senar. Rindai hanya fokus menggesekan senarnya saja.
Rindai berhenti bernyanyi dan kemudian tersenyum. Rindai sedang memperhatikan Ganjar yang sedang asik bermain dengan biola tuanya. Rindai selalu terpukau setiap kali Ganjar bermain biola untuknya. Termasuk saat ini.
Seperti impian, khayalan seorang putri. Ada seorang pangeran yang datang dengan berkuda putih. Bagi Rindai, Ganjar seorang pangeran tampan yang datang memainkan biola untuknya. Mereka sama sama hanyut dalam kenangan masa lalu. Sekelebat bayangan dan kenangan muncul dalam pikiran mereka.
200 tahun yang lalu. Ditempat yang sama, Awal perkenalan Ganjar dan Rindai. Cerita cinta dimulai.
Rindai adalah anak semata wayang saudagar kaya di kampungnya. Ganjar anak satu-satunya dari seorang janda yang bekerja sebagai buruh di pertambakan udang di dekat kampungnya milik saudagar, bapak. Sutan Ramli, Ayah Rindai.
Ganjar tinggal berdua saja dengan emaknya, ayahnya sudah lama sekali meninggal semenjak Ganjar masih kecil. Kehidupan keadaan yang seperti itu mengajarkan dan membentuknya menjadi pribadi yang kuat. Ganjar anak yang pintar dan ulet. Dia ikut membantu ibunya mencari nafkah sehabis pulang sekolah.
Pertemuan Ganjar dan Rindai berawal dari Ganjar dan Rindai ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Pada tempat perguruan yang sama. Ganjar ingin sekali menjadi sarjana. Memperbaiki kehidupan emak dan dirinya.
Tidak sembarangan orang yang bisa mengecap pendidikan disana. Kebanyakan dari anak bangsawaan, anak - anak orang orang yang berada dan anak - anak orang Belanda, itupun sulit jika tidak memenuhi syarat, melewati berbagai macam ujian.
Ganjar mendapatkan kesempatan dapat mengecap pendidikan disana dari beasiswa dan atas bantuan rekomendasi pamannya yang bekerja pada perusahaan minyak waktu dahulu masih perusahaan naungan Belanda. Melihat kepintaran dan keahlian Ganjar. Ganjar di sekolahkan disana yang kemudian setelah lulusnya akan memberi manfaat pada perusahaan mengaplikasikan kemampuan dan ilmunya.
Ganjar menjadi dekat dengan Rindai di tempat mereka menuntut ilmu bersama. Ternyata kebetulan mereka satu kampung.
Nama Rindai sering terdengar di telinga Ganjar. Siapa yang tidak mengenal Rindai, gadis cantik anak saudagar kaya dikampungnya. Tapi baru disini Ganjar melihat dan mengenal sosok Rindai sebenarnya.
Rindai gadis yang baik, pintar dan tidak memilih - milih teman dari tingkat status sosialnya. Rindai menjunjung tinggi emansipasi, pengagum berat RA. Kartini.
Pada zaman itu. Tidak penting anak perempuan bersekolah tinggi - tinggi apalagi bangsa pribumi. Tidak bagi Rindai. Rindai anak yang suka sekali belajar. Rindai mempunyai cita - cita ingin menjadi sarjana dan membuat usaha perindustrian sendiri tidak dibayang - bayangi oleh ayahnya, apalagi Belanda. Serta ingin membantu meningkatkan taraf hidup warga desa dikampungnya dengan usahanya.
Ganjar dan Rindai sering belajar bersama, berdiskusi sesuatu bersama. Beradu argument hal biasa terjadi pada mereka, tapi mereka teman yang saling mendukung dan saling mengerti. Ada saja bahan bahasan oleh mereka berdua yang tidak pernah habis.
Ganjar mempunyai hobby bermain biola disela - sela renggang kesibukannya belajar. Jika telah jam istirahat Ganjar pergi ke ruang musik atau Ganjar berada di atas balkon. Balkon gedung yang dibiarkan terbuka tak beratap. Ganjar selalu kesana bermain dengan biola tuanya kenangan satu - satunya dari almarhum ayahnya.
Rindai selalu mencari Ganjar diatas balkon. Pasti dia sedang bermain dengan biola tuanya disana. Rindai naik ke atas balkon mencari Ganjar, dengan senyum kepastian melihat Ganjar sedang bermain biola dan berujar kepada Ganjar “Betul kan kataku, kau pasti disini. Anak - anak (teman-teman) mencarimu. Kau pasti kesini... Ayoo kita ke bawah“. Ajak rindai. Rindai kemudian melihat muka Ganjar terlihat murung. Rindai menanyakan apa hal yang membuat Ganjar menjadi tampak murung dan bersedih.
Ganjar mengatakan tidak ada apa - apa.. Bahwa dia hanya ingat emak saja dikampung. Memang Jarak tempat pendidikan Ganjar hanya berjarak 150 km dari kampungnya, tapi setiap siswa tinggal di mess keputraan dan keputrian, hari - hari yang ditetapkan dan libur saja bisa pulang.
Rindai mencoba berkata yang menenangkan hati Ganjar agar jangan bersedih. Rindai mengatakan Ganjar tidak perlu risau karena tidak lama lagi akan ada libur sekolah akhir tahun dan itu cukup lama 2 minggu. Ganjar akan bisa pulang bertemu emak.
Rindai mencoba menghibur Ganjar seperti apa yang sering Ganjar lakukan untuknya. “Sini berikan biola mu padaku. Aku akan menghibur mu“. Kata Rindai sambil mengambil biola dari Ganjar, Ganjar hanya diam terpaku.
Rindai memopang biola dibahunya kemudian mencoba menggesek senar biola.
Seng..seng...
Berbunyi nyaring melengking.
knok..knok...
Bunyinya tidak beraturan..
Ganjar menutup telinganya.
Rindai menyadari kebodohannya. Rindai merasa malu. Ia mengembalikan biola kepada Ganjar.
Rindai mengatakan kepada Ganjar bahwa dia tak bisa memainkannya. Ternyata sulit bermain biola.
Ganjar tertawa melihat tingkah Rindai dan milihat mimik muka Rindai merona. Rindai salah tingkah karena merasa malu. Ganjar menjelaskan bahwa itu tidak sesulit pikiran Rindai jika Rindai mengetahui caranya. Ganjar mengambil alih biolanya. Kemudian melanjutkan kata - katanya bahwa dia dulu hanya belajar otodidak tidak ada guru yang mengajarinya bermain biola. Biola inilah yang menjadi teman ku dikala sedih dan ketika ingat almarhum ayahnya.
Rindai menanyakan dengan penuh penasaran bagaimana caranya Ganjar ?
Ganjar mengatakan bahwa Rindai cukup mengenali memahami setiap nada. Nada tinggi dan rendah. Ganjar mencontohkan memainkan biolanya.
Kamu hanya berkonsentrasi membuat nada - nada mu sendiri. Meresapinya. Kemudian Ganjar menunjukkannya kepada Rindai caranya bermain biola. Setelah itu Ganjar menawarkan Rindai apa mau untuk mencobanya lagi. Dengan cepat Rindai berkata “baiklah boleh kucoba lagi..“
Rindai mencoba lagi. Seng.. Seng... seng...~ Suara terdengar jelas dari biola, alunan nada yang dihasilkan terdengar tidak seburuk yang pertama Rindai lakukan tadi. Rindai mencoba mencari nada - nada melalui instingnya, mengikuti aturan cord tangga nada, mencoba menciptakan resonansi suara dari biola. Suara alunan nada yang lebih indah dari sebelumnya. Tiba - tiba ketika ingin nada tinggi, Rindai menekan dan menggesek senar biola terlalu kuat. Senar biola menjadi terputus. Rindai terkejut. Rindai merasa bersalah, dan takut Ganjar marah padanya. Karena telah merusak biola kesayangan Ganjar.
Dengan gugup Rindai berkata “Ganjar.. Maavkan.. aku.. sungguh tidak sengaja...“
Ganjar dengan tenang berkata tidak apa - apa Rindai... Ini bisa diperbaiki, aku bisa memperbaikinya...memang biola ini sudah tua. Sudah lama tali senarnya tidak diganti. Lagian aku sedang mengajarimu. Aku sedang menjadi guru mu. Salah ku tadi tidak fokus pada permainan biolamu. Aku membiarkanmu dengan maksud agar kamu menemukan sendiri caranya. Seperti tadi jika maksud ingin mengambil nada tinggi dengan cara menekan dan menggesek senarnya terlalu kuat, bukan nada yang didapat, tapi senarnya menjadi putus. Kamu hanya cukup mencari nadanya saja. Tetap menggesekkan senarnya dengan pelan. Seperti biasa.
Semua ada penempatannya. Sama halnya ketegasan dengan cara kekerasan, dengan nada tinggi dengan maksud ketegasan tidak menyelesaikan masalah. Jika masih bisa. Sampaikan saja dengan sewajarnya penuh kelembutan, pasti akan lebih dimengerti. Ini hanya senar. Jika ini hati. Maka akan sakit dan hancur berkeping keping. Bahasa penyampaian Ganjar yang mengumpamakan bahwa biola itu adalah hati, Ganjar mencoba menjelaskan agar Rindai memahami.
Rindai tetap merasa bersalah dan berkata “iya... Tapi Aku tidak mau bermain biola lagi, aku takut merusaknya kembali. Bukankah itu biola kesayanganmu. Aku sudah cukup senang jika melihat mu memainkannya“.
Ganjar berusaha menyemangati Rindai kembali berkata kepadanya “Rindai tidak..tidak Rindai.. jangan patah semangat begitu, engkau bahkan belum memulai, baru mencobanya. Semua berawal dari nada do maka akan berakhir di nada do. Aku akan memperbaikinya. Dan kau bisa memainkannya lagi“. Ganjar menyemangati Rindai untuk mencoba lagi.
Hubungan Rindai dan Ganjar semakin dekat, tidak hanya sebagai sahabat dan teman dekat. Hari ke hari ada perhatian dan rasa yang lain dari mereka berdua. Tapi mereka saling menutupi perasaan satu sama lain.
Ganjar memang telah jatuh hati pada Rindai. Tapi Ganjar tidak ingin konsentrasi tujuannya menuntut ilmu menjadi terganggu dengan urusan masalah cinta, semua demi emak dan impian - impiannya. Ganjar berfikir apalagi Rindai dan dia berbeda jauh strata sosialnya. Ganjar tahu diri soal itu. Telah lama mereka bersahabat, ayah Rindai pun baik pada Ganjar telah menganggapnya anak sendiri. Ganjar tidak ingin semuanya berubah.
Sedang Rindai tidak ingin mengatakannya bahwa Rindai menyukai dan mencintai Ganjar karena Rindai adalah perempuan. Selayaknya perempuan hanya diam jika menyukai seseorang. Dan lagi mereka berdua sedang sama - sama sedang menuntut ilmu. Mereka berdua sadar hal yang terpenting menuntut ilmu. Mereka sudah cukup merasa bahagia, tertawa bersama, saling memperhatikan dan saling mendukung. Mereka tidak ingin semua ini rusak dan berakhir.
Jika sedang sedih dan gusar Ganjar dapat berbicara apapun kepada Rindai seperti kepada adiknya. Rindai pun bisa berbicara apapun kepada Ganjar layaknya saudara laki - lakinya. Kadang mereka bertengkar seperti musuh kemudian berbaikkan kembali layaknya sahabat karib. Permusuhan diantara mereka tak akan pernah berlangsung lama terkadang besoknya mereka lupa kemarin bertengkar apa.
Masa kelulusan telah tiba. Rindai dikabarkan oleh ayahnya. Setelah kelulusan ini dia akan menikah, dia telah dijodohkan dengan anak teman ayahnya di Jayakarta yang dahulu namanya Batavia. Anak teman ayahnya tersebut mempunyai usaha ukiran dan peralatan isi rumah tangga di kota Jayakarta. Seorang anak saudagar pemilik kebun kayu jati di kampungnya.
Rindai sedih sekali. Dia akan jauh dari Ganjar. Dia tidak akan bertemu Ganjar lagi.
Rindai sudah tidak tahan lagi, rasa yang berkecamuk di dalam hatinya. Rindai sedih dan bingung. Dia berfikir harus berbicara secepatnya kepada Ganjar. Rindai mencari - cari Ganjar, diruang kelas, library, Ganjar tidak ada, dengan teman - teman pun tidak ada. Rindai pergi ke atas balkon. Ditemuinya Ganjar disana. Terjadilah perbincangan mereka berdua diatas balkon.
Mereka sedang duduk berdua di atas balkon. Rindai menunggu Ganjar menyelesaikan permainan biolanya. Ganjar bertanya-tanya kenapa muka Rindai datang terlihat murung tidak seperti biasa, tetapi Ganjar masih diam dan tersenyum sambil bermain biola. Ketika suasana hening, Ganjar bertanya kenapa Rindai terlihat tidak bersemangat, apakah Rindai sakit.
Rindai menatap Ganjar dan berkata lirih “Ganjar.. Aku telah di jodohkan... Dan ayah tadi berkata....“
Ganjar terkejut dan sedih mendengarnya “Apa......??“kemudian Ganjar meralat kata-katanya
“Hmm.. Itu bagus kan... Ganjar berusaha menutupi kesedihannya walau terlihat sekali dari mimik mukanya. Dan berucap kepada Rindai meyakinkan, pasti orang tua mu telah mempertimbangkan masak-masak, dan memilih yang terbaik buatmu. Ganjar memberi selamat kepada Rindai. Sambil tersenyum mencoba menghibur dirinya sendiri Ganjar berkata "Kamu akan menempuh hidup baru. Sebagai sahabat mu,apa yang bisa ku bantu, Rindai..?“
Rindai sedih mendengarnya, dengan tegas Rindai berkata kepada Ganjar. “cukup Ganjar!. Jangan membohongi dirimu sendiri. Apa kamu akan terus- terusan begini.... Aku tahu kamu Ganjar. Aku akan dinikahkan dengan orang yang tidak aku kenal dan yang tidak aku cintai... Aku tidak tau watak seperti apa orang tersebut... Wajahnya pun aku tidak ketahui. Aku tidak mengenalnya. Apa menurutmu itu benar. Apakah ini benar?!. Sedang disini aku berharap itu kamu dan mempunyai keberanian untuk itu... Datang lah kepada ayahku“.
Ganjar terdiam mendengar kata-kata Rindai, dia tidak menyangka Rindai berani mengatakannya dengan tegas dan mengetahui isi hati Ganjar. “baiklah.. Rindai.. aku akan datang kepada ayahmu atas niat baik ku. Walau aku sudah tau jawabannya... Ini bentuk ikhtiar ku. Sampai kapan pun kita tetap berteman dan bersahabat baik. Aku akan tetap menyayangimu“. Kata Ganjar.
Ganjar menemui ayah Rindai.. Sebagaimana prasangka Ganjar. Ganjar ditolak. Ayah Rindai tau bahwa Ganjar anak yang baik dan ulet. Ayah Rindai sebenarnya kagum padanya. Rindai dan Ganjar adalah sahabat itulah yang dipikiran ayah Rindai. Ayah Rindai tidak menyangka kalau mereka saling menyukai. Ganjar bukan orang lain bagi ayah Rindai. Ayah Rindai kecewa, terkejut mendengarnya. Ayah Rindai bahkan telah menganggap Ganjar sebagai anak lelakinya.
Menurut adat istiadat setempat pernikahan biasa dilakukan dengan perjodohan dan menurut agama keluarga Rindai tidak ada namanya saling menyukai berdekatan sebelum menikah. Walaupun memang Rindai dan Ganjar tidak berpacaran, berdekatan, tidak mengumbar kata bahwa mereka saling menyukai tapi pasti akan dipandang salah. Dan juga akan berurusan dengan gelar keturunan keluarga Rindai, itupun akan menjadi masalah. Belum lagi menurut adat, seorang anak gadis ayahnya yang memilih jodoh yang terbaik buatnya. Menurut agamanya seorang anak gadis perlu akan persetujuan orang tuanya terutama ayahnya. Dan perjodohan telah berlangsung. Ayah Rindai telah menerima pinangan dari anak teman karibnya. Semua sudah berjalan dan dipersiapkan.
Seandainya ayah Rindai tidak terlanjur berjanji pada teman karibnya. Ayah Rindai bisa mempertimbangkan Ganjar menjadi menantunya. Melihat sifat santun dan kebaikan Ganjar. Ayah Rindai mengetahui betul bahwa Ganjar anak yang baik, gigih usahanya dan pintar. Tapi ayah Rindai sudah terlanjur janji dan semua persiapan sedang berjalan. Untuk menambah kedekatan ayah Rindai dan teman karibnya. Diikat menjadi hubungan kekeluargaan oleh anak-anaknya, harapan mereka akan lebih mendekatkan rasa persaudaraan. Anak temannya pun telah dikenal sejak kecil. Ayah Rindai telah menyelidiki dengan pasti soal itu. Tentang tabiat dan sifat calon menantunya.
Ganjar kecewa,sedih tapi lega. Dalam hatinya berkata semoga apa yang dikatakan ayah Rindai benar, dia lelaki yang baik buat Rindai.
Persiapan pernikahan telah berlangsung hari yang ditunggu pun hampir tiba tinggal 2 hari lagi. Keluarga Rindai dan warga desa sedang sibuk mempersiapkan acara penikahan Rindai dan untuk menyambut calon pengantin pria serta keluarganya.
Rindai sedang menangis dikamarnya.
Dia menulis surat kemudian menyuruh seseorang mengantarkannya kepada Ganjar.
Isi surat nya:
Rindai hendak pergi dari rumah, meminta Ganjar mengajaknya pergi sejauh-jauhnya. Dia tidak membenarkan pernikahan ini. Jika Ganjar tidak bisa menolongnya sebagai orang yang dicintainya. Rindai meminta hak sebagai sahabatnya. Besok pagi ketika matahari menjelang, Rindai menunggunya di perbatasan kampung. Jika Ganjar tidak menemuinya besok. Rindai tidak akan mengenal lagi nama Ganjar dihidupnya.
Ganjar membaca surat dari Rindai. Ganjar tidak membenarkan tindakan Rindai. Semua tidak baik. Jalan yang tidak baik. Ganjar tidak ingin menikah tanpa persetujuan orang tua apalagi membawa kabur anak gadis orang. Rindai gadis yang baik dari keluarga yang baik. Lelaki itu lebih baik dari Ganjar karena dia disetujui oleh kedua orang tua Rindai.
Ganjar bingung bagaimana menghadapi sikap keras Rindai. Tapi bagaimanapun besok dia harus tetap menemui Rindai berbicara padanya. Mengajaknya pulang. Semua bisa dibicarakan baik-baik dengan orang tua Rindai. Bagaimanapun keluarga Rindai sudah dianggapnya sebagai keluarganya sendiri. Ganjar tidak ingin keluarga Rindai malu akan sikap Rindai yang pergi dari rumah.
Besok harinya, waktu subuh.. Emak Ganjar merasa sempoyongan, rasa dada emak sesak. Ketika emak hendak mengambil wudu emak terjatuh. Ganjar segera membawa emak ke puskesmas terdekat, di puskesmas emak mendapatkan pertolongan pertama, kemudian karena peralatan di puskesmas tidak lengkap oleh puskesmas emak dirujuk ke rumah sakit.
Rindai telah lama menunggu Ganjar di perbatasan kampung. Ganjar tak jua datang. Orang suruhan ayah Rindai yang sedari tadi mencarinya melihat Rindai, memaksa Rindai pulang.
Rindai kecewa kepada Ganjar. Di dalam hatinya berpendapat bahwa Ganjar pengecut. Rindai kecewa kenapa Ganjar tidak datang dan tidak mengirimkan kabar apapun sedang Rindai sudah menunggunya sedari lama. Ganjar tidak muncul juga. Rindai sangat sedih dan marah pada Ganjar. Rindai menyalahkan Ganjar. Jika pernikahan ini terjadi gara-gara Ganjar. Rindai akan menjalani hidup tidak sesuai dengan keinginannya.
Rindai sedang menangis sesugukan dikamarnya, kamarnya yang telah dihiasi layaknya kamar pengantin, tampak elok dan indah. Tapi peraduan itu telah basah oleh airmata Rindai.
“Inilah yang engkau mau kan Ganjar, baik aku akan menikah“. Aku tidak akan mengenalmu lagi, aku membencimu“ gumam Rindai yang sedang duduk dikamar peraduan pengantin dengan amarah dalam hatinya kepada Ganjar.
Ditempat yang lain Ganjar sedang merisaukan emaknya. Dia juga menyesal tidak sempat bisa mengabarkan Rindai. Ganjar terus menatap emak. Ganjar berharap emak akan segera baik-baik saja. Emak sedang ditangani dokter dengan alat bantu pernafasan masuk ke dalam unit gawat darurat. Denyut nadi emak semakin melemah. Dan.... emak menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan tangan emak dipegang Ganjar. Ganjar menangis sejadi jadinya.
Kata dokter emak kena serangan jantung.. Itu memang rentan terjadi, apalagi yang sudah berusia lanjut.. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkata lain. Semua terjadi begitu cepat. Ganjar terpukul sekali. Ganjar kini hidup sebatang kara.
Esoknya pernikahan Rindai berlangsung dan Ganjar mengkebumikan emak disamping abah. Setelah pernikahan Rindai diboyong ke Jayakarta. Dengan Rindai membawa kekecewaan yang mendalam terhadap Ganjar.
Ganjar pulang ke kampungnya seusai mengkebumikan emak. Ganjar mendengar dari orang-orang di kampung bahwa Rindai telah menikah dan dibawah ke kota Jayakarta yang dahulu namanya Batavia. Ganjar hidup sebatang kara, tidak ada emaknya dan Rindai telah pergi. Tetapi Ganjar yakin paling tidak Rindai ada, masih bernafas. Nafas Rindai terdengar di setiap detak jantung Ganjar, Ganjar yakin Rindai akan baik-baik saja.
Ganjar melanjutkan hidupnya dengan keahlian dan kemampuannya, dia membantu warga desa sebisanya, membangun desa. Menciptakan sistem irigasi dan apa saja yang bisa membantu. Ganjar telah bekerja sebagai tenaga ahli di perusahaan besar dahulu naungan Belanda yang telah menyekolahkannya.
Setiap waktu senggang Ganjar selalu menyempatkan diri ke tempat dimana dia dan Rindai selalu bersama. Mengingati masa - masa Ganjar bersama Rindai. Ganjar bermain biola disana. Tempat itu kini telah sepi. Tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar disana.
Ketika Jepang mengambil alih kependudukan voc (Belanda). Tempat itu telah ditutup. Dilarang menjadi tempat menuntut ilmu. Tempat itu menjadi gedung tua yang tiada berpenghuni.
Ganjar sering menghabiskan waktu disana. Sampai peristiwa nahas itu terjadi Ganjar terkena sambaran petir ketika berada disana. Ganjar wafat. Untuk mengenangnya Ganjar di kebumikan didekat gedung tua itu oleh warga kampung.
Setelah 3 tahun Rindai pulang ke kampung halamannya, Rindai telah menjadi ibu yang mempunyai 1 anak lelaki berumur 2 tahun. Keluarga kecil Rindai tampak bahagia. Hidup Rindai lengkap dengan seorang anak yang lucu dan seorang suami yang baik hati lagi penyayang.
Rindai baru mengetahui bahwa Ganjar telah meninggal. Rindai sedih sekali. Apalagi mengetahui bahwa Ganjar sering ke tempat dimana dia dan Ganjar biasa datangi dulu. Dan tentang kematian emak (ibu Ganjar). Bertepatan hari pernikahannya. Rindai merasa menyesal, merasa bersalah pada Ganjar. Karena Rindai telah membenci Ganjar tanpa alasan menyalahkan Ganjar atas sesuatu yang sudah menjadi jalan takdirnya.
Ketika Rindai masih berada di kampung, kampung terkena wabah dbd. Anak Rindai yang masih kecil terkena wabahnya. Anak Rindai tidak tertolong. Rindai sedih sekali. Anak Rindai wafat.
Rindai memutuskan meminta ijin kepada suami dan keluarganya untuk mengkebumikan anaknya disamping sahabat tercintanya Ganjar. Agar kuburan Ganjar tidak terlihat sendiri. Rindai selalu berdoa untuk Ganjar. Semoga Ganjar ditempatkan di surga, digantikan keluarga, sahabat dan orang dicintai yang lebih baik dari waktu semasa hidupnya, tempat yang terbaik untuknya disisi Tuhannya agar Ganjar tidak merasa sedih dan sendiri. Ganjar bagian dari keluarga bagi Rindai. Suami dan keluarga Rindai menyetujui keinginan Rindai.
Rindai kembali ke Jayakarta bersama suaminya. Tidak lama 2 minggu setelah kepulangan Rindai dari kampung halamannya. Rindai mengalami demam tinggi. Dibawa ke rumah sakit. Rindai menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit ditemani suami tercintanya yang baik hati. Jasad Rindai di kebumikan di makam keluarga suaminya di Jayakarta.
Masyarakat yang tinggal di dekat gedung tempat kematian Ganjar, setelah kematian Ganjar sering mendengar suara seseorang bermain biola ketika hujan turun. Mereka merasa ketakutan dan berpindah mencari hunian yang jauh dari sana.
Padahal itu hanya gesekan paku dan seng-seng yang sedikit terlepas. Yang menaungi rumah. Ketika hujan. Karena hembusan angin, seng-seng yang terlepas itu bergoyang-goyang, saling bergesekan, dan terkena jatuhan air hujan. Menciptakan musik tersendiri.
Suara yang terbawa oleh hembusan angin membiaskan suara yang indah. Seperti suara seseorang sedang menggesekan, memainkan alat musik biola.
Created am fitri.
.
Berawal dari persahabatan kemudian saling mencintai. Dilema terjadi pergulatan persetujuan orang tua dan status tingkat strata sosial menjadi dinding penghalang. Terlebih Sang gadis telah dijodohkan dengan orang lain oleh orang tuanya. Bernuansa gendre cerita tahun 40an. Cerita selanjutnya dapat dibaca sendiri bagaimana kisah sahabat menjadi cinta. Bentuk cinta yang sebenarnya. Tetap mencintai bagaimanapun akhirnya. Cinta tentang rasa persahabatan, persaudaraan dan rasa cinta dua insan manusia.
Bujang Biola dan Gadis Rindai
Burung - burung kecil bertebaran diatas langit. Tampak elok setiap mata memandang. Mengepakkan sayap seolah menyampaikan pesan damai dan cinta dari Alam. Sautan suaranya menenangkan hati siapapun yang mendengar. Saling bersautan menyampaikan pesan cinta. Membawa pesan - pesan tersendiri dari setiap daerah yang mereka datangi. Seperti salah satunya pesan cinta sepasang kekasih “bujang biola dan gadis rindai“
Bujang biola, bujang dalam bahasa daerah Palembang, Sumatera Selatan yang ditujukan kepada anak lelaki yang belum menikah. Makna kata gadis dalam bahasa daerah Palembang, Sumatera Selatan sebutan untuk anak perempuan yang belum menikah.
Kisah ini berawal dari cerita masyarakat sekitar dulu tentang kemisteriusan suara yang berasal dari gedung tua. Sering sekali setiap senja ketika hujan turun, terdengar sayup - sayup suara seperti ada seseorang yang memainkan biola di sebuah gedung tua. Konon katanya ada anak bujang yang wafat karena tersambar petir ketika memainkan biola disana. Maka disebutlah bujang biola. Didukung pula di dekat gedung tersebut, adanya 2 kuburan yang dipercayai oleh masyarakat sekitar salah satunya kuburan bujang biola dan salah satunya kuburan seorang anak kecil. ini dikatakan sebagai bukti otentik kebenaran cerita ini.
Cerita yang tersebar di desa dekat Mariana. Jika dari pencitraan satelit, termasuk di dalam daerah Sungai Gerong, Plaju, Wilayah Sumatera Selatan. Entah bagaimana cerita ini ada dan timbul begitu saja tentang Bujang Biola.
Ada kisah lain dibalik itu semua yang tidak masyarakat dan seorang pun ketahui tentang bujang biola, kenapa dan mengapa bujang biola sering ke gedung tua itu. Ini berkaitan dengan Rindai gadis pujaan hatinya. Masa-masa yang dilewati bersama Rindai, lika - liku cinta remaja. Semua akan diceritakan kembali melalui tulisan ini. Cerita yang disampaikan oleh burung - burung yang senantiasa mengepakkan sayapnya membawa kabar cinta.
Malam hari dipandangi sinar rembulan, di sebuah gedung tua tempat yang sering bujang biola kunjungi dan dekat dimana bujang biola dimakamkan.
Diatas balkon gedung sedang berdiri seorang gadis. Gadis itu sedang menikmati menatap sinar rembulan dan melihat pemandangan di waktu malam dari atas balkon.
Gadis tersebut menarik nafas panjang dan berbicara sendiri didalam hatinya. Dari matanya yang sendu menyiratkan pesan yang dalam.
“200 tahun telah berlalu, telah banyak yang. berubah... Rumah - rumah penduduk dan gedung ini... Telah berubah 180 derajat, telah banyak mengalami rekapitilasi. Pembaharuan tahun ke tahun terus berlangsung. Rumah - rumah penduduk yang terbuat dari kayu, rumah panggung disekitar ini pun kini tidak ada lagi. Tapi lihat kenangan kita tetap ada disini. Dan Orang-orang tetap mengenang mu Ganjar, bujang biola“ Gumam gadis tersebut dari atas balkon.
Gadis tersebut berdiri sambil memandangi pemandangan dari atas balkon.
Dari kejauhan Ganjar melihat gadis itu dari belakang, seorang gadis yang sedang berdiri berada diatas balkon gedung. Ganjar mendekatinya. Gadis yang cantik, manis, berambut panjang, hitam lebat terurai. Ganjar dengan cepat bisa mengenalinya.
Ganjar mengetahui dengan pasti siapa gadis tersebut, Ganjar menyapa gadis tersebut. “hai apa kabar mu? Ada apa kau kesini.. Rindai..“. Kata Ganjar dengan penuh takjup. Senyum gadis tersebut mempesona mata yang memandang. Pipi yang merona dihiasi terang - benderangnya sinar rembulan.
Gadis itu bernama Rindai yang sedang berdiri asik menikmati memandangi rembulan dan pemandangan dari atas balkon.
Rindai mendengar ada yang menyapanya, Rindai menengok kebelakang,sedikit terusik keasyikannya menikmati sinar rembulan. Melihat siapa yang memanggilnya gadis tersebut merasa sangat mengenalnya, gadis tersebut menyahuti sapaan Ganjar.
“kau rupanya... aku kesini hanya ingin menengok mu saja.. Apa kau tidak senang aku melihat mu ke sini???. Ya sudah.. Kalau begitu aku pamit, aku akan pergi“. Rindai pura - pura merajuk kepada Ganjar, seseorang yang sebenarnya sedari tadi dia tunggu sambil menikmati memandangi sinar rembulan.
Ganjar menjadi salah tingkah. Dia merasa kata - katanya salah dan menyinggung hati Rindai. Dengan gugup Ganjar berkata “Hmm.. Bukan begitu Rindai, jangan salah paham.... Kau tahu aku senang sekali kau ada disini. Aku hanya bertanya kabar mu saja.. Apa kau ingin berbicara sesuatu padaku. Kumohon.. Tetap lah disini..“ Kata Ganjar dengan perasaan bersalah.
Rindai tersenyum mendengarnya. Rindai sebenarnya mengerti maksud Ganjar. Rindai sangat mengenal Ganjar dan Rindai hanya bercanda kepadanya.
Melihat senyum Rindai, Ganjar mengerti kalau Rindai hanya mempermainkannya, Ganjar juga tak habis akal mencoba membalasnya.
“hmm..kalau begitu aku tau kau datang kesini hanya karena ingin melihat wajah tampan ku kan? dan ingin mendengar permainan biola ku?“ Kata Ganjar sambil tersenyum dan memicingkan salah satu matanya menggoda.
Ganjar siap - siap ingin memainkan biolanya. Rindai dengan cepat buru-buru menahan senar biola Ganjar. Rindai melarang Ganjar memainkannya.
“huft.. Penyakit kambuhan kepedean mu datang lagi... Hust..!“ Rindai Menahan senar biola ganjar. “Kalau ada yang dengar bagaimana? akan bikin heboh Ganjar. Nanti kata orang-orang siapa disini yang bermain biola“. Bisik Rindai pelan berbicara kepada Ganjar dengan menengok kekanan dan kekiri takut ada yang mendengar mereka.
Ganjar berusaha menenangkan Rindai, menjelaskan bahwa di gedung tempat mereka berdiri sepi tidak ada seorang pun, penjaga gedung sudah pulang. Lagian tidak akan ada orang yang bisa melihat dan mendengar mereka. Ganjar bermaksud bermain biola hanya ingin menghibur Rindai saja.
Rindai kembali memastikan apakah yang dikatakan Ganjar benar dan memastikan semuanya aman. Ganjar menganguk pasti “Iya. tidak bakalan ada yang dengar“. Kata Ganjar menerangkan.
Ganjar mengambil biolanya, menaruh dibahunya, memangku biola dengan bahunya dan salah satu pipinya menempel menahan biolanya. Ganjar memulai memainkannya.. Lagu yang disukai rindai. “Bandung Selatan“
Ganjar asik memainkannya. Matanya terpejam hanyut meresapi lagu dan nada-nada yang dihasilkannya melalui gesekkan pada senar biolanya.
Rindai ikut bernyanyi mengikuti alunan nada dari gesekan biola Ganjar. Bait-bait lagu yang didendangkan Rindai:
Bandung Selatan diwaktu malam~ berselubung sutera merah putih..
Laksana putri lenggang kencana duduk menanti~ datang kekasih..
Bandung selatan di waktu malam~
dalam asuhan dewi purnama~
Cantik mungil kesuma melati putri manja ibunda~ pertiwi....
Terdengar suara seruling bambu~
Gitar malam nan merdu merayu~
Di seling tembang suara ibu....~
Tembang pusaka nan syahdu~
Bandung selatan diwaktu malam~
Jauh terdengar suara nyanyian~
Sungguh indah sinarnya rembulan
riwayatnya tidak dilupakan~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
Ganjar hanyut pada permainan biolanya dan mendengar suara indah Rindai menyanyikan lagu. Memainkan lagu ini, lagu kesukaan Rindai. Ganjar menjadi terbayang tenggelam pada masa silam. Hari - harinya dulu bersama Rindai gadis pujaan hatinya.
Ganjar terbayang ketika Rindai menari tari tanggai memakai baju tarian adat Palembang di iringi alunan nada lagu Gending Sriwijaya. Pada acara sekolah. Sungguh cantik Rindai.
Rindai mengejutkan Ganjar yang terlihat terpaku menatapnya “heii.. Kenapa memandangiku seperti itu“. Kata Rindai.
Ganjar menjadi terkejut dan asal bicara untuk menghilangkan malunya karena telah ketahuan menatap Rindai dengan terpana, langsung saja berkata spontan kepada Rindai “tidak.. Tidak.. Kau seperti bukan Rindai.. Kau sangat cantik..“
Pipi Rindai merona mendengarnya, tapi dia tidak mau ketahuan Ganjar dengan cepat Rindai menjawab dengan pura-pura marah. “jadi maksud mu hari - hari biasa aku tidak cantik..??!“
Ganjar membalas ya.. Tampaknya karena baju adat ini..“. Ganjar sambil tersenyum geli melihat Rindai mulai terpancing candaannya. Melihat wajah Rindai langsung berubah kesal. Ganjar memang selalu iseng menggoda Rindai, apalagi melihat mimik muka Rindai kalau sudah mulai cemberut menahan kesal. Rindai tetap cantik walau sedang marah.
Ganjar terbayang lagi bayangan ketika dia berusaha memodifikasi alat musik biola agar Rindai tidak susah lagi memainkannya.
Ganjar menghadiahkannya untuk Rindai di ulang tahunnya. Rindai amat senang sekali menerimanya.
Alat musik biola tersebut untuk mendapatkan nadanya, Rindai hanya bermain menekan tombol-tombol di ujung kepala senar, yang biasa untuk mengatur senarnya dan mencari nada chord. Tombol tombol tersebut yang langsung membantu menciptakan tangga nada, mencari nada do re mi fa so la si do. Tangan Rindai tidak perlu merasakan sakit lagi ketika menahan tali senar. Rindai hanya fokus menggesekan senarnya saja.
Rindai berhenti bernyanyi dan kemudian tersenyum. Rindai sedang memperhatikan Ganjar yang sedang asik bermain dengan biola tuanya. Rindai selalu terpukau setiap kali Ganjar bermain biola untuknya. Termasuk saat ini.
Seperti impian, khayalan seorang putri. Ada seorang pangeran yang datang dengan berkuda putih. Bagi Rindai, Ganjar seorang pangeran tampan yang datang memainkan biola untuknya. Mereka sama sama hanyut dalam kenangan masa lalu. Sekelebat bayangan dan kenangan muncul dalam pikiran mereka.
200 tahun yang lalu. Ditempat yang sama, Awal perkenalan Ganjar dan Rindai. Cerita cinta dimulai.
Rindai adalah anak semata wayang saudagar kaya di kampungnya. Ganjar anak satu-satunya dari seorang janda yang bekerja sebagai buruh di pertambakan udang di dekat kampungnya milik saudagar, bapak. Sutan Ramli, Ayah Rindai.
Ganjar tinggal berdua saja dengan emaknya, ayahnya sudah lama sekali meninggal semenjak Ganjar masih kecil. Kehidupan keadaan yang seperti itu mengajarkan dan membentuknya menjadi pribadi yang kuat. Ganjar anak yang pintar dan ulet. Dia ikut membantu ibunya mencari nafkah sehabis pulang sekolah.
Pertemuan Ganjar dan Rindai berawal dari Ganjar dan Rindai ingin melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Pada tempat perguruan yang sama. Ganjar ingin sekali menjadi sarjana. Memperbaiki kehidupan emak dan dirinya.
Tidak sembarangan orang yang bisa mengecap pendidikan disana. Kebanyakan dari anak bangsawaan, anak - anak orang orang yang berada dan anak - anak orang Belanda, itupun sulit jika tidak memenuhi syarat, melewati berbagai macam ujian.
Ganjar mendapatkan kesempatan dapat mengecap pendidikan disana dari beasiswa dan atas bantuan rekomendasi pamannya yang bekerja pada perusahaan minyak waktu dahulu masih perusahaan naungan Belanda. Melihat kepintaran dan keahlian Ganjar. Ganjar di sekolahkan disana yang kemudian setelah lulusnya akan memberi manfaat pada perusahaan mengaplikasikan kemampuan dan ilmunya.
Ganjar menjadi dekat dengan Rindai di tempat mereka menuntut ilmu bersama. Ternyata kebetulan mereka satu kampung.
Nama Rindai sering terdengar di telinga Ganjar. Siapa yang tidak mengenal Rindai, gadis cantik anak saudagar kaya dikampungnya. Tapi baru disini Ganjar melihat dan mengenal sosok Rindai sebenarnya.
Rindai gadis yang baik, pintar dan tidak memilih - milih teman dari tingkat status sosialnya. Rindai menjunjung tinggi emansipasi, pengagum berat RA. Kartini.
Pada zaman itu. Tidak penting anak perempuan bersekolah tinggi - tinggi apalagi bangsa pribumi. Tidak bagi Rindai. Rindai anak yang suka sekali belajar. Rindai mempunyai cita - cita ingin menjadi sarjana dan membuat usaha perindustrian sendiri tidak dibayang - bayangi oleh ayahnya, apalagi Belanda. Serta ingin membantu meningkatkan taraf hidup warga desa dikampungnya dengan usahanya.
Ganjar dan Rindai sering belajar bersama, berdiskusi sesuatu bersama. Beradu argument hal biasa terjadi pada mereka, tapi mereka teman yang saling mendukung dan saling mengerti. Ada saja bahan bahasan oleh mereka berdua yang tidak pernah habis.
Ganjar mempunyai hobby bermain biola disela - sela renggang kesibukannya belajar. Jika telah jam istirahat Ganjar pergi ke ruang musik atau Ganjar berada di atas balkon. Balkon gedung yang dibiarkan terbuka tak beratap. Ganjar selalu kesana bermain dengan biola tuanya kenangan satu - satunya dari almarhum ayahnya.
Rindai selalu mencari Ganjar diatas balkon. Pasti dia sedang bermain dengan biola tuanya disana. Rindai naik ke atas balkon mencari Ganjar, dengan senyum kepastian melihat Ganjar sedang bermain biola dan berujar kepada Ganjar “Betul kan kataku, kau pasti disini. Anak - anak (teman-teman) mencarimu. Kau pasti kesini... Ayoo kita ke bawah“. Ajak rindai. Rindai kemudian melihat muka Ganjar terlihat murung. Rindai menanyakan apa hal yang membuat Ganjar menjadi tampak murung dan bersedih.
Ganjar mengatakan tidak ada apa - apa.. Bahwa dia hanya ingat emak saja dikampung. Memang Jarak tempat pendidikan Ganjar hanya berjarak 150 km dari kampungnya, tapi setiap siswa tinggal di mess keputraan dan keputrian, hari - hari yang ditetapkan dan libur saja bisa pulang.
Rindai mencoba berkata yang menenangkan hati Ganjar agar jangan bersedih. Rindai mengatakan Ganjar tidak perlu risau karena tidak lama lagi akan ada libur sekolah akhir tahun dan itu cukup lama 2 minggu. Ganjar akan bisa pulang bertemu emak.
Rindai mencoba menghibur Ganjar seperti apa yang sering Ganjar lakukan untuknya. “Sini berikan biola mu padaku. Aku akan menghibur mu“. Kata Rindai sambil mengambil biola dari Ganjar, Ganjar hanya diam terpaku.
Rindai memopang biola dibahunya kemudian mencoba menggesek senar biola.
Seng..seng...
Berbunyi nyaring melengking.
knok..knok...
Bunyinya tidak beraturan..
Ganjar menutup telinganya.
Rindai menyadari kebodohannya. Rindai merasa malu. Ia mengembalikan biola kepada Ganjar.
Rindai mengatakan kepada Ganjar bahwa dia tak bisa memainkannya. Ternyata sulit bermain biola.
Ganjar tertawa melihat tingkah Rindai dan milihat mimik muka Rindai merona. Rindai salah tingkah karena merasa malu. Ganjar menjelaskan bahwa itu tidak sesulit pikiran Rindai jika Rindai mengetahui caranya. Ganjar mengambil alih biolanya. Kemudian melanjutkan kata - katanya bahwa dia dulu hanya belajar otodidak tidak ada guru yang mengajarinya bermain biola. Biola inilah yang menjadi teman ku dikala sedih dan ketika ingat almarhum ayahnya.
Rindai menanyakan dengan penuh penasaran bagaimana caranya Ganjar ?
Ganjar mengatakan bahwa Rindai cukup mengenali memahami setiap nada. Nada tinggi dan rendah. Ganjar mencontohkan memainkan biolanya.
Kamu hanya berkonsentrasi membuat nada - nada mu sendiri. Meresapinya. Kemudian Ganjar menunjukkannya kepada Rindai caranya bermain biola. Setelah itu Ganjar menawarkan Rindai apa mau untuk mencobanya lagi. Dengan cepat Rindai berkata “baiklah boleh kucoba lagi..“
Rindai mencoba lagi. Seng.. Seng... seng...~ Suara terdengar jelas dari biola, alunan nada yang dihasilkan terdengar tidak seburuk yang pertama Rindai lakukan tadi. Rindai mencoba mencari nada - nada melalui instingnya, mengikuti aturan cord tangga nada, mencoba menciptakan resonansi suara dari biola. Suara alunan nada yang lebih indah dari sebelumnya. Tiba - tiba ketika ingin nada tinggi, Rindai menekan dan menggesek senar biola terlalu kuat. Senar biola menjadi terputus. Rindai terkejut. Rindai merasa bersalah, dan takut Ganjar marah padanya. Karena telah merusak biola kesayangan Ganjar.
Dengan gugup Rindai berkata “Ganjar.. Maavkan.. aku.. sungguh tidak sengaja...“
Ganjar dengan tenang berkata tidak apa - apa Rindai... Ini bisa diperbaiki, aku bisa memperbaikinya...memang biola ini sudah tua. Sudah lama tali senarnya tidak diganti. Lagian aku sedang mengajarimu. Aku sedang menjadi guru mu. Salah ku tadi tidak fokus pada permainan biolamu. Aku membiarkanmu dengan maksud agar kamu menemukan sendiri caranya. Seperti tadi jika maksud ingin mengambil nada tinggi dengan cara menekan dan menggesek senarnya terlalu kuat, bukan nada yang didapat, tapi senarnya menjadi putus. Kamu hanya cukup mencari nadanya saja. Tetap menggesekkan senarnya dengan pelan. Seperti biasa.
Semua ada penempatannya. Sama halnya ketegasan dengan cara kekerasan, dengan nada tinggi dengan maksud ketegasan tidak menyelesaikan masalah. Jika masih bisa. Sampaikan saja dengan sewajarnya penuh kelembutan, pasti akan lebih dimengerti. Ini hanya senar. Jika ini hati. Maka akan sakit dan hancur berkeping keping. Bahasa penyampaian Ganjar yang mengumpamakan bahwa biola itu adalah hati, Ganjar mencoba menjelaskan agar Rindai memahami.
Rindai tetap merasa bersalah dan berkata “iya... Tapi Aku tidak mau bermain biola lagi, aku takut merusaknya kembali. Bukankah itu biola kesayanganmu. Aku sudah cukup senang jika melihat mu memainkannya“.
Ganjar berusaha menyemangati Rindai kembali berkata kepadanya “Rindai tidak..tidak Rindai.. jangan patah semangat begitu, engkau bahkan belum memulai, baru mencobanya. Semua berawal dari nada do maka akan berakhir di nada do. Aku akan memperbaikinya. Dan kau bisa memainkannya lagi“. Ganjar menyemangati Rindai untuk mencoba lagi.
Hubungan Rindai dan Ganjar semakin dekat, tidak hanya sebagai sahabat dan teman dekat. Hari ke hari ada perhatian dan rasa yang lain dari mereka berdua. Tapi mereka saling menutupi perasaan satu sama lain.
Ganjar memang telah jatuh hati pada Rindai. Tapi Ganjar tidak ingin konsentrasi tujuannya menuntut ilmu menjadi terganggu dengan urusan masalah cinta, semua demi emak dan impian - impiannya. Ganjar berfikir apalagi Rindai dan dia berbeda jauh strata sosialnya. Ganjar tahu diri soal itu. Telah lama mereka bersahabat, ayah Rindai pun baik pada Ganjar telah menganggapnya anak sendiri. Ganjar tidak ingin semuanya berubah.
Sedang Rindai tidak ingin mengatakannya bahwa Rindai menyukai dan mencintai Ganjar karena Rindai adalah perempuan. Selayaknya perempuan hanya diam jika menyukai seseorang. Dan lagi mereka berdua sedang sama - sama sedang menuntut ilmu. Mereka berdua sadar hal yang terpenting menuntut ilmu. Mereka sudah cukup merasa bahagia, tertawa bersama, saling memperhatikan dan saling mendukung. Mereka tidak ingin semua ini rusak dan berakhir.
Jika sedang sedih dan gusar Ganjar dapat berbicara apapun kepada Rindai seperti kepada adiknya. Rindai pun bisa berbicara apapun kepada Ganjar layaknya saudara laki - lakinya. Kadang mereka bertengkar seperti musuh kemudian berbaikkan kembali layaknya sahabat karib. Permusuhan diantara mereka tak akan pernah berlangsung lama terkadang besoknya mereka lupa kemarin bertengkar apa.
Masa kelulusan telah tiba. Rindai dikabarkan oleh ayahnya. Setelah kelulusan ini dia akan menikah, dia telah dijodohkan dengan anak teman ayahnya di Jayakarta yang dahulu namanya Batavia. Anak teman ayahnya tersebut mempunyai usaha ukiran dan peralatan isi rumah tangga di kota Jayakarta. Seorang anak saudagar pemilik kebun kayu jati di kampungnya.
Rindai sedih sekali. Dia akan jauh dari Ganjar. Dia tidak akan bertemu Ganjar lagi.
Rindai sudah tidak tahan lagi, rasa yang berkecamuk di dalam hatinya. Rindai sedih dan bingung. Dia berfikir harus berbicara secepatnya kepada Ganjar. Rindai mencari - cari Ganjar, diruang kelas, library, Ganjar tidak ada, dengan teman - teman pun tidak ada. Rindai pergi ke atas balkon. Ditemuinya Ganjar disana. Terjadilah perbincangan mereka berdua diatas balkon.
Mereka sedang duduk berdua di atas balkon. Rindai menunggu Ganjar menyelesaikan permainan biolanya. Ganjar bertanya-tanya kenapa muka Rindai datang terlihat murung tidak seperti biasa, tetapi Ganjar masih diam dan tersenyum sambil bermain biola. Ketika suasana hening, Ganjar bertanya kenapa Rindai terlihat tidak bersemangat, apakah Rindai sakit.
Rindai menatap Ganjar dan berkata lirih “Ganjar.. Aku telah di jodohkan... Dan ayah tadi berkata....“
Ganjar terkejut dan sedih mendengarnya “Apa......??“kemudian Ganjar meralat kata-katanya
“Hmm.. Itu bagus kan... Ganjar berusaha menutupi kesedihannya walau terlihat sekali dari mimik mukanya. Dan berucap kepada Rindai meyakinkan, pasti orang tua mu telah mempertimbangkan masak-masak, dan memilih yang terbaik buatmu. Ganjar memberi selamat kepada Rindai. Sambil tersenyum mencoba menghibur dirinya sendiri Ganjar berkata "Kamu akan menempuh hidup baru. Sebagai sahabat mu,apa yang bisa ku bantu, Rindai..?“
Rindai sedih mendengarnya, dengan tegas Rindai berkata kepada Ganjar. “cukup Ganjar!. Jangan membohongi dirimu sendiri. Apa kamu akan terus- terusan begini.... Aku tahu kamu Ganjar. Aku akan dinikahkan dengan orang yang tidak aku kenal dan yang tidak aku cintai... Aku tidak tau watak seperti apa orang tersebut... Wajahnya pun aku tidak ketahui. Aku tidak mengenalnya. Apa menurutmu itu benar. Apakah ini benar?!. Sedang disini aku berharap itu kamu dan mempunyai keberanian untuk itu... Datang lah kepada ayahku“.
Ganjar terdiam mendengar kata-kata Rindai, dia tidak menyangka Rindai berani mengatakannya dengan tegas dan mengetahui isi hati Ganjar. “baiklah.. Rindai.. aku akan datang kepada ayahmu atas niat baik ku. Walau aku sudah tau jawabannya... Ini bentuk ikhtiar ku. Sampai kapan pun kita tetap berteman dan bersahabat baik. Aku akan tetap menyayangimu“. Kata Ganjar.
Ganjar menemui ayah Rindai.. Sebagaimana prasangka Ganjar. Ganjar ditolak. Ayah Rindai tau bahwa Ganjar anak yang baik dan ulet. Ayah Rindai sebenarnya kagum padanya. Rindai dan Ganjar adalah sahabat itulah yang dipikiran ayah Rindai. Ayah Rindai tidak menyangka kalau mereka saling menyukai. Ganjar bukan orang lain bagi ayah Rindai. Ayah Rindai kecewa, terkejut mendengarnya. Ayah Rindai bahkan telah menganggap Ganjar sebagai anak lelakinya.
Menurut adat istiadat setempat pernikahan biasa dilakukan dengan perjodohan dan menurut agama keluarga Rindai tidak ada namanya saling menyukai berdekatan sebelum menikah. Walaupun memang Rindai dan Ganjar tidak berpacaran, berdekatan, tidak mengumbar kata bahwa mereka saling menyukai tapi pasti akan dipandang salah. Dan juga akan berurusan dengan gelar keturunan keluarga Rindai, itupun akan menjadi masalah. Belum lagi menurut adat, seorang anak gadis ayahnya yang memilih jodoh yang terbaik buatnya. Menurut agamanya seorang anak gadis perlu akan persetujuan orang tuanya terutama ayahnya. Dan perjodohan telah berlangsung. Ayah Rindai telah menerima pinangan dari anak teman karibnya. Semua sudah berjalan dan dipersiapkan.
Seandainya ayah Rindai tidak terlanjur berjanji pada teman karibnya. Ayah Rindai bisa mempertimbangkan Ganjar menjadi menantunya. Melihat sifat santun dan kebaikan Ganjar. Ayah Rindai mengetahui betul bahwa Ganjar anak yang baik, gigih usahanya dan pintar. Tapi ayah Rindai sudah terlanjur janji dan semua persiapan sedang berjalan. Untuk menambah kedekatan ayah Rindai dan teman karibnya. Diikat menjadi hubungan kekeluargaan oleh anak-anaknya, harapan mereka akan lebih mendekatkan rasa persaudaraan. Anak temannya pun telah dikenal sejak kecil. Ayah Rindai telah menyelidiki dengan pasti soal itu. Tentang tabiat dan sifat calon menantunya.
Ganjar kecewa,sedih tapi lega. Dalam hatinya berkata semoga apa yang dikatakan ayah Rindai benar, dia lelaki yang baik buat Rindai.
Persiapan pernikahan telah berlangsung hari yang ditunggu pun hampir tiba tinggal 2 hari lagi. Keluarga Rindai dan warga desa sedang sibuk mempersiapkan acara penikahan Rindai dan untuk menyambut calon pengantin pria serta keluarganya.
Rindai sedang menangis dikamarnya.
Dia menulis surat kemudian menyuruh seseorang mengantarkannya kepada Ganjar.
Isi surat nya:
Rindai hendak pergi dari rumah, meminta Ganjar mengajaknya pergi sejauh-jauhnya. Dia tidak membenarkan pernikahan ini. Jika Ganjar tidak bisa menolongnya sebagai orang yang dicintainya. Rindai meminta hak sebagai sahabatnya. Besok pagi ketika matahari menjelang, Rindai menunggunya di perbatasan kampung. Jika Ganjar tidak menemuinya besok. Rindai tidak akan mengenal lagi nama Ganjar dihidupnya.
Ganjar membaca surat dari Rindai. Ganjar tidak membenarkan tindakan Rindai. Semua tidak baik. Jalan yang tidak baik. Ganjar tidak ingin menikah tanpa persetujuan orang tua apalagi membawa kabur anak gadis orang. Rindai gadis yang baik dari keluarga yang baik. Lelaki itu lebih baik dari Ganjar karena dia disetujui oleh kedua orang tua Rindai.
Ganjar bingung bagaimana menghadapi sikap keras Rindai. Tapi bagaimanapun besok dia harus tetap menemui Rindai berbicara padanya. Mengajaknya pulang. Semua bisa dibicarakan baik-baik dengan orang tua Rindai. Bagaimanapun keluarga Rindai sudah dianggapnya sebagai keluarganya sendiri. Ganjar tidak ingin keluarga Rindai malu akan sikap Rindai yang pergi dari rumah.
Besok harinya, waktu subuh.. Emak Ganjar merasa sempoyongan, rasa dada emak sesak. Ketika emak hendak mengambil wudu emak terjatuh. Ganjar segera membawa emak ke puskesmas terdekat, di puskesmas emak mendapatkan pertolongan pertama, kemudian karena peralatan di puskesmas tidak lengkap oleh puskesmas emak dirujuk ke rumah sakit.
Rindai telah lama menunggu Ganjar di perbatasan kampung. Ganjar tak jua datang. Orang suruhan ayah Rindai yang sedari tadi mencarinya melihat Rindai, memaksa Rindai pulang.
Rindai kecewa kepada Ganjar. Di dalam hatinya berpendapat bahwa Ganjar pengecut. Rindai kecewa kenapa Ganjar tidak datang dan tidak mengirimkan kabar apapun sedang Rindai sudah menunggunya sedari lama. Ganjar tidak muncul juga. Rindai sangat sedih dan marah pada Ganjar. Rindai menyalahkan Ganjar. Jika pernikahan ini terjadi gara-gara Ganjar. Rindai akan menjalani hidup tidak sesuai dengan keinginannya.
Rindai sedang menangis sesugukan dikamarnya, kamarnya yang telah dihiasi layaknya kamar pengantin, tampak elok dan indah. Tapi peraduan itu telah basah oleh airmata Rindai.
“Inilah yang engkau mau kan Ganjar, baik aku akan menikah“. Aku tidak akan mengenalmu lagi, aku membencimu“ gumam Rindai yang sedang duduk dikamar peraduan pengantin dengan amarah dalam hatinya kepada Ganjar.
Ditempat yang lain Ganjar sedang merisaukan emaknya. Dia juga menyesal tidak sempat bisa mengabarkan Rindai. Ganjar terus menatap emak. Ganjar berharap emak akan segera baik-baik saja. Emak sedang ditangani dokter dengan alat bantu pernafasan masuk ke dalam unit gawat darurat. Denyut nadi emak semakin melemah. Dan.... emak menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan tangan emak dipegang Ganjar. Ganjar menangis sejadi jadinya.
Kata dokter emak kena serangan jantung.. Itu memang rentan terjadi, apalagi yang sudah berusia lanjut.. Dokter sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkata lain. Semua terjadi begitu cepat. Ganjar terpukul sekali. Ganjar kini hidup sebatang kara.
Esoknya pernikahan Rindai berlangsung dan Ganjar mengkebumikan emak disamping abah. Setelah pernikahan Rindai diboyong ke Jayakarta. Dengan Rindai membawa kekecewaan yang mendalam terhadap Ganjar.
Ganjar pulang ke kampungnya seusai mengkebumikan emak. Ganjar mendengar dari orang-orang di kampung bahwa Rindai telah menikah dan dibawah ke kota Jayakarta yang dahulu namanya Batavia. Ganjar hidup sebatang kara, tidak ada emaknya dan Rindai telah pergi. Tetapi Ganjar yakin paling tidak Rindai ada, masih bernafas. Nafas Rindai terdengar di setiap detak jantung Ganjar, Ganjar yakin Rindai akan baik-baik saja.
Ganjar melanjutkan hidupnya dengan keahlian dan kemampuannya, dia membantu warga desa sebisanya, membangun desa. Menciptakan sistem irigasi dan apa saja yang bisa membantu. Ganjar telah bekerja sebagai tenaga ahli di perusahaan besar dahulu naungan Belanda yang telah menyekolahkannya.
Setiap waktu senggang Ganjar selalu menyempatkan diri ke tempat dimana dia dan Rindai selalu bersama. Mengingati masa - masa Ganjar bersama Rindai. Ganjar bermain biola disana. Tempat itu kini telah sepi. Tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar disana.
Ketika Jepang mengambil alih kependudukan voc (Belanda). Tempat itu telah ditutup. Dilarang menjadi tempat menuntut ilmu. Tempat itu menjadi gedung tua yang tiada berpenghuni.
Ganjar sering menghabiskan waktu disana. Sampai peristiwa nahas itu terjadi Ganjar terkena sambaran petir ketika berada disana. Ganjar wafat. Untuk mengenangnya Ganjar di kebumikan didekat gedung tua itu oleh warga kampung.
Setelah 3 tahun Rindai pulang ke kampung halamannya, Rindai telah menjadi ibu yang mempunyai 1 anak lelaki berumur 2 tahun. Keluarga kecil Rindai tampak bahagia. Hidup Rindai lengkap dengan seorang anak yang lucu dan seorang suami yang baik hati lagi penyayang.
Rindai baru mengetahui bahwa Ganjar telah meninggal. Rindai sedih sekali. Apalagi mengetahui bahwa Ganjar sering ke tempat dimana dia dan Ganjar biasa datangi dulu. Dan tentang kematian emak (ibu Ganjar). Bertepatan hari pernikahannya. Rindai merasa menyesal, merasa bersalah pada Ganjar. Karena Rindai telah membenci Ganjar tanpa alasan menyalahkan Ganjar atas sesuatu yang sudah menjadi jalan takdirnya.
Ketika Rindai masih berada di kampung, kampung terkena wabah dbd. Anak Rindai yang masih kecil terkena wabahnya. Anak Rindai tidak tertolong. Rindai sedih sekali. Anak Rindai wafat.
Rindai memutuskan meminta ijin kepada suami dan keluarganya untuk mengkebumikan anaknya disamping sahabat tercintanya Ganjar. Agar kuburan Ganjar tidak terlihat sendiri. Rindai selalu berdoa untuk Ganjar. Semoga Ganjar ditempatkan di surga, digantikan keluarga, sahabat dan orang dicintai yang lebih baik dari waktu semasa hidupnya, tempat yang terbaik untuknya disisi Tuhannya agar Ganjar tidak merasa sedih dan sendiri. Ganjar bagian dari keluarga bagi Rindai. Suami dan keluarga Rindai menyetujui keinginan Rindai.
Rindai kembali ke Jayakarta bersama suaminya. Tidak lama 2 minggu setelah kepulangan Rindai dari kampung halamannya. Rindai mengalami demam tinggi. Dibawa ke rumah sakit. Rindai menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit ditemani suami tercintanya yang baik hati. Jasad Rindai di kebumikan di makam keluarga suaminya di Jayakarta.
Masyarakat yang tinggal di dekat gedung tempat kematian Ganjar, setelah kematian Ganjar sering mendengar suara seseorang bermain biola ketika hujan turun. Mereka merasa ketakutan dan berpindah mencari hunian yang jauh dari sana.
Padahal itu hanya gesekan paku dan seng-seng yang sedikit terlepas. Yang menaungi rumah. Ketika hujan. Karena hembusan angin, seng-seng yang terlepas itu bergoyang-goyang, saling bergesekan, dan terkena jatuhan air hujan. Menciptakan musik tersendiri.
Suara yang terbawa oleh hembusan angin membiaskan suara yang indah. Seperti suara seseorang sedang menggesekan, memainkan alat musik biola.
Created am fitri.
.
senyum amanda
senyum amanda
Seorang lelaki sedang duduk diteras taman rumah sakit, pandangan matanya jauh memandang nanar. Pikirannya jauh mengawang. Biasanya dia kesini untuk melepaskan kerinduan dan menenangkan hatinya.
Dia melihat keadaan sekitarnya dan memberikan penilaian menurut sudut pandangnya sendiri.
"Rumput disana lebih hijau tumbuh subur.. Rumput disini tampak kering menguning,gersang, sekarat, tak lama lagi pastikan mati.Tampak tak adil matahari menyinari. Tampak tak adil hujan menyirami. Rob ku membiarkan semua itu terjadi“.
Pandu terus berbicara dengan dirinya sendiri. Pertentangan demi pertentangan terjadi didalam dirinya. Pandu tidak habis pikir kenapa ini terjadi.
Dia merasa hidup mempermainkannya lagi. Berkali-kali. Dia slalu bertanya tanya. Entah apa salah dosa pada Rob nya. Roda seperti terus berputar. Kemudian terbalik. Memaksa dia sendiri menegakkannya. Pandu merasa asing sendiri ditengah keramaian, bahkan orang terdekat. Orang dekat terasa orang lain. Pandu Ingin sendiri. Berlari. Menghilang pergi dan pergi...
“Mengajak ibu pergi kedunia,ke surga ku sendiri. Hanya aku dan ibu“ dalam hati pandu.
Cibiran dari mulut-mulut beracun, bagai api yang membakar hatinya. Mencari-cari, Siapa yang patut dia persalahkan. Seseorang yang telah merobek-robek hatinya. Dipenuhi dengan amarah dan kebencian padanya. Kebencian yang sudah meracuni nadi pandu. Semua ini terjadi karenanya. Sebabnya tiada pernah Pandu merasakan perlindungan, kasih sayang dan kebahagian yang pantas dirasakan.
Gejolak jiwa mudanya kadang tidak terima kenapa takdir membuatnya selalu bersedih.Pandu berbicara didalam hatinya.
Tiba-tiba terdengar suara burung berterbangan, Pandu menatap langit melihat burung-burung kecil berterbangan di teras taman rumah sakit.
Sorak-sorai, pesona kicauannya cukup menghibur hatinya yang sepi. Hatinya yang telah berlubang oleh bilur bilur bara api berwarna merah yang meluap-luap. Merasa ketidakadilan yang dia rasakan.
Pandu yang sedang tak peduli bahwa alam telah menjelaskan semua jawaban pertanyaan, amarahnya dan semua sangkalannya.
... Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Tuhanmu tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...
sesungguhnya Tuhanmu beserta orang-orang yang sabar.
Bahkan dari semilir angin, dan keasrian pepohonan disekitarnya tumbuh subur, membuat ketenangan matanya memandang. Kicauan burung yang seolah berkata “ Aku dsini menghiburmu. Ayolah Pandu janganlah lagi bersedih“.
Semua hanya sejenak, Tidak cukup bisa menghapus, menghilangkan kepedihan dan kedinginan dihatinya.
Pandu masih sedang menunggu ibunya yang akan dibawah ke teras taman oleh suster. Pandu melihat ibunya dari kejauhan. Pandu segera menghampiri.
Setiap kali Pandu merasa sedih,hatinya terasa teriris-iris sembilu. Ibunya tidak mengenali Pandu, hanya diam membisu.
Pandu tetap menemani, mengajaknya bercerita, ibunya tampak diam membisu tidak mengerti. Pandu disampingnya dengan sabar. Dia bersyukur walau hanya dapat meng gengaman irat tangan ibundanya,tanpa balasan pelukan dan belaian hangat seorang ibu yang dulu dia pernah rasakan dari sosok yang ada di depannya. Paling tidak kini pandu bisa merasakan genggaman jemari tangan ibunya. Ini respon yang bagus kata dokter setelah 5 tahun berlalu.
Sebelumnya setiap pandu datang, ibunya berteriak-teriak histeris menangis, meminta tolong dan menyuruh pandu pergi. Terkadang juga menangis pilu meneriaki nama pandu. Tapi tidak mengenali jika itu anaknya yang telah tumbuh dewasa.
Pandu bisa mengerti kenapa ini terjadi jangankan ibunya, pandu pun merasa kesal ketika menghadap kecermin. Ketika melihat wajahnya dicermin, terbayang wajah pria itu. Kenapa bayangan wajahnya selalu menghantui.
Wajah Pandu memang mirip sekali dengan ayahnya. Sosok lelaki yang tidak pantas dipanggil ayah. Ayah nya yang telah tiada. Tapi tetap menyisahkan rasa sakit dan trauma yang mendalam.
Setiap kali Pria itu pulang membanting pintu dengan keras. Bau alkohol yang memabukkan menyengat dari mulutnya. Tetangga sudah hapal betul mendengar teriak - teriakannya. Mendengar Keribut-keributan bukan barang baru lagi. Ibu pandu dan pandu yang menjadi sasarannya. Pukulan dan tendangan darinya yang bertubuh kekar. Tidak ada yang berani melerai. Pandu pun tak habis pikir kenapa orang sekeliling seolah menutup mata dan telinga. Mungkin mereka tidak ingin berhubungan berpekara dengan Pereman pasar. Jikalau ada yang mencoba membantu akan terjadi keributan besar dikatakan ikut campur. Malam itu adalah puncaknya. Lelaki bengis itu pulang seperti biasa membanting pintu, menendang apa saja. Memeriksa laci-laci kamar apa ada barang berharga, uang dagangan kue ibu pun diambil. Pria itu meracau berteriak-teriak tidak karuan karena pengaruh alkohol. Ternyata semua yang didapatnya tidak cukup. Keributan-keributan dengan ibu mulai terjadi, tamparan,pukulan, tendangan dilihat di depan mata pandu dan pandu yang masih kecil saat itu mencoba melindungi ibunya. Mencoba melawan padanya. Pandu memukul,menggigit tangan lelaki itu yang kekar yang sedang menyengkram tangan ibunya. Diambil uang jatuh dari tangan ibunya. Serta merta lelaki bengis itu menariknya ke dapur belakang. Kekuatan pandu tak berarti apa-apa baginya. Dengan memaki-maki. Suaranya melengking tajam. Ibunya berteriak-teriak parau berusaha menyelamatkan pandu.
Ibunya datang melihat takut akan terjadi apa-apa dengan anaknya, karena rasa takutnya tapi mempunyai keinginan kuat melawan pria itu, dia melihat pria itu mulai menyengkram leher anaknya. dia memberanikan diri. Mengambil sebilah pisau dan menusuk pria itu dari belakang. Aghhhhhh... Teriakan keras suara pandu. Darah berceceran. Terakhir terdengar suara teriakan ibunya dan erangan lelaki itu. Warga kampung datang. Ibu pandu shok. Pria itu mati.
Semua kejadian di malam itu dibawa ke pengadilan, karena peristiwa itu ibunya menjadi shok, gangguan mental, depresi. Pengadilan memutuskan ibunya dibebaskan dan diberi perawatan, diberi keringanan hukuman karena melakukan pembunuhan tidak sengaja dan membela diri. Semua warga kampung berceloteh ibu pandu gila. Ada sebagian simpati dan yang sebagian lagi menatap sinis menjadi bahan gosip belaka.
Dibalik kegersangan ada oase, Satu warga yang berbaik hati adalah pak ridwan, pandu ditampung dan dibesarkan olehnya. Pak Ridwan memiliki 2 anak perempuan keduanya kini telah menikah,umur pak Ridwan dan istrinya kira-kira 50 tahun. Beliau termasuk orang terpandang dan berada di desa. Pak Ridwan juga yang menyekolahkan Pandu.
Kini pandu sudah lulus sekolah dan bekerja. Pandu usahakan semaksimal mungkin untuk pengobatan ibu nya. Pandu membawa ibunya ke kota besar. Rumah sakit besar. Walau dengan harus bekerja doubel paruh waktu. Kini ibunya telah mengalami pengobatan Sudah 3 tahun di RS Ramah Jati. Sedikit banyak mengalami kemajuan.
Pak ridwan yang mengenal pandu sejak kecil dan mengasuh pandu sejak berumur 12 tahun. Pak ridwan khawatir sikap akhir-akhir pandu setelah kejadian itu. Pandu menjadi amat pendiam suka menyendiri, Semenjak sekolah dan kini, bahkan menginjak Sma pandu tidak mempunyai teman dekat. Pandu terlihat misterius tIdak suka banyak bicara apalagi bercerita. Pandu selalu lebih senang menyendiri dan tidak ingin diganggu siapapun. Pak ridwan berfikir mungkin karena beban berat masa lalu yang dimilikinya Pandu menjadi berubah.
Pandu yang sebenarnya bertubuh gagah tapi berhati mudah remuk seperti kaca. Setahu pak ridwan sebelum kejadian masa silam pandu dulu. Masih ada segurat senyum diwajah pandu. Masih ada gurat-gurat keceriaan remaja ketika melihatnya bermain bola bersama teman-temannya dihalaman kampung.
Pandu sedang merapikan rambutnya dikaca. Siapapun melihat raut wajah pandu, pandu adalah pemuda ganteng, tinggi, berbadan ideal dan memiliki wajah yang bersih. Pandu bersiap siap hendak bekerja.
Pandu bekerja malam di suatu cafe sebagai barista. Tetapi jikalau pagi harinya pandu bekerja sebagai pegawai marketing disalah satu perusahaan depeloper,yang membangun perumahan dan apartement.
Pak ridwan, ayah angkat Pandu berharap, mendoakan pandu semoga ada kebahagian yang bisa membalut luka dan menghapus kesedihannya.
Pandu tengah memacu roda duanya mengarah pulang ke rumah sehabis bekerja, melewati taman kota di malam hari. Tampak segar menghirup udara di malam hari, setelah hiruk-pikuk kebisingan dipagi hari. Taman kota tampak sepi.
Sudah menjadi rahasia umum aktivitas apa yg biasanya terjadi di jam larut malam seperti ini di taman kota. Tak lama kemudian, terlihat ada beberapa tampak wanita dan tampak wanita tapi bukan wanita berdandan wanita yang berdiri dipingir jalan memakai pakaian minim..minim kekurangan bahan, seolah menunggu seseorang, tapi entah siapa yang ditunggu. Pandu menambah kecepatan memacu kendaraan roda duanya. Melewati mereka.
Tiba-tiba pandu mengerem mendadak,pandu hampir saja menabrak seseorang. Seorang wanita sedang berlari terengah-engah, tepat berhenti didepan Pandu. Perangai, dandanan wanita ini berbeda seperti wanita yang dilihatnya tadi. Wanita ini memakai celana jins, kaos putih dipadu kemeja panjang yang lengannya digulung,tas kecil terselempang, topi menutupi rambut panjang yang dikuncir kebelakang, dan membawa sebuah alat perekam suara,webcame (kamera, alat foto,video)
Wanita itu masih terlihat terengah-engah. Seperti telah berlari sekian mil.
Pandu amat terkejut, dan beringsut kesal. “Heii.. Apa kamu mau mati. Kalau mau mati jangan buat masalah!“.
Gadis itu berucap,Sorry... Sorry, Aku memerlukan pertolongan, aku dikejar pereman.
Gadis itu segera naik ke atas motor pandu, pandu terlihat bingung tapi tak tau harus berkata apa. Ayooo cepat..pergi dari sini, Gadis itu memerintah, dengan sigap Pandu mengikuti,menyalakan motornya, memacunya.
Setelah jauh dari tempat tadi. Pandu memelankan kendaraan. Kemudian berhenti.
“ Heey sekarang sudah jauhkan,tidak akan ada lagi yg mengejarmu“kata pandu.
Gadis itu turun dari atas motor, seolah ingin menjelaskan apa yang terjadi tadi. Pandu langsung berkata,saya tidak ingin tau masalahmu. Kamu bisa pulangkan dengan naik taxi. Kebetulan tak jauh dari pandangan mereka ada taxi yang akan mendekat. Gadis itu berkata, iya terima kasih banyak atas pertolongannya.
Gadis itu beringsut memasuki taxi. Sambil bergerutu di dalam hati, Huhhhf dasar pria sombong.
Sesampainya dirumah pandu tiba-tiba terpikir kejadian tadi. “Ada Gadis malam-malam di tempat seperti itu. Hmm..tampaknya dia gadis baik-baik, tapi malam-malam begini ditempat seperti itu“.
Esoknya. Pagi hari Pandu sudah berada di tempat usaha pak ridwan. Kebetulan ayah angkatnya memiliki usaha ternak ikan dan burung perkutut di desa. Di kota dia juga memiliki ruko tempat penjualannya. Pandu diminta Pak Ridwan melihat ke ruko, sesekali untuk memantau. Jika pandu libur. Kebetulan hari ini Pak Ridwan ada urusan dikota dan mampir ke rukonya. Pandu menjaga ruko sembari menunggu ayah angkatnya. Terlihat sesekali dia melayani pembeli.
Pak ridwan telah datang hendak memasuki Ruko, sudah dari jauh menyapa Pandu dengan senyumnya. Dibelakang Pak Ridwan ada seorang wanita mengkutinya. Pandu sedikit terkejut, sepertinya dia pernah melihat wanita itu. Semakin mendekat, semakin jelas terlihat. Wanita itu adalah wanita yang ditolongnya tadi malam. Sang wanita pun sama-sama diam tampak melihat Pandu dengan seksama. Mungkin memastikan bahwa orang yang didepannya adalah benar orang yg semalam menolongnya.
Suara Pak Ridwan memecah keheningan, Pandu kenalkan ini anak teman paman dia baru pindah dari Semarang, namanya Amanda. Pandu mengulurkan tangannya, “Pandu.....“
“Amanda...“. Terima kasih atas pertolongannya tadi malam.
Pak ridwan celingukkan, melihat 2 pemuda pemudi ini. “Walah... Kalian sudah saling kenal toh.“ Tidak paman tepatnya kebetulan bertemu. Amanda menjawab.
Ya.. Tidak masalah kalian akan menjadi teman. Apalagi amanda baru disini, Pandu bisa membantu amanda. Betulkan Pandu. Kata pak ridwan.
Mendengar itu pandu jadi tersentak bingung. “Ha...a..pa..“ Tatapan pandu melihat tatapan pak ramdan, pak ridwan mengisyaratkan kalau pandu tak bisa menolak permintaannya. “Ahh..iya..,tentu saja“.
Mereka bertiga berbincang-bincang. Pandu disana hanya kebanyakan menyimak pembicaraan, sesekali pak Ridwan memancing Pandu berbicara dan mengobrol dengan Amanda. Pandu merekam semua pembicaraan pak ridwan dan amanda, di memorinya. Diketahui kalau amanda baru lulus kuliah, dia ingin belajar mandiri dan bekerja sesuai dengan bidang keinginannya, dulu ayahnya memaksanya menyekolahkannya bagian akuntan dan harus lulus dengan nilai yang baik, tapi amanda lebih meyukai, melukis, foto dan desigdn. Bersyukur ayahnya sekarang memberikan kesempatan kepada Amanda apapun yang amanda inginkan, asal bisa dipertanggung jawabkan. Amanda sekarang bekerja sebagai bagian editor majalah. Sesekali dia bersedia untuk menjadi wartawan lepas. Ya seperti kejadian semalam, memburu berita ataupun membuat berita baru. Tantangan menurutnya untuk langsung terjun mencari berita baru sesuai bukti dan fakta, bagian dari kredibilitas sebagai wartawan.
Setelah hari itu,amanda beberapa kali sering datang ke ruko. Semua pedagang dan pegawai sekitar dengan cepat mengenal amanda. Amanda yang ceria dan ramah, cepat dikenal. Banyak orang menyukai amanda. Amanda anak yang baik,ramah dan tampak selalu ceria. Hanya Pandu bersikap cuek dan dingin dengan amanda. Amanda mengetahui dari beberapa pegawai
mengatakan memang Pandu seperti itu, tidak hanya kepada amanda.
Pandu berfikir amanda baik kepada orang-orang, hanya ingin melakukan pendekatan sebagai bahan informasinya. Mungkin dia sedang mencari bahan untuk mengisi majalahnya. Pernah pandu melihat amanda sering menggunakan webcamenya bertanya-tanya dengan ibu pedagang yang lain selain pegawai di ruko. Seolah mewancarai. Kemudian tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan. Kelakuan amanda di toko, berfoto selfi tersenyum dengan ikan,burung dan binatang lainnya. Membuat video menurutnya lucu dan berfoto-foto dengan pegawai. Bagi pandu itu mengganggu pandangannya. Baginya Amanda hanya bermain-main saja disini, menggangu pekerjaannya. Hanya pandu yang tampak terlihat terganggu oleh amanda.
Di sore hari di hari minggu,seperti biasa amanda datang dengan wajah cerianya, semua pegawai menyapa amanda. Pak Ridwan meminta Pandu untuk menemani Amanda melihat-lihat koleksi ikan barunya.
Pandu mengajak amanda melihat ikan-ikan di aquarium dan beberapa pegawai yang tengah menghias isi aquarium agar tampak cantik. Amanda tampak senang sekali. Terlihat senyum bahagia di bibirnya. Tanpa disadari pandu sedari tadi melihat, memperhatikan amanda.
Amanda sedang berdecak kagum melihat ikan yang berenang-renang di aquarium. “Wah.. Ikan ini indah sekali,lihatlah“. Kata Amanda tersenyum. Sambil memainkan ikan di luar kaca.
Apa kau memang mudah sekali tertawa,senang, riang,girang,tersenyum bahagia pada hal-hal sepele. Kata Pandu.
Amanda hanya diam saja, melihat ke arah pandu kemudian kembali asyik memainkan ikan yang dilihatnya. Lagi-lagi Pandu melihat senyumnya.
“Senyumnya membuatnya tampak semakin cantik“. Dalam hati pandu. Dia kembali tersadar menghilangkan pikiran itu.
Amanda menarik tangan Pandu, “coba lihatlah kesini, memang cantik kan...“. Kata amanda antusias, “Ia....cantik..“ Kata pandu datar.
Hari berganti,tanpa disadari keceriaan Amanda memberi warna kepada orang-orang sekelilingnya termasuk juga Pandu.
Beberapa hari berikutnya, sudah lama amanda tidak datang. Beberapa pegawai dan ibu,bapak pedagang ruko sebelah menanyakan amanda kepada Pandu. Hanya Pandu yang tidak membahas tentang amanda yang sudah lama tidak datang. Hanya pandu yang tampak tidak ingin tau dan tidak bertanya-tanya. Tapi didalam hati Pandu merasa kehilangan. Pandu menjadi khawatir dengan amanda. Pandu bertanya-tanya kenapa gadis pengganggunya itu tidak datang. Disini tampak sepi jika tidak ada amanda. Tanpa orang-orang ketahui Pandu mulai dekat dengan amanda. Pandu mulai terbuka dan mau bercerita sesuatu kepada amanda.
Dulu amanda pernah memberikan kartu namanya kepada Pandu. No teleponenya. Waktu pandu meminta tolongnya memasukan dimajalah untuk periklanan tempat perusahaannya bekerja. Sambil berkata. Apakah kamu memerlukan ini, simpanlah. Pandu menyesal kenapa tidak mengambilnya.
Pandu mulai resah. Dilain sisi Pandu malu untuk menanyakan kabar amanda ke Pak ridwan. Akhirnya Pandu menanyakan nomor telepone amanda kepada pak Ridwan, beralasan bahwa dia ingin meminjam kamera amanda. Untuk pertama kalinya pandu mengetik pesan,menanyakan kabar kepada amanda.
“Amanda apa kabarmu.. Sudah lama kamu tidak kesini. Karena mu pegawai,beberapa pedagang dan ibu sebelah ruko menanyakan kabarmu? Apa kau punya hutang kepada mereka?.Pandu.“
Pandu segera mengirim nya ke amanda.
Tit..tit..tit.. Handpone Pandu berbunyi. Tampak ada balasan dari amanda. Pandu membukanya.
“^.^ aku baik-baik saja, trims“
Apa ini... Dijawab singkat seperti ini. Pandu berbicara sendiri. Pertama kalinya sms seorang gadis, dijawab singkat seperti ini. Hufttt.. Amanda..aku tidak akan mengirim pesan kepadamu lagi. Kata pandu.
Pandu mencoba menelpon amanda tetapi tidak diangkat. Kemudian handponenya tidak dapat dihubungi. Pandu menyerah berfikir tidak perlu dirisaukan lagi, amanda menulis dia baik-baik saja, mungkin dia sibuk tidak ingin diganggu. Apakah dia baik-baik saja? Gadis itu pasti baik-baik saja,pandu meyakini dirinya sendiri. Tampak ada raut kekecewaan, kekhawatiran diwajah Pandu.
Pandu seperti biasa dengan rutinitas aktivitasnya. Pandu pergi kekantor hari ini dia mendapat tugas ke surabaya selama seminggu. Keberangkatannya besok lusa.
Sesampainya di Surabaya, pandu menginap dirumah anak saudara ibunya. Keluarga yang sederhana tapi tampak bahagia. Dirumah itu Pandu merasakan kedamaian, terlihat guratan-guratan senyum keceriaan dari anak-anak saudaranya itu. Senyum itu mengingatkan Pandu dengan Amanda. Kesederhanaan, keceriaan, kebahagiaan mereka mengingatkan Pandu dengan amanda.
Pandu mengingat kata-kata amanda;
Pandu.. Cobalah untuk tersenyum. Bahagia itu sederhana. ketika kita menerima semuanya, kemudian tersenyum, kita bahagia. Bukan berarti kita kalah.
Pandu melihat saudaranya yang telah sedari tadi tampak menunggu suaminya pulang bekerja, sekarang tengah tersenyum memberikan secangkir teh hangat, anaknya segara mendekati, memeluk ayahnya. Jauh sekali pandangan yang dilihatnya dahulu waktu pandu kecil. Semua kehangatan yang dilihatnya mengingatkannya dengan amanda. Pandu mengingat percakapannya dengan amanda.
Amanda.. Apa yang kamu inginkan... Apa yang kamu cita-citakan, setelah bekerja sesuai inginmu,menempuh pendidikan setinggi mungkin??apa lagi?, kata pandu.
.....Mempunyai keluarga yang bahagia. Kata amanda.
Apakah itu akhir dari semua. Kata pandu.
Itu awal bukan akhir.., Kamu tidak akan pernah mengerti pandu... Kata Amanda.
Semua membuyarkan lamunan Pandu tentang amanda. Bahagia itu sesederhana itukah?,dengan tersenyum??. Pandu bertanya dengan dirinya sendiri. Pandu mematut dirinya dikaca. Dia mencoba untuk tersenyum.
Okey.. Mulai dari..
Smile..
Smile..
Sekali lagi smile.
Terlihat senyuman yang kaku.
Hmm.. Kira-kira apa yang membuatku bisa tersenyum... Pandu tiba-tiba terpikir tentang Amanda.. Pandu mengingat amanda, mengingat kejadian-kejadian yang lucu bersama amanda. Mengingat ketika amanda tersenyum.
Pandu akhirnya tersenyum. Yang dia rasakan perasaannya merasa lega. Terasa ringan. Merasa bahagia.
Setelah kembali dari tugasnya di luar kota, seperti biasa setiap satu minggu sekali Pandu sempatkan menjenguk ibunya. Kali ini berbeda dengan hari biasanya. Pandu menjenguk ibunya dengan senyum, pandu akan selalu tersenyum. Pandu mulai bercerita tentang segala hal yang sebenarnya cerita yang selalu diceritakan pandu, mengingati tentang masa kecil kebersamaan dengan ibunya. Ibunya memasakan makanan kesukaan pandu, mengantar pandu kesekolah, dll. Hari kehari tampak ibunya berangsur-angsur membaik. Dokter pun mengatakan demikian lewat telepone dengan Pandu. Ibu pandu sudah tampak normal. Beberapa waktu yang lalu dia sudah bisa berkomunikasi dengan suster perawat, meminta segelas air. Dan sekarang sudah bisa berkomunikasi dengan baik.
Suatu hari, seperti hari biasa Pandu melihat ibunya di rumah sakit. Tampak ibu pandu hanya diam saja membisu,tapi tampak mendengarkan. Setelah bercerita banyak hal, Pandu pamit. Pandu hendak melangkah pergi. Terdengar suara lirih ibu pandu memanggil nama pandu, “Pandu.....“. Terlihat bulir-bulir air mata menetes di mata ibu pandu, ibu pandu merentangkan tangan hendak memeluk pandu. Pandu mendengar, segera berbalik badan, melihat tersebut segera memeluk ibunya.
“Ibu.. Sudah ingat aku bu.."Sambil menangis. Ibu pandu menganguk, sambil sesegukan menangis. Pandu kini bisa berkumpul kembali bersama ibunya. Ibu pandu sudah dinyatakan sehat oleh dokter. Ibu pandu ingin mengisi waktu luang dan ikut membantu di rumah sakit. Ibu Pandu bekerja sebagai membantu juru masak di rumah sakit. Pihak rumah sakit membolehkannya karena sudah mengenal baik ibu pandu selama ini.
Pandu ingin sekali mengabarkan kebahagiaannya dengan amanda. Tapi amanda tidak tau dimana bagai ditelan bumi. Telepone pandu tidak pernah diangkat. Hanya pesan singkat yang di balasnya. Pesan bahwa pandu kamu harus bahagia. Pandu semangat. Pandu ingat slalu tersenyum. Pandu Aku baik-baik saja.
Pandu ingin berniat menanyakan alamat amanda kepada Pak ridwan, Pandu ingin mengatakan perasaan hatinya kepada amanda.
Kring.. Krinng, bunyi telepone Pandu, ternyata dari Pak ridwan. Pak ridwan memberi kabar yang mengejutkan, bahwa amanda dirumah sakit. Pak ridwan memberikan alamat rumah sakitnya, menyuruh pandu cepat kesana. Pandu terkejut mendengarnya dan bergegas ke alamat yang dituju. Sesampainya dirumah sakit, Pandu berlari menyusuri koridor ke kamar amanda. Pandu mengingat setiap peristiwa dia bersama amanda, pertemuannya pertama, pertengkaran dan keceriaannya bersama amanda.
Sesampainya di kamar amanda. Di depan pintu, terlihat pria yang seumur dengan Pak ridwan. Dialah ayah amanda. Dia mengatakan bahwa amanda sedang kritis. Dari kaca.. Pandu melihat amanda sedang ditangani dokter. Pandu sangat merasa bersedih, menangis... Kenapa...
Kenapa amanda tidak pernah bercerita. Dari ayahnya pandu mengetahui amanda mengidap penyakit kanker otak. Kini sudah stadium 4. Beberapa bulan ini amanda sedang melakukan kiemoterapi. Tetapi riwayat kanker yang tampaknya sudah lama dan semakin meningkat, sulit diterima oleh tubuh amanda. Sekarang amanda sedang kritis.
Pandu masuk kedalam kamar rawat. Menggengam tangan amanda.
Amanda.. Ayo bangunlah..
Aku ingin bersama dengan mu....
Kau tau.. Dalam tidur ku bahkan aku berdoa, aku ingin bersamamu...
Aku mencintaimu amanda...
Ayah amanda menghampiri pandu, memberikan pandu kamera dan surat dari amanda. Pandu melihat isi kamera amanda, foto amanda dengan anak-anak kecil sambil bermain gitar, teman-teman amanda, dan diskip foto selanjutnya, semua foto pandu yang diambilnya diam-diam tanpa sepengetahuan pandu. Terlihat dibelakang pandu, ketika pandu sedang bertampang serius amanda memfoto pandu, menunjukan senyumnya.. Terlihat pandu di belakangnya. Video-video yang pandu terlihat aneh sendiri. Semua foto berisi Senyum keceriaan amanda hanya foto pandu yang terlihat berbeda darinya. Foto yang diambil diam-diam, tanpa senyum. Di plat foto dia tulis, foto kenangan.
Kemudian Pandu membuka amplop yang berisi surat amanda untuk Pandu.
Isi surat amanda untuk pandu.
Hai.. Pandu...
Maav karena tidak bisa mengangkat telepone mu. Hari-hari ini aku disibukkan dengan sekeliling berwana putih.
Sejak kita pertama bertemu, tidak dibayangkan bahwa aku akan mengenalmu. Tidak dibayangkan bahwa kita akan bertemu kembali, diperkenalkan oleh pak ridwan, teman ayah.
Tidak dibayangkan juga bahwa Aku menyukaimu.... Sungguh malu rasanya jika seorang gadis harus berkata ini. Tapi... Ya, mungkin ini untuk terakhir kali. Karena mungkin kita tidak pernah bertemu lagi. Jadi aku tidak akan malu Kan.
Aku meminta maav ya... Karena telah memfotomu tanpa izin.
Pandu... Berusahalah tersenyum, memberi senyum, berbahagia.. Memberi kebahagiaan. Ternyata bisa lebih melegakan,mengurangi kesedihan itu sendiri daripada memikirkan kesedihan, yang mungkin tak kan pernah berakhir. Kesedihan itu ternyata berkutat dalam pemikiran kita sendiri. Ketika kita membuka mata maka ada banyak hal, ada banyak masalah dan ujian kesedihan yang dimiliki makhluk dimuka bumi, mereka butuh bantuan mu, butuh keceriaanmu.
Jika aku pergi. Tersenyumlah, berbahagialah. Lihat betapa jeleknya fotomu disana. ^.^.
Amanda.
Amanda meninggalkan seberkas senyum yang terpatri di hati Pandu. Amanda mengajarkan sesuatu yang tentang arti penting kehidupan. Mengajarkan Pandu tentang rasa kasih sayang. Menyadarkan Pandu untuk bahagia. Mengajarkan Pandu untuk tidak merasa paling hidup menderita dan menyedihkan sehingga menghilangkan kepedulian terhadap orang lain bahkan menjadi bersikap individualis.
Created fit3
Seorang lelaki sedang duduk diteras taman rumah sakit, pandangan matanya jauh memandang nanar. Pikirannya jauh mengawang. Biasanya dia kesini untuk melepaskan kerinduan dan menenangkan hatinya.
Dia melihat keadaan sekitarnya dan memberikan penilaian menurut sudut pandangnya sendiri.
"Rumput disana lebih hijau tumbuh subur.. Rumput disini tampak kering menguning,gersang, sekarat, tak lama lagi pastikan mati.Tampak tak adil matahari menyinari. Tampak tak adil hujan menyirami. Rob ku membiarkan semua itu terjadi“.
Pandu terus berbicara dengan dirinya sendiri. Pertentangan demi pertentangan terjadi didalam dirinya. Pandu tidak habis pikir kenapa ini terjadi.
Dia merasa hidup mempermainkannya lagi. Berkali-kali. Dia slalu bertanya tanya. Entah apa salah dosa pada Rob nya. Roda seperti terus berputar. Kemudian terbalik. Memaksa dia sendiri menegakkannya. Pandu merasa asing sendiri ditengah keramaian, bahkan orang terdekat. Orang dekat terasa orang lain. Pandu Ingin sendiri. Berlari. Menghilang pergi dan pergi...
“Mengajak ibu pergi kedunia,ke surga ku sendiri. Hanya aku dan ibu“ dalam hati pandu.
Cibiran dari mulut-mulut beracun, bagai api yang membakar hatinya. Mencari-cari, Siapa yang patut dia persalahkan. Seseorang yang telah merobek-robek hatinya. Dipenuhi dengan amarah dan kebencian padanya. Kebencian yang sudah meracuni nadi pandu. Semua ini terjadi karenanya. Sebabnya tiada pernah Pandu merasakan perlindungan, kasih sayang dan kebahagian yang pantas dirasakan.
Gejolak jiwa mudanya kadang tidak terima kenapa takdir membuatnya selalu bersedih.Pandu berbicara didalam hatinya.
Tiba-tiba terdengar suara burung berterbangan, Pandu menatap langit melihat burung-burung kecil berterbangan di teras taman rumah sakit.
Sorak-sorai, pesona kicauannya cukup menghibur hatinya yang sepi. Hatinya yang telah berlubang oleh bilur bilur bara api berwarna merah yang meluap-luap. Merasa ketidakadilan yang dia rasakan.
Pandu yang sedang tak peduli bahwa alam telah menjelaskan semua jawaban pertanyaan, amarahnya dan semua sangkalannya.
... Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Tuhanmu tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...
sesungguhnya Tuhanmu beserta orang-orang yang sabar.
Bahkan dari semilir angin, dan keasrian pepohonan disekitarnya tumbuh subur, membuat ketenangan matanya memandang. Kicauan burung yang seolah berkata “ Aku dsini menghiburmu. Ayolah Pandu janganlah lagi bersedih“.
Semua hanya sejenak, Tidak cukup bisa menghapus, menghilangkan kepedihan dan kedinginan dihatinya.
Pandu masih sedang menunggu ibunya yang akan dibawah ke teras taman oleh suster. Pandu melihat ibunya dari kejauhan. Pandu segera menghampiri.
Setiap kali Pandu merasa sedih,hatinya terasa teriris-iris sembilu. Ibunya tidak mengenali Pandu, hanya diam membisu.
Pandu tetap menemani, mengajaknya bercerita, ibunya tampak diam membisu tidak mengerti. Pandu disampingnya dengan sabar. Dia bersyukur walau hanya dapat meng gengaman irat tangan ibundanya,tanpa balasan pelukan dan belaian hangat seorang ibu yang dulu dia pernah rasakan dari sosok yang ada di depannya. Paling tidak kini pandu bisa merasakan genggaman jemari tangan ibunya. Ini respon yang bagus kata dokter setelah 5 tahun berlalu.
Sebelumnya setiap pandu datang, ibunya berteriak-teriak histeris menangis, meminta tolong dan menyuruh pandu pergi. Terkadang juga menangis pilu meneriaki nama pandu. Tapi tidak mengenali jika itu anaknya yang telah tumbuh dewasa.
Pandu bisa mengerti kenapa ini terjadi jangankan ibunya, pandu pun merasa kesal ketika menghadap kecermin. Ketika melihat wajahnya dicermin, terbayang wajah pria itu. Kenapa bayangan wajahnya selalu menghantui.
Wajah Pandu memang mirip sekali dengan ayahnya. Sosok lelaki yang tidak pantas dipanggil ayah. Ayah nya yang telah tiada. Tapi tetap menyisahkan rasa sakit dan trauma yang mendalam.
Setiap kali Pria itu pulang membanting pintu dengan keras. Bau alkohol yang memabukkan menyengat dari mulutnya. Tetangga sudah hapal betul mendengar teriak - teriakannya. Mendengar Keribut-keributan bukan barang baru lagi. Ibu pandu dan pandu yang menjadi sasarannya. Pukulan dan tendangan darinya yang bertubuh kekar. Tidak ada yang berani melerai. Pandu pun tak habis pikir kenapa orang sekeliling seolah menutup mata dan telinga. Mungkin mereka tidak ingin berhubungan berpekara dengan Pereman pasar. Jikalau ada yang mencoba membantu akan terjadi keributan besar dikatakan ikut campur. Malam itu adalah puncaknya. Lelaki bengis itu pulang seperti biasa membanting pintu, menendang apa saja. Memeriksa laci-laci kamar apa ada barang berharga, uang dagangan kue ibu pun diambil. Pria itu meracau berteriak-teriak tidak karuan karena pengaruh alkohol. Ternyata semua yang didapatnya tidak cukup. Keributan-keributan dengan ibu mulai terjadi, tamparan,pukulan, tendangan dilihat di depan mata pandu dan pandu yang masih kecil saat itu mencoba melindungi ibunya. Mencoba melawan padanya. Pandu memukul,menggigit tangan lelaki itu yang kekar yang sedang menyengkram tangan ibunya. Diambil uang jatuh dari tangan ibunya. Serta merta lelaki bengis itu menariknya ke dapur belakang. Kekuatan pandu tak berarti apa-apa baginya. Dengan memaki-maki. Suaranya melengking tajam. Ibunya berteriak-teriak parau berusaha menyelamatkan pandu.
Ibunya datang melihat takut akan terjadi apa-apa dengan anaknya, karena rasa takutnya tapi mempunyai keinginan kuat melawan pria itu, dia melihat pria itu mulai menyengkram leher anaknya. dia memberanikan diri. Mengambil sebilah pisau dan menusuk pria itu dari belakang. Aghhhhhh... Teriakan keras suara pandu. Darah berceceran. Terakhir terdengar suara teriakan ibunya dan erangan lelaki itu. Warga kampung datang. Ibu pandu shok. Pria itu mati.
Semua kejadian di malam itu dibawa ke pengadilan, karena peristiwa itu ibunya menjadi shok, gangguan mental, depresi. Pengadilan memutuskan ibunya dibebaskan dan diberi perawatan, diberi keringanan hukuman karena melakukan pembunuhan tidak sengaja dan membela diri. Semua warga kampung berceloteh ibu pandu gila. Ada sebagian simpati dan yang sebagian lagi menatap sinis menjadi bahan gosip belaka.
Dibalik kegersangan ada oase, Satu warga yang berbaik hati adalah pak ridwan, pandu ditampung dan dibesarkan olehnya. Pak Ridwan memiliki 2 anak perempuan keduanya kini telah menikah,umur pak Ridwan dan istrinya kira-kira 50 tahun. Beliau termasuk orang terpandang dan berada di desa. Pak Ridwan juga yang menyekolahkan Pandu.
Kini pandu sudah lulus sekolah dan bekerja. Pandu usahakan semaksimal mungkin untuk pengobatan ibu nya. Pandu membawa ibunya ke kota besar. Rumah sakit besar. Walau dengan harus bekerja doubel paruh waktu. Kini ibunya telah mengalami pengobatan Sudah 3 tahun di RS Ramah Jati. Sedikit banyak mengalami kemajuan.
Pak ridwan yang mengenal pandu sejak kecil dan mengasuh pandu sejak berumur 12 tahun. Pak ridwan khawatir sikap akhir-akhir pandu setelah kejadian itu. Pandu menjadi amat pendiam suka menyendiri, Semenjak sekolah dan kini, bahkan menginjak Sma pandu tidak mempunyai teman dekat. Pandu terlihat misterius tIdak suka banyak bicara apalagi bercerita. Pandu selalu lebih senang menyendiri dan tidak ingin diganggu siapapun. Pak ridwan berfikir mungkin karena beban berat masa lalu yang dimilikinya Pandu menjadi berubah.
Pandu yang sebenarnya bertubuh gagah tapi berhati mudah remuk seperti kaca. Setahu pak ridwan sebelum kejadian masa silam pandu dulu. Masih ada segurat senyum diwajah pandu. Masih ada gurat-gurat keceriaan remaja ketika melihatnya bermain bola bersama teman-temannya dihalaman kampung.
Pandu sedang merapikan rambutnya dikaca. Siapapun melihat raut wajah pandu, pandu adalah pemuda ganteng, tinggi, berbadan ideal dan memiliki wajah yang bersih. Pandu bersiap siap hendak bekerja.
Pandu bekerja malam di suatu cafe sebagai barista. Tetapi jikalau pagi harinya pandu bekerja sebagai pegawai marketing disalah satu perusahaan depeloper,yang membangun perumahan dan apartement.
Pak ridwan, ayah angkat Pandu berharap, mendoakan pandu semoga ada kebahagian yang bisa membalut luka dan menghapus kesedihannya.
Pandu tengah memacu roda duanya mengarah pulang ke rumah sehabis bekerja, melewati taman kota di malam hari. Tampak segar menghirup udara di malam hari, setelah hiruk-pikuk kebisingan dipagi hari. Taman kota tampak sepi.
Sudah menjadi rahasia umum aktivitas apa yg biasanya terjadi di jam larut malam seperti ini di taman kota. Tak lama kemudian, terlihat ada beberapa tampak wanita dan tampak wanita tapi bukan wanita berdandan wanita yang berdiri dipingir jalan memakai pakaian minim..minim kekurangan bahan, seolah menunggu seseorang, tapi entah siapa yang ditunggu. Pandu menambah kecepatan memacu kendaraan roda duanya. Melewati mereka.
Tiba-tiba pandu mengerem mendadak,pandu hampir saja menabrak seseorang. Seorang wanita sedang berlari terengah-engah, tepat berhenti didepan Pandu. Perangai, dandanan wanita ini berbeda seperti wanita yang dilihatnya tadi. Wanita ini memakai celana jins, kaos putih dipadu kemeja panjang yang lengannya digulung,tas kecil terselempang, topi menutupi rambut panjang yang dikuncir kebelakang, dan membawa sebuah alat perekam suara,webcame (kamera, alat foto,video)
Wanita itu masih terlihat terengah-engah. Seperti telah berlari sekian mil.
Pandu amat terkejut, dan beringsut kesal. “Heii.. Apa kamu mau mati. Kalau mau mati jangan buat masalah!“.
Gadis itu berucap,Sorry... Sorry, Aku memerlukan pertolongan, aku dikejar pereman.
Gadis itu segera naik ke atas motor pandu, pandu terlihat bingung tapi tak tau harus berkata apa. Ayooo cepat..pergi dari sini, Gadis itu memerintah, dengan sigap Pandu mengikuti,menyalakan motornya, memacunya.
Setelah jauh dari tempat tadi. Pandu memelankan kendaraan. Kemudian berhenti.
“ Heey sekarang sudah jauhkan,tidak akan ada lagi yg mengejarmu“kata pandu.
Gadis itu turun dari atas motor, seolah ingin menjelaskan apa yang terjadi tadi. Pandu langsung berkata,saya tidak ingin tau masalahmu. Kamu bisa pulangkan dengan naik taxi. Kebetulan tak jauh dari pandangan mereka ada taxi yang akan mendekat. Gadis itu berkata, iya terima kasih banyak atas pertolongannya.
Gadis itu beringsut memasuki taxi. Sambil bergerutu di dalam hati, Huhhhf dasar pria sombong.
Sesampainya dirumah pandu tiba-tiba terpikir kejadian tadi. “Ada Gadis malam-malam di tempat seperti itu. Hmm..tampaknya dia gadis baik-baik, tapi malam-malam begini ditempat seperti itu“.
Esoknya. Pagi hari Pandu sudah berada di tempat usaha pak ridwan. Kebetulan ayah angkatnya memiliki usaha ternak ikan dan burung perkutut di desa. Di kota dia juga memiliki ruko tempat penjualannya. Pandu diminta Pak Ridwan melihat ke ruko, sesekali untuk memantau. Jika pandu libur. Kebetulan hari ini Pak Ridwan ada urusan dikota dan mampir ke rukonya. Pandu menjaga ruko sembari menunggu ayah angkatnya. Terlihat sesekali dia melayani pembeli.
Pak ridwan telah datang hendak memasuki Ruko, sudah dari jauh menyapa Pandu dengan senyumnya. Dibelakang Pak Ridwan ada seorang wanita mengkutinya. Pandu sedikit terkejut, sepertinya dia pernah melihat wanita itu. Semakin mendekat, semakin jelas terlihat. Wanita itu adalah wanita yang ditolongnya tadi malam. Sang wanita pun sama-sama diam tampak melihat Pandu dengan seksama. Mungkin memastikan bahwa orang yang didepannya adalah benar orang yg semalam menolongnya.
Suara Pak Ridwan memecah keheningan, Pandu kenalkan ini anak teman paman dia baru pindah dari Semarang, namanya Amanda. Pandu mengulurkan tangannya, “Pandu.....“
“Amanda...“. Terima kasih atas pertolongannya tadi malam.
Pak ridwan celingukkan, melihat 2 pemuda pemudi ini. “Walah... Kalian sudah saling kenal toh.“ Tidak paman tepatnya kebetulan bertemu. Amanda menjawab.
Ya.. Tidak masalah kalian akan menjadi teman. Apalagi amanda baru disini, Pandu bisa membantu amanda. Betulkan Pandu. Kata pak ridwan.
Mendengar itu pandu jadi tersentak bingung. “Ha...a..pa..“ Tatapan pandu melihat tatapan pak ramdan, pak ridwan mengisyaratkan kalau pandu tak bisa menolak permintaannya. “Ahh..iya..,tentu saja“.
Mereka bertiga berbincang-bincang. Pandu disana hanya kebanyakan menyimak pembicaraan, sesekali pak Ridwan memancing Pandu berbicara dan mengobrol dengan Amanda. Pandu merekam semua pembicaraan pak ridwan dan amanda, di memorinya. Diketahui kalau amanda baru lulus kuliah, dia ingin belajar mandiri dan bekerja sesuai dengan bidang keinginannya, dulu ayahnya memaksanya menyekolahkannya bagian akuntan dan harus lulus dengan nilai yang baik, tapi amanda lebih meyukai, melukis, foto dan desigdn. Bersyukur ayahnya sekarang memberikan kesempatan kepada Amanda apapun yang amanda inginkan, asal bisa dipertanggung jawabkan. Amanda sekarang bekerja sebagai bagian editor majalah. Sesekali dia bersedia untuk menjadi wartawan lepas. Ya seperti kejadian semalam, memburu berita ataupun membuat berita baru. Tantangan menurutnya untuk langsung terjun mencari berita baru sesuai bukti dan fakta, bagian dari kredibilitas sebagai wartawan.
Setelah hari itu,amanda beberapa kali sering datang ke ruko. Semua pedagang dan pegawai sekitar dengan cepat mengenal amanda. Amanda yang ceria dan ramah, cepat dikenal. Banyak orang menyukai amanda. Amanda anak yang baik,ramah dan tampak selalu ceria. Hanya Pandu bersikap cuek dan dingin dengan amanda. Amanda mengetahui dari beberapa pegawai
mengatakan memang Pandu seperti itu, tidak hanya kepada amanda.
Pandu berfikir amanda baik kepada orang-orang, hanya ingin melakukan pendekatan sebagai bahan informasinya. Mungkin dia sedang mencari bahan untuk mengisi majalahnya. Pernah pandu melihat amanda sering menggunakan webcamenya bertanya-tanya dengan ibu pedagang yang lain selain pegawai di ruko. Seolah mewancarai. Kemudian tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan. Kelakuan amanda di toko, berfoto selfi tersenyum dengan ikan,burung dan binatang lainnya. Membuat video menurutnya lucu dan berfoto-foto dengan pegawai. Bagi pandu itu mengganggu pandangannya. Baginya Amanda hanya bermain-main saja disini, menggangu pekerjaannya. Hanya pandu yang tampak terlihat terganggu oleh amanda.
Di sore hari di hari minggu,seperti biasa amanda datang dengan wajah cerianya, semua pegawai menyapa amanda. Pak Ridwan meminta Pandu untuk menemani Amanda melihat-lihat koleksi ikan barunya.
Pandu mengajak amanda melihat ikan-ikan di aquarium dan beberapa pegawai yang tengah menghias isi aquarium agar tampak cantik. Amanda tampak senang sekali. Terlihat senyum bahagia di bibirnya. Tanpa disadari pandu sedari tadi melihat, memperhatikan amanda.
Amanda sedang berdecak kagum melihat ikan yang berenang-renang di aquarium. “Wah.. Ikan ini indah sekali,lihatlah“. Kata Amanda tersenyum. Sambil memainkan ikan di luar kaca.
Apa kau memang mudah sekali tertawa,senang, riang,girang,tersenyum bahagia pada hal-hal sepele. Kata Pandu.
Amanda hanya diam saja, melihat ke arah pandu kemudian kembali asyik memainkan ikan yang dilihatnya. Lagi-lagi Pandu melihat senyumnya.
“Senyumnya membuatnya tampak semakin cantik“. Dalam hati pandu. Dia kembali tersadar menghilangkan pikiran itu.
Amanda menarik tangan Pandu, “coba lihatlah kesini, memang cantik kan...“. Kata amanda antusias, “Ia....cantik..“ Kata pandu datar.
Hari berganti,tanpa disadari keceriaan Amanda memberi warna kepada orang-orang sekelilingnya termasuk juga Pandu.
Beberapa hari berikutnya, sudah lama amanda tidak datang. Beberapa pegawai dan ibu,bapak pedagang ruko sebelah menanyakan amanda kepada Pandu. Hanya Pandu yang tidak membahas tentang amanda yang sudah lama tidak datang. Hanya pandu yang tampak tidak ingin tau dan tidak bertanya-tanya. Tapi didalam hati Pandu merasa kehilangan. Pandu menjadi khawatir dengan amanda. Pandu bertanya-tanya kenapa gadis pengganggunya itu tidak datang. Disini tampak sepi jika tidak ada amanda. Tanpa orang-orang ketahui Pandu mulai dekat dengan amanda. Pandu mulai terbuka dan mau bercerita sesuatu kepada amanda.
Dulu amanda pernah memberikan kartu namanya kepada Pandu. No teleponenya. Waktu pandu meminta tolongnya memasukan dimajalah untuk periklanan tempat perusahaannya bekerja. Sambil berkata. Apakah kamu memerlukan ini, simpanlah. Pandu menyesal kenapa tidak mengambilnya.
Pandu mulai resah. Dilain sisi Pandu malu untuk menanyakan kabar amanda ke Pak ridwan. Akhirnya Pandu menanyakan nomor telepone amanda kepada pak Ridwan, beralasan bahwa dia ingin meminjam kamera amanda. Untuk pertama kalinya pandu mengetik pesan,menanyakan kabar kepada amanda.
“Amanda apa kabarmu.. Sudah lama kamu tidak kesini. Karena mu pegawai,beberapa pedagang dan ibu sebelah ruko menanyakan kabarmu? Apa kau punya hutang kepada mereka?.Pandu.“
Pandu segera mengirim nya ke amanda.
Tit..tit..tit.. Handpone Pandu berbunyi. Tampak ada balasan dari amanda. Pandu membukanya.
“^.^ aku baik-baik saja, trims“
Apa ini... Dijawab singkat seperti ini. Pandu berbicara sendiri. Pertama kalinya sms seorang gadis, dijawab singkat seperti ini. Hufttt.. Amanda..aku tidak akan mengirim pesan kepadamu lagi. Kata pandu.
Pandu mencoba menelpon amanda tetapi tidak diangkat. Kemudian handponenya tidak dapat dihubungi. Pandu menyerah berfikir tidak perlu dirisaukan lagi, amanda menulis dia baik-baik saja, mungkin dia sibuk tidak ingin diganggu. Apakah dia baik-baik saja? Gadis itu pasti baik-baik saja,pandu meyakini dirinya sendiri. Tampak ada raut kekecewaan, kekhawatiran diwajah Pandu.
Pandu seperti biasa dengan rutinitas aktivitasnya. Pandu pergi kekantor hari ini dia mendapat tugas ke surabaya selama seminggu. Keberangkatannya besok lusa.
Sesampainya di Surabaya, pandu menginap dirumah anak saudara ibunya. Keluarga yang sederhana tapi tampak bahagia. Dirumah itu Pandu merasakan kedamaian, terlihat guratan-guratan senyum keceriaan dari anak-anak saudaranya itu. Senyum itu mengingatkan Pandu dengan Amanda. Kesederhanaan, keceriaan, kebahagiaan mereka mengingatkan Pandu dengan amanda.
Pandu mengingat kata-kata amanda;
Pandu.. Cobalah untuk tersenyum. Bahagia itu sederhana. ketika kita menerima semuanya, kemudian tersenyum, kita bahagia. Bukan berarti kita kalah.
Pandu melihat saudaranya yang telah sedari tadi tampak menunggu suaminya pulang bekerja, sekarang tengah tersenyum memberikan secangkir teh hangat, anaknya segara mendekati, memeluk ayahnya. Jauh sekali pandangan yang dilihatnya dahulu waktu pandu kecil. Semua kehangatan yang dilihatnya mengingatkannya dengan amanda. Pandu mengingat percakapannya dengan amanda.
Amanda.. Apa yang kamu inginkan... Apa yang kamu cita-citakan, setelah bekerja sesuai inginmu,menempuh pendidikan setinggi mungkin??apa lagi?, kata pandu.
.....Mempunyai keluarga yang bahagia. Kata amanda.
Apakah itu akhir dari semua. Kata pandu.
Itu awal bukan akhir.., Kamu tidak akan pernah mengerti pandu... Kata Amanda.
Semua membuyarkan lamunan Pandu tentang amanda. Bahagia itu sesederhana itukah?,dengan tersenyum??. Pandu bertanya dengan dirinya sendiri. Pandu mematut dirinya dikaca. Dia mencoba untuk tersenyum.
Okey.. Mulai dari..
Smile..
Smile..
Sekali lagi smile.
Terlihat senyuman yang kaku.
Hmm.. Kira-kira apa yang membuatku bisa tersenyum... Pandu tiba-tiba terpikir tentang Amanda.. Pandu mengingat amanda, mengingat kejadian-kejadian yang lucu bersama amanda. Mengingat ketika amanda tersenyum.
Pandu akhirnya tersenyum. Yang dia rasakan perasaannya merasa lega. Terasa ringan. Merasa bahagia.
Setelah kembali dari tugasnya di luar kota, seperti biasa setiap satu minggu sekali Pandu sempatkan menjenguk ibunya. Kali ini berbeda dengan hari biasanya. Pandu menjenguk ibunya dengan senyum, pandu akan selalu tersenyum. Pandu mulai bercerita tentang segala hal yang sebenarnya cerita yang selalu diceritakan pandu, mengingati tentang masa kecil kebersamaan dengan ibunya. Ibunya memasakan makanan kesukaan pandu, mengantar pandu kesekolah, dll. Hari kehari tampak ibunya berangsur-angsur membaik. Dokter pun mengatakan demikian lewat telepone dengan Pandu. Ibu pandu sudah tampak normal. Beberapa waktu yang lalu dia sudah bisa berkomunikasi dengan suster perawat, meminta segelas air. Dan sekarang sudah bisa berkomunikasi dengan baik.
Suatu hari, seperti hari biasa Pandu melihat ibunya di rumah sakit. Tampak ibu pandu hanya diam saja membisu,tapi tampak mendengarkan. Setelah bercerita banyak hal, Pandu pamit. Pandu hendak melangkah pergi. Terdengar suara lirih ibu pandu memanggil nama pandu, “Pandu.....“. Terlihat bulir-bulir air mata menetes di mata ibu pandu, ibu pandu merentangkan tangan hendak memeluk pandu. Pandu mendengar, segera berbalik badan, melihat tersebut segera memeluk ibunya.
“Ibu.. Sudah ingat aku bu.."Sambil menangis. Ibu pandu menganguk, sambil sesegukan menangis. Pandu kini bisa berkumpul kembali bersama ibunya. Ibu pandu sudah dinyatakan sehat oleh dokter. Ibu pandu ingin mengisi waktu luang dan ikut membantu di rumah sakit. Ibu Pandu bekerja sebagai membantu juru masak di rumah sakit. Pihak rumah sakit membolehkannya karena sudah mengenal baik ibu pandu selama ini.
Pandu ingin sekali mengabarkan kebahagiaannya dengan amanda. Tapi amanda tidak tau dimana bagai ditelan bumi. Telepone pandu tidak pernah diangkat. Hanya pesan singkat yang di balasnya. Pesan bahwa pandu kamu harus bahagia. Pandu semangat. Pandu ingat slalu tersenyum. Pandu Aku baik-baik saja.
Pandu ingin berniat menanyakan alamat amanda kepada Pak ridwan, Pandu ingin mengatakan perasaan hatinya kepada amanda.
Kring.. Krinng, bunyi telepone Pandu, ternyata dari Pak ridwan. Pak ridwan memberi kabar yang mengejutkan, bahwa amanda dirumah sakit. Pak ridwan memberikan alamat rumah sakitnya, menyuruh pandu cepat kesana. Pandu terkejut mendengarnya dan bergegas ke alamat yang dituju. Sesampainya dirumah sakit, Pandu berlari menyusuri koridor ke kamar amanda. Pandu mengingat setiap peristiwa dia bersama amanda, pertemuannya pertama, pertengkaran dan keceriaannya bersama amanda.
Sesampainya di kamar amanda. Di depan pintu, terlihat pria yang seumur dengan Pak ridwan. Dialah ayah amanda. Dia mengatakan bahwa amanda sedang kritis. Dari kaca.. Pandu melihat amanda sedang ditangani dokter. Pandu sangat merasa bersedih, menangis... Kenapa...
Kenapa amanda tidak pernah bercerita. Dari ayahnya pandu mengetahui amanda mengidap penyakit kanker otak. Kini sudah stadium 4. Beberapa bulan ini amanda sedang melakukan kiemoterapi. Tetapi riwayat kanker yang tampaknya sudah lama dan semakin meningkat, sulit diterima oleh tubuh amanda. Sekarang amanda sedang kritis.
Pandu masuk kedalam kamar rawat. Menggengam tangan amanda.
Amanda.. Ayo bangunlah..
Aku ingin bersama dengan mu....
Kau tau.. Dalam tidur ku bahkan aku berdoa, aku ingin bersamamu...
Aku mencintaimu amanda...
Ayah amanda menghampiri pandu, memberikan pandu kamera dan surat dari amanda. Pandu melihat isi kamera amanda, foto amanda dengan anak-anak kecil sambil bermain gitar, teman-teman amanda, dan diskip foto selanjutnya, semua foto pandu yang diambilnya diam-diam tanpa sepengetahuan pandu. Terlihat dibelakang pandu, ketika pandu sedang bertampang serius amanda memfoto pandu, menunjukan senyumnya.. Terlihat pandu di belakangnya. Video-video yang pandu terlihat aneh sendiri. Semua foto berisi Senyum keceriaan amanda hanya foto pandu yang terlihat berbeda darinya. Foto yang diambil diam-diam, tanpa senyum. Di plat foto dia tulis, foto kenangan.
Kemudian Pandu membuka amplop yang berisi surat amanda untuk Pandu.
Isi surat amanda untuk pandu.
Hai.. Pandu...
Maav karena tidak bisa mengangkat telepone mu. Hari-hari ini aku disibukkan dengan sekeliling berwana putih.
Sejak kita pertama bertemu, tidak dibayangkan bahwa aku akan mengenalmu. Tidak dibayangkan bahwa kita akan bertemu kembali, diperkenalkan oleh pak ridwan, teman ayah.
Tidak dibayangkan juga bahwa Aku menyukaimu.... Sungguh malu rasanya jika seorang gadis harus berkata ini. Tapi... Ya, mungkin ini untuk terakhir kali. Karena mungkin kita tidak pernah bertemu lagi. Jadi aku tidak akan malu Kan.
Aku meminta maav ya... Karena telah memfotomu tanpa izin.
Pandu... Berusahalah tersenyum, memberi senyum, berbahagia.. Memberi kebahagiaan. Ternyata bisa lebih melegakan,mengurangi kesedihan itu sendiri daripada memikirkan kesedihan, yang mungkin tak kan pernah berakhir. Kesedihan itu ternyata berkutat dalam pemikiran kita sendiri. Ketika kita membuka mata maka ada banyak hal, ada banyak masalah dan ujian kesedihan yang dimiliki makhluk dimuka bumi, mereka butuh bantuan mu, butuh keceriaanmu.
Jika aku pergi. Tersenyumlah, berbahagialah. Lihat betapa jeleknya fotomu disana. ^.^.
Amanda.
Amanda meninggalkan seberkas senyum yang terpatri di hati Pandu. Amanda mengajarkan sesuatu yang tentang arti penting kehidupan. Mengajarkan Pandu tentang rasa kasih sayang. Menyadarkan Pandu untuk bahagia. Mengajarkan Pandu untuk tidak merasa paling hidup menderita dan menyedihkan sehingga menghilangkan kepedulian terhadap orang lain bahkan menjadi bersikap individualis.
Created fit3
Langganan:
Postingan (Atom)